26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

AS dan Australia Evakuasi Diplomat

ISIL
Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) terus mencaplok kota-kota di sekitar Kota Baghdad.

BAGHDAD, SUMUTPOS.CO – Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) terus mencaplok kota-kota di sekitar Kota Baghdad. Bahkan, militan Sunni itu mulai berani menyerang kawasan yang mayoritas penduduknya merupakan kaum Syiah. Serangan yang kian agresif tersebut membuat Amerika Serikat (AS) dan Australia mengevakuasi sebagian diplomat mereka.

Kemarin (16/6) Washington melaporkan, AS telah mengungsikan pejabat-pejabat penting kedutaannya ke tempat yang lebih aman. “Beberapa staf kedutaan akan kami terbangkan ke Kedutaan Besar AS di Kota Amman (Yordania) untuk sementara waktu,” jelas Jubir Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki. Tetapi, tidak seluruh staf penting itu diterbangkan ke luar Iraq.

Psaki menyatakan, beberapa staf kedutaan mengungsi ke Kota Basra yang mayoritas penduduknya merupakan kaum Syiah dan Kota Arbil yang merupakan wilayah kaum Kurdi. Dua kota tersebut, menurut dia, relatif lebih aman ketimbang Baghdad yang kini diincar ISIL. Dia berharap kondisi keamanan Iraq segera stabil supaya seluruh staf yang mengungsi itu bisa kembali ke tempat tugas semula.

Tidak hanya mengungsikan sebagian personel kedutaan untuk sementara waktu. Washington juga memperketat penjagaan di Kedutaan Besar AS di Green Zone. Kabarnya, Washington akan mengirimkan personel militer tambahan ke kompleks pemerintahan dengan sistem pengamanan berlapis tersebut. Tidak kurang dari seratus personel Angkatan Darat (AD) dan Korps Marinir telah bertolak ke Baghdad.

Kedutaan Besar AS di tepi Sungai Tigris itu merupakan kantor perwakilan diplomatik terbesar di dunia. Sedikitnya 5 ribu orang berkantor di gedung megah tersebut. Tidak jelas, berapa jumlah personel diplomatik AS yang meninggalkan Baghdad. “Sejumlah staf esensial tetap bertahan di kedutaan dan kami akan melipatgandakan pengamanannya,” lanjut Psaki.

Kemarin Washington juga mengimbau warga AS yang tinggal atau berada di Iraq, khususnya Baghdad, untuk meningkatkan kewaspadaan. Pemerintahan Presiden Barack Obama merilis nama kota-kota yang rawan konflik di Iraq. Berdasar daftar tersebut, pemerintah meminta warga agar tidak bepergian ke kota-kota yang tercantum di sana.

Selain AS, Australia yang merupakan mitra Negeri Paman Sam dalam perang antiteror juga menempuh kebijakan sama. Canberra tidak mau mempertaruhkan nyawa staf-staf diplomatiknya dan mulai mengevakuasi beberapa di antaranya dari Baghdad. Selanjutnya, pemerintah memantau perkembangan keamanan di Iraq dengan cermat.

Sementara itu, ISIL terus merebut kota-kota di Iraq untuk menggembosi pemerintahan perdana menteri Nuri Al Maliki. Kemarin, giliran Kota Tal Afar yang menjadi batas wilayah Iraq-Syria jatuh ke tangan militan. “Kini para korban militan, kekerasan, kekacauan, dan pengungsi menjadi masalah kami,” kata Abdulal Abbas, salah seorang penduduk Tal Afar.

Belakangan, pemerintahan Maliki juga mulai melawan. Sejauh ini, pasukan pemerintah telah berhasil merebut kembali kota-kota yang semula jatuh ke tangan militan. Kabarnya, sekitar 279 militan tewas dalam bentrokan pasukan pemerintah dan ISIL saat memperebutkan Tal Afar. Akhirnya, pasukan pemerintah harus kalah dan merelakan Tal Afar untuk dikuasai militan. (AP/AFP/hep/c23/tia)

ISIL
Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) terus mencaplok kota-kota di sekitar Kota Baghdad.

