26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kelompok Islam Kutuk Aksi Monis

Lebih dari 40 kelompok muslim dan warga Australia hiruk-pikuk mengutuk aksi yang dilakukan seorang pria keturunan Iran bernama Man Haron Monis tersebut.
Lebih dari 40 kelompok muslim dan warga Australia hiruk-pikuk mengutuk aksi yang dilakukan seorang pria keturunan Iran bernama Man Haron Monis tersebut.

SYDNEY, SUMUTPOS.CO – Drama Penyanderaan di Lindt Chocolat Cafe, Martin Place, di Sydney, Australia, akhirnya berakhir pada Senin (15/12) dini hari. Dua tewas dan tiga lainnya terluka saat polisi menyudahi drama teror itu. Lebih dari 40 kelompok muslim dan warga Australia hiruk-pikuk mengutuk aksi yang dilakukan seorang pria keturunan Iran bernama Man Haron Monis tersebut.

Mereka menolak setiap upaya mengambil nyawa tak berdosa dari setiap manusia atau menanamkan rasa takut dan teror dalam hati mereka. Kelompok ini juga menyatakan kesetiakawanan dengan masyarakat muslim.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban penyanderaan selama 15 jam oleh Monis itu.

“Tidak. Sudah saya konfirmasi. Sampai tengah malam tadi malam, kosulat kita di Sydney sudah melakukan komunikasi dengan Australian Federal Terorrism untuk konfimrai. Tidak ada WNI yang jad korban,” ujarnya saat ditemui di Kantornya di Pejambon, kemarin (16/12).

Data dari KJRI sendiri menyebut ada 18 orang yang disekap oleh pria warga negara Iran itu. Mereka terdiri dari 16 warga Australia, 1 warga China dan 1 warga India.

Retno mengatakan, KJRI di Sydney juga telah memberikan sejumlah himbauan untuk WNI terutama WNI muslim di sana. KJRI juga telah membuka hotline untuk mengantisipasi keadaan yang tidak terduga. Sebab, kemungkinan adanya oknum yang memprovokasi suasana masih sangat mungkin.

Kendati demikian, Retno berpendapat bahwa stigma negatif pada umat muslim di sana akan sangat kecil. Terlebih melihat reaksi masyarakat setempat yang justru turut menguatkan dan menjaga warga muslim pasca kejadian penyanderaan. Hal itu dinyatakan oleh mereka melalui hastag I”ll ride with you yang sempat menjadi trending topic di media sosial. “Saya melihat ada #Illridewithyou, saya rasa itu tren yang sangat baik,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Retno menegaskan kembali bahwa aksi yang dilakukan oleh Man Haroon Monis itu tidak berhubungan sama sekali dengan agama. Bahkan, Indonesia turut mengecam aksi pria 50 tahun itu.

“Perlu ditegaskan dari awal, ini tidak ada hubungannya. Kita juga langsung melakukan komunikasi dengan komunitas muslim di sana untuk membangun rasa saling pengertian,” tandasnya.

Di Australia, lewat media sosial dengan memakai tagar #illridewithyou, berbagai kelompok membangun solidaritas mengantisipasi sikap yang mengarah pada kebencian terhadap Islam.

Kekhawatiran itu muncul saat polisi melakukan pengepungan terhadap penyandera, dibalas dengan berkibarnya ‘bendera Islam’ dari di kafe tersebut. Seorang wanita Australia dilaporkan memulai #illridewithyou untuk menunjukkan kesetiakawanan dengan umat Islam.

Berikut ini di antaranya ungkapan mereka. “#373 bus antara Coogee & Martin Place. #illridewithyou @ saya jika Anda ingin memakai penutup kepala & tidak diganggu,” kata @sirtessa dalam kicauannya.

Dalam beberapa jam, warga Australia di seluruh negeri itu mengulangi tagar tersebut, dengan lebih dari 40 ribu kicauan #illridewithyou, yang kemudian menjadikan salah satu laman terpopuler media gaul tersebut.

“Saya bertekad selalu mengatakan sesuatu ketika saya melihat pelecehan di angkutan umum. #illridewithyou,” kata satu pengguna di Twitter.

