MANILA-Sedikitnya 256 orang tewas dan 400 lainnya hilang akibat badai tropis Washi yang menghantam Filipina bagian selatan. Badai yang dalam istilah lokal bernama Sendong ini menimbulkan banjir besar dan dianggap paling buruk dalam sejarah, Sabtu (17/12).
”Itu adalah banjir terburuk dalam sejarah kota kami,” kata Wali Kota Iligan Lawrence Cruz kepada stasiun televisi GMA, kemarin.
Cruz juga mengatakan banjir akibat sungai-sungai yang meluap itu melanda seperempat daerah daratan kota berpenduduk 100.000 jiwa tersebut.
“Banjir itu terjadi sangat cepat pada saat orang sedang tidur,” tambah Cruz.
Stasiun televisi GMA menayangkan gambar yang dramatis satu keluarga menyelamatkan diri keluar dari jendela rumah mereka di kota itu saat banjir tinggi, dan para petugas penyelamat membantu mereka yang selamat mengungsi ke tempat yang lebih aman sementara air mencapai setinggi dada.
Seperti dikutip dari Guardian, Sabtu (17/ 12), Palang Merah Filipina mengatakan sekitar 256 orang tewas di Mindanao dan pulau lainnya. Tentara dan polisi terus mencari korban yang masih menghilang akibat badai tersebut.
“Korban tewas mungkin akan terus bertambah karena masih ada banyak orang yang menghilang,” kata Gwendolyn Pang, selaku Sekretaris Palang Merah Filipina.
Kolonel Leopoldo Galon, seorang juru bicara militer Filipina mengatakan, para pekerja darurat telah menemukan sekitar 97 mayat di Cagayan de Oro. Dan di antara mayat yang ditemukan itu di antaranya adalah anakanak.
Sementara itu, di Iligan sekitar 79 orang tenggelam.
“Saya tidak bisa menjelaskan bagaimana hal ini terjadi, seluruh desa tersapu ke laut karena banjir bandang,” kata Galon kepada Reuters.
Pihak pemerintah Filipina mengatakan 20.000 tentara telah dikerahkan dalam satu usaha penyelamatan besar-besaran dan operasi pertolongan dilakukan di seluruh pantai utara Pulau Mindanao yang dilanda topan.
Dua pelabuhan penting pulau itu, Cagayan de Oro dan Iligan paling parah akibat bencana alam itu. “Tiga orang juga tenggelam di Kota Polaco dan lima orang tewas akibat tanah longsor di gunung-gunung dekat Kota Monkayo,” kata Benito Ramos, direktur eksekutif Badan Manajemen dan Penanggulangan Bencana di Manila.
Benito Ramos pun menduga sejumlah penduduk tidak mengira ancaman yang ditimbulkan badai itu. “Badai jarang melanda daerah ini. Jadi, ketika badai menuju mereka, mereka tenang saja,” kata Ramos.
Pejabat pariwisata Iligan Pat Noel mengemukakan kepada AFP air mulai naik sebelum Jumat tengah malam waktu setempat atau sekira pukul 23.00 WIB. Kejadian ini saat penduduk sedang tidur, menghantam dan menghanyutkan rumah-rumah yang terbuat bahan bangunan ringan dan penduduk yang tinggal di pinggir sungai. Dua dari tiga sungai yang terdapat di Kota Iligan meluap, tambahnya, dan seorang komentator radio termasuk di antara mereka yang tewas.
Filipina dilanda 20 badai kuat setiap tahun dengan paling parah Luzon. Dua topan Nesat dan Nalgae menghantam negara itu dalam beberapa hari akhir September, menewaskan lebih dari 100 orang. Sementara badai tropis Banyan menewaskan delapan orang lainnya pada Oktober lalu.
Menurut BBC, di Cagayan de Oro masih banyak penduduk yang terperangkap di rumah.
Hujan selama 24 jam menyebabkan air sungai meluap. Banjir bandang juga menyebabkan listrik padam dan sejumlah penerbangan domestik dibatalkan karena kecepatan angin mencapai 90 km per jam.
Badan Nasional Bencana Filipina, menyebutkan selain banjir, tanah longsor juga terjadi di bagian timur pulau, dan menewaskan sedikitnya lima orang. Dari jumlah korban keseluruhan, hampir100jenazahyangditemukan, sebagian besar adalah anak-anak. (bbs)