BAGHDAD, SUMUTPOS.CO – Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) terus mencaplok kota-kota di sekitar Kota Baghdad. Bahkan, militan Sunni itu mulai berani menyerang kawasan yang mayoritas penduduknya merupakan kaum Syiah. Serangan yang kian agresif tersebut membuat Amerika Serikat (AS) dan Australia mengevakuasi sebagian diplomat mereka.

Kemarin (16/6) Washington melaporkan, AS telah mengungsikan pejabat-pejabat penting kedutaannya ke tempat yang lebih aman. “Beberapa staf kedutaan akan kami terbangkan ke Kedutaan Besar AS di Kota Amman (Yordania) untuk sementara waktu,” jelas Jubir Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki. Tetapi, tidak seluruh staf penting itu diterbangkan ke luar Iraq.

Psaki menyatakan, beberapa staf kedutaan mengungsi ke Kota Basra yang mayoritas penduduknya merupakan kaum Syiah dan Kota Arbil yang merupakan wilayah kaum Kurdi. Dua kota tersebut, menurut dia, relatif lebih aman ketimbang Baghdad yang kini diincar ISIL. Dia berharap kondisi keamanan Iraq segera stabil supaya seluruh staf yang mengungsi itu bisa kembali ke tempat tugas semula.

Tidak hanya mengungsikan sebagian personel kedutaan untuk sementara waktu. Washington juga memperketat penjagaan di Kedutaan Besar AS di Green Zone. Kabarnya, Washington akan mengirimkan personel militer tambahan ke kompleks pemerintahan dengan sistem pengamanan berlapis tersebut. Tidak kurang dari seratus personel Angkatan Darat (AD) dan Korps Marinir telah bertolak ke Baghdad.

Kedutaan Besar AS di tepi Sungai Tigris itu merupakan kantor perwakilan diplomatik terbesar di dunia. Sedikitnya 5 ribu orang berkantor di gedung megah tersebut. Tidak jelas, berapa jumlah personel diplomatik AS yang meninggalkan Baghdad. “Sejumlah staf esensial tetap bertahan di kedutaan dan kami akan melipatgandakan pengamanannya,” lanjut Psaki.

Kemarin Washington juga mengimbau warga AS yang tinggal atau berada di Iraq, khususnya Baghdad, untuk meningkatkan kewaspadaan. Pemerintahan Presiden Barack Obama merilis nama kota-kota yang rawan konflik di Iraq. Berdasar daftar tersebut, pemerintah meminta warga agar tidak bepergian ke kota-kota yang tercantum di sana.

Selain AS, Australia yang merupakan mitra Negeri Paman Sam dalam perang antiteror juga menempuh kebijakan sama. Canberra tidak mau mempertaruhkan nyawa staf-staf diplomatiknya dan mulai mengevakuasi beberapa di antaranya dari Baghdad. Selanjutnya, pemerintah memantau perkembangan keamanan di Iraq dengan cermat.

Sementara itu, ISIL terus merebut kota-kota di Iraq untuk menggembosi pemerintahan perdana menteri Nuri Al Maliki. Kemarin, giliran Kota Tal Afar yang menjadi batas wilayah Iraq-Syria jatuh ke tangan militan. “Kini para korban militan, kekerasan, kekacauan, dan pengungsi menjadi masalah kami,” kata Abdulal Abbas, salah seorang penduduk Tal Afar.

Belakangan, pemerintahan Maliki juga mulai melawan. Sejauh ini, pasukan pemerintah telah berhasil merebut kembali kota-kota yang semula jatuh ke tangan militan. Kabarnya, sekitar 279 militan tewas dalam bentrokan pasukan pemerintah dan ISIL saat memperebutkan Tal Afar. Akhirnya, pasukan pemerintah harus kalah dan merelakan Tal Afar untuk dikuasai militan. (AP/AFP/hep/c23/tia)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/