Pengguna lain di Australia Selatan menulis, “Jika Anda mengenakan pakaian keagamaan dari pinggiran barat #Adelaide ke kota itu pada Selasa tapi tidak ingin bepergian sendiri #illridewithyou.”

Yang lain menawarkan bantuan di luar dukungan perjalanan, “Saya tinggal di rumah besar, sehingga tidak berguna untuk #illridewithyou, tapi jika Anda di tarneit VIC dan perlu tempat aman untuk bersembunyi, hubungi saya.”

Komisaris Pembedaan Ras Australia, Tim Soutphommasane, menyatakan berbesar hati dengan gerakan itu. Kemudian menambahkan, “Jangan biarkan ketakutan, kebencian, dan perpecahan menang.”

Kelompok benci Islam menyatakan marah atas pengepungan itu. Liga Pertahanan Australia menulis di Facebook, “Ini dia teman, terorisme Islam dalam negeri di halaman belakang kita akibat kebaikan pemerintah Australia dan pemilihnya, yang sudah dicuci otak.”

Komisaris Polisi New South Wales, Andrew Scipione, menyatakan petugas bekerja sama dengan masyarakat muslim. “Serangan pembalasan adalah sesuatu yang seharusnya tidak terjadi.”

Man Haron Monis dilaporkan memposting pesan di media sosial dan mengunggah video ke YouTube. Pria yang dikenal pula sebagai Sheikh Haron ini diduga bertindak sendirian dalam menjalankan aksi terornya di Australia.
Man Haron Monis dilaporkan memposting pesan di media sosial dan mengunggah video ke YouTube. Pria yang dikenal pula sebagai Sheikh Haron ini diduga bertindak sendirian dalam menjalankan aksi terornya di Australia.

Seperti dikutip dari situs ABC, polisi membekuk salah satu penyandera bernama Man Haron Monis. Menurut CNN, Monis panik saat mengetahui dirinya terkepung. Dia berteriak kepada sejumlah sandera meminta telepon genggam untuk mengontak sejumlah media massa.

Monis juga dilaporkan memposting pesan di media sosial dan mengunggah video ke YouTube. Pria yang dikenal pula sebagai Sheikh Haron ini diduga bertindak sendirian dalam menjalankan aksi terornya di Australia.

Aksi Monis mengundang masalah besar bagi Australia, khususnya warga Kota Sydney. Aksi terornya menyandera para pengunjung dan pekerja di Lindt Chocolat Cafe, Martin Place, Sydney, menghebohkan negara itu dan juga internasional.

Menurut The Sydney Morning Herald, Monis mengaku sebagai tokoh agama dari Iran. Namun Monis memiliki sederetan rekam jejak kriminal sejak berimigrasi ke Negeri Kanguru itu pada 1996. Misalnya, Monis pernah menjalani hukuman karena terlibat dalam kasus pembunuhan bekas istrinya, yang ditemukan dengan luka tusukan dan dibakar di sebuah apartemen di Sydney.

Monis yang tercatat berusia 49 tahun, baru saja keluar dari penjara tahun ini setelah terlibat kasus kekerasan seksual terhadap perempuan pada 2002. Monis juga didakwa terlibat dalam 40 kasus kriminal lainnya pada Oktober lalu.

Lewat laman Facebook, yang di-like oleh sekitar 14 ribu akun, Monis menghasut netizen agar bergabung dengan ‘Tim Islam’. Monis berdalih, ini bagian dari upayanya melawan kebijakan pemerintah Australia dalam isu terorisme.

Pemerintah Australia sendiri telah menahan sekitar 50 warga lokal dan 150 paspor simpatisan dari gerakan separatisme Islamic State di Irak dan Suriah. Monis bahkan pernah menyurati Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Dalam suratnya itu, Monis memprotes kunjungan Abbott ke kamp militer Tarin Kowt, yang didiami pasukan Australia.

Monis, yang sering disebut Syeh Haron, masuk catatan polisi karena menyebar surat elektronik bernada kebencian kepada keluarga tentara Australia, yang sedang bertugas di luar negeri.

Abbott mengatakan ada indikasi penyanderaan ini bermotif politik. “Ini sebuah insiden yang sangat mengganggu. Saya dapat memahami kecemasan dan kegundahan rakyat Australia,” kata Abbott di Canberra, kemarin.

