25.6 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Tentara Anti-Assad Serang Markas Loyalis

Lagi, Liga Arab Kecam Syria

BEIRUT- Perlawanan tentara anti pemerintah di Syria semakin agresif. Mereka mengklaim sudah menyerang pangkalan militer loyalis Presiden Bashar Al Assad dekat ibu kota Damaskus kemarin (16/11).

Tentara Pembebasan Syria dalam sebuah pernyataan menyebutkan, serangan yang dilakukan kemarin pagi menargetkan pangkalan militer yang digunakan sebagai markas intelijen angkatan udara di wilayah Harasta, pinggiran Damaskus. Serangan lainnya menargetkan pos penjagaan militer di Douma, Arabeen, dan Saqba.
Klaim tersebut tidak bisa dikonfirmasi secara berimbang. Tentara Pembebasan Syria juga tidak menjelaskan secara detail tentang penyerangan tersebut dan kemungkinan jumlah korban.

Pemerintah tetap menutup akses bagi wartawan asing untuk meliput kondisi di negara tersebut. Namun, data yang dikumpulkan kelompok aktivis, saksi, dan video amatir menjadi kanal informasi dunia luar.
Seperti dilansir Associated Press, terjadinya serangan di dekat Damaskus belum pernah terdengar. Kontak senjata antara pasukan pemerintah dan tentara pembelot terjadi di wilayah barat laut Syria seperti di Provinsi Idlib, wilayah pusat di Kota Homs, dan Daraa di selatan.

Serangan kemarin hanya berselang dua hari setelah tentara pembelot membunuh 34 personel pasukan pro-Assad dan polisi di Daraa. Insiden tersebut menjadi hari paling berdarah selama delapan bulan demosntrasi anti pemerintah pecah di Syria.

Seorang tokoh oposisi menyatakan, serangan di Harasta dilakukan oleh unit tentara pembelot yang terbagi menjadi tiga kelompok. Mereka menyerang halaman pangkalan militer tersebut dari tiga sisi berbeda dengan senjata serang dan peluncur granat. Dia menambahkan, kantor administratif tersebut rusak parah dan para penyerang memastikan serangan mereka tidak mengenai bangunan di sebelahnya, tempat sejumlah orang ditahan oleh pemerintah.
Tokoh oposisi yang enggan disebutkan identitasnya tersebut menyatakan, semua personel yang bergabung dalam serangan tersebut kembali dengan selamat. Dia lalu mengutip keterangan warga setempat yang mengatakan bahwa sejumlah mobil ambulans tiba di lokasi beberapa saat setelah serangan terjadi.

Sementara itu, Liga Arab kembali bertemu untuk memformalkan keputusan penangguhan keanggotaan Syria. Para menteri luar negeri negara Arab berkumpul di Maroko kemarin.

Berbicara dalam pertemuan di Maroko kemarin (16/11), Menteri Luar Negeri Qatar Hamad bin Jassim menyatakan keprihatinannya terkait dengan situasi terakhir di Syria. “Kami tidak bisa menerima pembantaian terhadap rakyat Syria. Pemerintah Syria harus mematuhi usul Liga Arab,” ujarnya.

Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu yang juga menghadiri pertemuan tersebut pun mendukung keputusan Liga Arab. “Kami menolak pembantaian masal rakyat Syria,” tegasnya. Turki bukan anggota Liga Arab. Namun, mereka menyambut baik penjatuhan sanksi tegas kepada Syria.

Kekerasan terus terjadi setelah Syria menyepakati usul mediator Arab 2 November lalu. Dalam kesepakatan itu, Presiden Assad diminta menarik tank-tank dan kendaraan lapis baja dari kota-kota tempat demonstrasi berlangsung. Selain itu, pemerintah harus membebaskan tahanan politik dan mengizinkan wartawan dan kelompok hak asasi manusia memasuki negara tersebut.  Hingga saat ini Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat sudah 3.500 orang tewas selama pecahnya perlawanan rakyat di Syria. Sebagian besar korban adalah warga sipil dan demonstran. (cak/c10/ami/jpnn)

Lagi, Liga Arab Kecam Syria

BEIRUT- Perlawanan tentara anti pemerintah di Syria semakin agresif. Mereka mengklaim sudah menyerang pangkalan militer loyalis Presiden Bashar Al Assad dekat ibu kota Damaskus kemarin (16/11).

