Garis finis adalah cerita tentang sebuah kegembiraan. Finish line adalah cerita tentang kebanggaan akan tercapainya sebuah tujuan. Bagi pelari maraton, tak hanya sang juara yang bergembira dan dielu-elukan ketika menyentuh garis finis. Pelari yang berada di rombongan terakhir sekalipun, akan berbangga saat menyentuh garis akhir.
Martin Richard (8) adalah bocah yang ingin menyaksikan kegembiraan itu. Bersama ibu dan dua saudara kandungnya, Martin berdiri di antara kerumunan penonton di dekat garis finis Boston Marathon. Mereka ingin menyaksikan sang ayah, Bill Richard, menyentuh garis finis pada lomba lari maraton legendaris yang dihelat sejak 1987 tersebut.
Ketika Martin menanti untuk memberikan pelukan kepada ayahnya di garis finis, bom yang diduga diletakkan di sebuah tong sampah di dekat situ meledak. Martin ditemukan tewas. Dia menjadi salah satu dari tiga korban tewas dalam teror terburuk di Amerika Serikat sejak tragedi 11 September tersebut.
Media setempat menyebut keluarga Richard adalah tokoh masyarakat Dorchester, Massachusetts, yang cukup dicintai di lingkungannya. “Mereka dicintai warga di sini. Mereka senang berbagi dalam banyak hal,” ujar seorang anggota Dewan Kota Ayanna Pressley.
Saudara perempuan Martin kehilangan kakinya. Ibunya menderita luka serius di kepala. Dalam insiden tersebut, rumah sakit di Boston merawat banyak anak-anak yang terluka. Beberapa di antaranya mesti diamputasi.
Bill Iffrig (78) adalah kisah lain di dekat garis finis Boston Marathon. Dalam potongan gambar yang disiarkan sejumlah televisi, saat berlari, kakek dari Lake Stevens, Washington, tersebut terjatuh ke tanah begitu terjadi ledakan pertama di Boston Marathon.
Ketika para pelari lain berhamburan dan tim penolong berlarian membantu yang terluka, Iffrig berusaha bangkit, terhuyung-huyung, lantas berhasil melintasi garis finis. Kepada The Herald of Everett, koran lokal di sana, dia mengatakan saat itu ledakan berjarak cukup dekat dengannya. “Itu hanya sekian kaki dari saya. Ledakannya benar-benar keras,” kata Iffrig, yang sudah tiga kali mengikuti Boston Marathon.
Iffrig mengatakan tidak berpikir untuk tidak melewati garis finis. “Setelah Anda lari sepanjang 26 mil, Anda tidak akan berhenti di situ,” ungkapnya kepada CNN.
Dia mengaku menyelesaikan perlombaan dengan capaian waktu 4 jam, 3 menit, dan 47 detik. Iffrig lalu berjalan sepanjang enam blok kembali ke kamar hotelnya. Begitu menyaksikan kejadian yang baru saja dia alami di televisi, Iffrig baru menyadari besarnya dampak ledakan. (dailymail/ap/c2/sof/jpnn)