 

 

(bbs/val)

Lebih dari 40 kelompok muslim dan warga Australia hiruk-pikuk mengutuk aksi yang dilakukan seorang pria keturunan Iran bernama Man Haron Monis tersebut.
Lebih dari 40 kelompok muslim dan warga Australia hiruk-pikuk mengutuk aksi yang dilakukan seorang pria keturunan Iran bernama Man Haron Monis tersebut.

SYDNEY, SUMUTPOS.CO – Drama Penyanderaan di Lindt Chocolat Cafe, Martin Place, di Sydney, Australia, akhirnya berakhir pada Senin (15/12) dini hari. Dua tewas dan tiga lainnya terluka saat polisi menyudahi drama teror itu. Lebih dari 40 kelompok muslim dan warga Australia hiruk-pikuk mengutuk aksi yang dilakukan seorang pria keturunan Iran bernama Man Haron Monis tersebut.

Mereka menolak setiap upaya mengambil nyawa tak berdosa dari setiap manusia atau menanamkan rasa takut dan teror dalam hati mereka. Kelompok ini juga menyatakan kesetiakawanan dengan masyarakat muslim.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban penyanderaan selama 15 jam oleh Monis itu.

“Tidak. Sudah saya konfirmasi. Sampai tengah malam tadi malam, kosulat kita di Sydney sudah melakukan komunikasi dengan Australian Federal Terorrism untuk konfimrai. Tidak ada WNI yang jad korban,” ujarnya saat ditemui di Kantornya di Pejambon, kemarin (16/12).

Data dari KJRI sendiri menyebut ada 18 orang yang disekap oleh pria warga negara Iran itu. Mereka terdiri dari 16 warga Australia, 1 warga China dan 1 warga India.

Retno mengatakan, KJRI di Sydney juga telah memberikan sejumlah himbauan untuk WNI terutama WNI muslim di sana. KJRI juga telah membuka hotline untuk mengantisipasi keadaan yang tidak terduga. Sebab, kemungkinan adanya oknum yang memprovokasi suasana masih sangat mungkin.

Kendati demikian, Retno berpendapat bahwa stigma negatif pada umat muslim di sana akan sangat kecil. Terlebih melihat reaksi masyarakat setempat yang justru turut menguatkan dan menjaga warga muslim pasca kejadian penyanderaan. Hal itu dinyatakan oleh mereka melalui hastag I”ll ride with you yang sempat menjadi trending topic di media sosial. “Saya melihat ada #Illridewithyou, saya rasa itu tren yang sangat baik,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Retno menegaskan kembali bahwa aksi yang dilakukan oleh Man Haroon Monis itu tidak berhubungan sama sekali dengan agama. Bahkan, Indonesia turut mengecam aksi pria 50 tahun itu.

“Perlu ditegaskan dari awal, ini tidak ada hubungannya. Kita juga langsung melakukan komunikasi dengan komunitas muslim di sana untuk membangun rasa saling pengertian,” tandasnya.

Di Australia, lewat media sosial dengan memakai tagar #illridewithyou, berbagai kelompok membangun solidaritas mengantisipasi sikap yang mengarah pada kebencian terhadap Islam.

Kekhawatiran itu muncul saat polisi melakukan pengepungan terhadap penyandera, dibalas dengan berkibarnya ‘bendera Islam’ dari di kafe tersebut. Seorang wanita Australia dilaporkan memulai #illridewithyou untuk menunjukkan kesetiakawanan dengan umat Islam.

Berikut ini di antaranya ungkapan mereka. “#373 bus antara Coogee & Martin Place. #illridewithyou @ saya jika Anda ingin memakai penutup kepala & tidak diganggu,” kata @sirtessa dalam kicauannya.

Dalam beberapa jam, warga Australia di seluruh negeri itu mengulangi tagar tersebut, dengan lebih dari 40 ribu kicauan #illridewithyou, yang kemudian menjadikan salah satu laman terpopuler media gaul tersebut.

“Saya bertekad selalu mengatakan sesuatu ketika saya melihat pelecehan di angkutan umum. #illridewithyou,” kata satu pengguna di Twitter.