Tentara Pembebasan Syria dalam sebuah pernyataan menyebutkan, serangan yang dilakukan kemarin pagi menargetkan pangkalan militer yang digunakan sebagai markas intelijen angkatan udara di wilayah Harasta, pinggiran Damaskus. Serangan lainnya menargetkan pos penjagaan militer di Douma, Arabeen, dan Saqba.
Klaim tersebut tidak bisa dikonfirmasi secara berimbang. Tentara Pembebasan Syria juga tidak menjelaskan secara detail tentang penyerangan tersebut dan kemungkinan jumlah korban.

Pemerintah tetap menutup akses bagi wartawan asing untuk meliput kondisi di negara tersebut. Namun, data yang dikumpulkan kelompok aktivis, saksi, dan video amatir menjadi kanal informasi dunia luar.
Seperti dilansir Associated Press, terjadinya serangan di dekat Damaskus belum pernah terdengar. Kontak senjata antara pasukan pemerintah dan tentara pembelot terjadi di wilayah barat laut Syria seperti di Provinsi Idlib, wilayah pusat di Kota Homs, dan Daraa di selatan.

Serangan kemarin hanya berselang dua hari setelah tentara pembelot membunuh 34 personel pasukan pro-Assad dan polisi di Daraa. Insiden tersebut menjadi hari paling berdarah selama delapan bulan demosntrasi anti pemerintah pecah di Syria.

Seorang tokoh oposisi menyatakan, serangan di Harasta dilakukan oleh unit tentara pembelot yang terbagi menjadi tiga kelompok. Mereka menyerang halaman pangkalan militer tersebut dari tiga sisi berbeda dengan senjata serang dan peluncur granat. Dia menambahkan, kantor administratif tersebut rusak parah dan para penyerang memastikan serangan mereka tidak mengenai bangunan di sebelahnya, tempat sejumlah orang ditahan oleh pemerintah.
Tokoh oposisi yang enggan disebutkan identitasnya tersebut menyatakan, semua personel yang bergabung dalam serangan tersebut kembali dengan selamat. Dia lalu mengutip keterangan warga setempat yang mengatakan bahwa sejumlah mobil ambulans tiba di lokasi beberapa saat setelah serangan terjadi.

Sementara itu, Liga Arab kembali bertemu untuk memformalkan keputusan penangguhan keanggotaan Syria. Para menteri luar negeri negara Arab berkumpul di Maroko kemarin.

Berbicara dalam pertemuan di Maroko kemarin (16/11), Menteri Luar Negeri Qatar Hamad bin Jassim menyatakan keprihatinannya terkait dengan situasi terakhir di Syria. “Kami tidak bisa menerima pembantaian terhadap rakyat Syria. Pemerintah Syria harus mematuhi usul Liga Arab,” ujarnya.

Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu yang juga menghadiri pertemuan tersebut pun mendukung keputusan Liga Arab. “Kami menolak pembantaian masal rakyat Syria,” tegasnya. Turki bukan anggota Liga Arab. Namun, mereka menyambut baik penjatuhan sanksi tegas kepada Syria.

Kekerasan terus terjadi setelah Syria menyepakati usul mediator Arab 2 November lalu. Dalam kesepakatan itu, Presiden Assad diminta menarik tank-tank dan kendaraan lapis baja dari kota-kota tempat demonstrasi berlangsung. Selain itu, pemerintah harus membebaskan tahanan politik dan mengizinkan wartawan dan kelompok hak asasi manusia memasuki negara tersebut.  Hingga saat ini Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat sudah 3.500 orang tewas selama pecahnya perlawanan rakyat di Syria. Sebagian besar korban adalah warga sipil dan demonstran. (cak/c10/ami/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/