31.7 C
Medan
Wednesday, May 29, 2024

Keracunan, 22 Anak India Tewas

INDIA-CHILDREN-SCHOOL-SOCIALPATNA – Tragedi kemanusiaan terjadi di sebuah sekolah dasar di Bihar, India. Sedikitnya 22 anak-anak meninggal dan puluhan lain harus dirawat di rumah sakit. Itu terjadi setelah mereka mengonsumsi makan siang gratis yang diduga telah tercemar bahan kimia berbahaya pada Selasa (16/7).
Insiden keracunan tersebut berlangsung di SD Dharmasati Gandman, sebuah sekolah negeri di Desa Masrakh, Distrik Saran. Kala itu, sekolah tersebut sedang didatangi rangkaian program makan siang gratis dari pemerintah India. Tujuan program itu adalah meningkatkan kehadiran murid di sekolah. Sayangnya, praktiknya kerap mengabaikan faktor higienis.
’’Insiden ini membuat kami sedih. Tapi benar, sekitar 20 anak tewas setelah menikmati makan siang mereka yang diduga beracun,’’ terang Menteri Pendidikan Negara Bagian Bihar P. K. Shahi kemarin.
Saat peristiwa itu terjadi, 26 anak-anak yang jatuh sakit langsung dilarikan ke sejumlah rumah sakit di dekat Kota Chapra dan Patna, ibu kota Negara Bagian Bihar, untuk dirawat intensif. Total ada 47 anak-anak yang keracunan. Dikhawatirkan, korban tewas akan bertambah. Sebab, sebagian anak-anak yang masih berumur di bawah 12 tahun itu sedang kritis.
Orang tua murid yang meradang langsung protes atas kematian anak-anak tersebut. Mereka membakar sedikitnya empat mobil polisi. Proses hukum telah berjalan dan pemerintah menawarkan kompensasi INR 200 ribu (Rp 34 juta) untuk masing-masing keluarga korban meninggal. ’’Kami terus mendalami kasus ini,’’ ungkap Hakim Pengadilan Rendah Distrik Saran Abhijit Sinha.
Di India, negara yang hampir setengah dari anak-anaknya menderita kekurangan nutrisi dan tidak bersekolah, program makan siang di sekolah menjadi andalan untuk memberantas kelaparan sekaligus buta huruf. Para ekonom yakin, program itu akan meningkatkan minat orang tua agar mendaftarkan anaknya ke sekolah dasar, mengurangi kelaparan, dan membuat anak-anak dari berbagai latar belakang kasta duduk bersama untuk menikmati makanan yang sama.
Kebijakan program makan siang tersebut dikeluarkan setelah Mahkamah Agung pada 2001. Mahkamah Agung memutuskan bahwa seluruh sekolah negeri di India diharuskan menyediakan makan gratis kepada murid-murid yang berusia di bawah 13 tahun.
Menurut penyelidikan terakhir, dilaporkan bahwa racun dalam makanan itu diketahui berjenis organophosphorus, sebuah senyawa kimia yang menurut Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit Amerika Serikat biasa digunakan untuk pertanian. Departemen Kesehatan AS menyebutkan, zat tersebut merupakan turunan dari gas sarin yang biasa dipakai untuk bahan kimia.
Terpapar zat tersebut dalam dosis yang tinggi bisa mengakibatkan jantung berdebar, gangguan pernapasan, cacat, dan serangan penyakit secara tiba-tiba. (dos/jpnn)

INDIA-CHILDREN-SCHOOL-SOCIALPATNA – Tragedi kemanusiaan terjadi di sebuah sekolah dasar di Bihar, India. Sedikitnya 22 anak-anak meninggal dan puluhan lain harus dirawat di rumah sakit. Itu terjadi setelah mereka mengonsumsi makan siang gratis yang diduga telah tercemar bahan kimia berbahaya pada Selasa (16/7).
Insiden keracunan tersebut berlangsung di SD Dharmasati Gandman, sebuah sekolah negeri di Desa Masrakh, Distrik Saran. Kala itu, sekolah tersebut sedang didatangi rangkaian program makan siang gratis dari pemerintah India. Tujuan program itu adalah meningkatkan kehadiran murid di sekolah. Sayangnya, praktiknya kerap mengabaikan faktor higienis.
’’Insiden ini membuat kami sedih. Tapi benar, sekitar 20 anak tewas setelah menikmati makan siang mereka yang diduga beracun,’’ terang Menteri Pendidikan Negara Bagian Bihar P. K. Shahi kemarin.
Saat peristiwa itu terjadi, 26 anak-anak yang jatuh sakit langsung dilarikan ke sejumlah rumah sakit di dekat Kota Chapra dan Patna, ibu kota Negara Bagian Bihar, untuk dirawat intensif. Total ada 47 anak-anak yang keracunan. Dikhawatirkan, korban tewas akan bertambah. Sebab, sebagian anak-anak yang masih berumur di bawah 12 tahun itu sedang kritis.
Orang tua murid yang meradang langsung protes atas kematian anak-anak tersebut. Mereka membakar sedikitnya empat mobil polisi. Proses hukum telah berjalan dan pemerintah menawarkan kompensasi INR 200 ribu (Rp 34 juta) untuk masing-masing keluarga korban meninggal. ’’Kami terus mendalami kasus ini,’’ ungkap Hakim Pengadilan Rendah Distrik Saran Abhijit Sinha.
Di India, negara yang hampir setengah dari anak-anaknya menderita kekurangan nutrisi dan tidak bersekolah, program makan siang di sekolah menjadi andalan untuk memberantas kelaparan sekaligus buta huruf. Para ekonom yakin, program itu akan meningkatkan minat orang tua agar mendaftarkan anaknya ke sekolah dasar, mengurangi kelaparan, dan membuat anak-anak dari berbagai latar belakang kasta duduk bersama untuk menikmati makanan yang sama.
Kebijakan program makan siang tersebut dikeluarkan setelah Mahkamah Agung pada 2001. Mahkamah Agung memutuskan bahwa seluruh sekolah negeri di India diharuskan menyediakan makan gratis kepada murid-murid yang berusia di bawah 13 tahun.
Menurut penyelidikan terakhir, dilaporkan bahwa racun dalam makanan itu diketahui berjenis organophosphorus, sebuah senyawa kimia yang menurut Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit Amerika Serikat biasa digunakan untuk pertanian. Departemen Kesehatan AS menyebutkan, zat tersebut merupakan turunan dari gas sarin yang biasa dipakai untuk bahan kimia.
Terpapar zat tersebut dalam dosis yang tinggi bisa mengakibatkan jantung berdebar, gangguan pernapasan, cacat, dan serangan penyakit secara tiba-tiba. (dos/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/