Pengguna lain di Australia Selatan menulis, “Jika Anda mengenakan pakaian keagamaan dari pinggiran barat #Adelaide ke kota itu pada Selasa tapi tidak ingin bepergian sendiri #illridewithyou.”

Yang lain menawarkan bantuan di luar dukungan perjalanan, “Saya tinggal di rumah besar, sehingga tidak berguna untuk #illridewithyou, tapi jika Anda di tarneit VIC dan perlu tempat aman untuk bersembunyi, hubungi saya.”

Komisaris Pembedaan Ras Australia, Tim Soutphommasane, menyatakan berbesar hati dengan gerakan itu. Kemudian menambahkan, “Jangan biarkan ketakutan, kebencian, dan perpecahan menang.”

Kelompok benci Islam menyatakan marah atas pengepungan itu. Liga Pertahanan Australia menulis di Facebook, “Ini dia teman, terorisme Islam dalam negeri di halaman belakang kita akibat kebaikan pemerintah Australia dan pemilihnya, yang sudah dicuci otak.”

Komisaris Polisi New South Wales, Andrew Scipione, menyatakan petugas bekerja sama dengan masyarakat muslim. “Serangan pembalasan adalah sesuatu yang seharusnya tidak terjadi.”

Man Haron Monis dilaporkan memposting pesan di media sosial dan mengunggah video ke YouTube. Pria yang dikenal pula sebagai Sheikh Haron ini diduga bertindak sendirian dalam menjalankan aksi terornya di Australia.
Man Haron Monis dilaporkan memposting pesan di media sosial dan mengunggah video ke YouTube. Pria yang dikenal pula sebagai Sheikh Haron ini diduga bertindak sendirian dalam menjalankan aksi terornya di Australia.

Seperti dikutip dari situs ABC, polisi membekuk salah satu penyandera bernama Man Haron Monis. Menurut CNN, Monis panik saat mengetahui dirinya terkepung. Dia berteriak kepada sejumlah sandera meminta telepon genggam untuk mengontak sejumlah media massa.

Monis juga dilaporkan memposting pesan di media sosial dan mengunggah video ke YouTube. Pria yang dikenal pula sebagai Sheikh Haron ini diduga bertindak sendirian dalam menjalankan aksi terornya di Australia.

Aksi Monis mengundang masalah besar bagi Australia, khususnya warga Kota Sydney. Aksi terornya menyandera para pengunjung dan pekerja di Lindt Chocolat Cafe, Martin Place, Sydney, menghebohkan negara itu dan juga internasional.

Menurut The Sydney Morning Herald, Monis mengaku sebagai tokoh agama dari Iran. Namun Monis memiliki sederetan rekam jejak kriminal sejak berimigrasi ke Negeri Kanguru itu pada 1996. Misalnya, Monis pernah menjalani hukuman karena terlibat dalam kasus pembunuhan bekas istrinya, yang ditemukan dengan luka tusukan dan dibakar di sebuah apartemen di Sydney.

Monis yang tercatat berusia 49 tahun, baru saja keluar dari penjara tahun ini setelah terlibat kasus kekerasan seksual terhadap perempuan pada 2002. Monis juga didakwa terlibat dalam 40 kasus kriminal lainnya pada Oktober lalu.

Lewat laman Facebook, yang di-like oleh sekitar 14 ribu akun, Monis menghasut netizen agar bergabung dengan ‘Tim Islam’. Monis berdalih, ini bagian dari upayanya melawan kebijakan pemerintah Australia dalam isu terorisme.

Pemerintah Australia sendiri telah menahan sekitar 50 warga lokal dan 150 paspor simpatisan dari gerakan separatisme Islamic State di Irak dan Suriah. Monis bahkan pernah menyurati Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Dalam suratnya itu, Monis memprotes kunjungan Abbott ke kamp militer Tarin Kowt, yang didiami pasukan Australia.

Monis, yang sering disebut Syeh Haron, masuk catatan polisi karena menyebar surat elektronik bernada kebencian kepada keluarga tentara Australia, yang sedang bertugas di luar negeri.

Abbott mengatakan ada indikasi penyanderaan ini bermotif politik. “Ini sebuah insiden yang sangat mengganggu. Saya dapat memahami kecemasan dan kegundahan rakyat Australia,” kata Abbott di Canberra, kemarin.

 

 

(bbs/val)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/