SUMUTPOS.CO – Kementerian Agama tengah menekan praktik ilegal mafia pembayaran dam. Salah satu caranya dengan mencari tempat penyembelihan hewan yang representatif.
SYIRKAH Manaar Al Masyaair Lilmuqowalaat Al’aamah adalah salah satu tempat penyembelihan kambing terbesar di Makkah, Arab Saudi. Lokasinya berada di Al Ukaishiyah, berjarak 10 kilometer dari pusat Kota Makkah, jauh dari permukiman. Di sekelilingnya hanya terlihat hamparan tanah kering yang tak berujung.
Perusahaan itulah yang menjadi salah satu jujukan jamaah haji menyembelih kambing untuk pembayaran denda di Makkah. Ada juga warga setempat yang berkurban. “Jauh dari permukiman warga agar baunya tidak mengganggu,” kata Bandar Said A Swehry, Direktur Utama Syirkah Manaar Al Masyaair Lilmuqowalaat Al’aamah.
Menempati lahan seluas 200 hektare, perusahaan tersebut memiliki hamparan kandang kambing yang disekat dalam beberapa bagian. Pembeli langsung bisa memilih kambing sesuai yang diinginkan dari kandang. Gunungan jerami berjajar di salah satu sisi kandang.
Kambing yang akan disembelih dibawa ke rumah penyembelihan dengan menggunakan pikap. Meski masih di satu lokasi, jaraknya mencapai 1 kilometer. Loket pembayaran tersedia di pintu masuk gedung tersebut. Pembeli diminta menyebut nama dan alamat saat membayar. Petugas juga memberikan nomor kambing.
Pembeli diarahkan ke ruangan berdinding kaca untuk melihat proses penyembelihan dari ruang berbeda. “Ini dilakukan untuk memastikan bahwa kambing yang dibeli benar-benar disembelih,” kata Kepala Daerah Kerja Makkah Khalilurahman, yang menjajal membeli kambing.
Setelah disembelih, kambing diletakkan di rel gantung yang terhubung dengan ruang pembersihan. Pekerja memisahkan kulit, jeroan, kepala, dan kaki dari daging. Potongan tubuh kambing itu didorong ke sebuah lubang berbentuk kotak yang terhubung dengan tempat pembuangan. “Yang diambil benar-benar dagingnya saja,” imbuh Khalil.
Dua petugas langsung menyemprotkan air setiap kali ada tetesan darah agar tidak terlalu berbau amis. Proses penyembelihan, pembersihan, hingga pemotongan satu ekor kambing tak sampai memakan waktu sepuluh menit per ekornya. Pembeli juga mudah melihat proses dari awal hingga akhir karena semuanya dilakukan di ruang kaca.
Daging kambing yang sudah dipotong dibawa ke ruang pendingin berukuran 20 x 50 meter untuk disimpan hingga disalurkan. Tempat penyembelihan tersebut memiliki enam titik lokasi cold storage. Masing-masing mampu menampung 5.000 ekor kambing yang sudah disembelih.
Dalam sehari, perusahaan tersebut mampu menyembelih 240 ribu ekor kambing. “Kalau semua jamaah haji Indonesia menyembelih di sini, sehari bisa selesai,” ucap Khalil.
Tempat penyembelihan itu memiliki 3.000 orang yang bertugas menyembelih dan memotong kambing. Di luar itu, ada lagi 1.200 orang yang bekerja di luar urusan penyembelihan.
Khalil mengunjungi perusahaan tersebut untuk memastikan tempat penyembelihan itu bisa dipercaya. Jamaah bebas memilih menyembelih di mana saja asalkan bisa memastikan pembelian kambing untuk pembayaran denda benar-benar dilakukan pihak ketiga. “Kami hanya menunjukkan, ada tempat seperti ini,” ucapnya.
Menurut dia, tempat tersebut sangat transparan. Pemilihan kambing, penyembelihan, pembersihan, hingga penyaluran bisa dilihat secara langsung. Hal itu bisa melindungi jamaah haji dari praktik-praktik yang merugikan. “Apakah kambingnya sesuai syariat atau tidak. Tidak cacat, luka, dan tidak beraib. Jika syarat tidak terpenuhi, berdampak pada tidak sah,” ucapnya.
Khalil menambahkan, tempat penyembelihan tersebut dilengkapi dengan dewan syariah yang berisi ahli agama. Tugasnya, menilai hewan yang dijual sudah memenuhi syarat. Selain itu, tempat tersebut memiliki 146 dokter hewan yang memantau kesehatan hewan.
Dengan mengetahui tempat yang tepercaya, jamaah dapat terhindar dari praktik penipuan pembayaran dam. Mereka pun bisa mendapatkan kambing dengan harga yang masuk akal, penyembelihan transparan, dan uang yang dibayarkan jamaah benar-benar dibelikan kambing. (*/c7/ttg)