BEIJING, SUMUTPOS.CO – Tiongkok selalu bergerak cepat mereaksi letupan di Kawasan Otonomi Xinjiang-Uighur. Setelah bentrok berdarah pecah di Kota Kashgar pada Minggu malam lalu (15/12), polisi berhasil membekuk enam tersangka sehari kemudian. Media Tiongkok melaporkan bahwa kerusuhan di Xinjiang itu merupakan aksi teroris.
Kemarin (17/12), Kantor Berita Xinhua melaporkan, aparat menangkap enam tersangka kerusuhan Xinjiang itu pada Senin malam waktu setempat (16/12). Penangkapan itu terjadi setelah polisi berhasil meredam kerusuhan. Tapi, tentunya, mereka meredam kerusuhan dengan cara kekerasan. Bentrok polisi dan warga Xinjiang berakhir setelah aparat menembak mati 14 orang. Dua polisi, kabarnya, juga tewas.
Total ada 16 nyawa yang melayang dalam kerusuhan teranyar di kawasan rawan konflik tersebut. Lagi-lagi, Beijing menegaskan bahwa aksi kekerasan tersebut didalangi teroris. ”Ini merupakan insiden yang sudah direncanakan dan dipersiapkan dengan matang oleh para teroris,” terang pemerintah Xinjiang dalam pernyataan resminya kemarin.
Dalam keterangan tertulis itu, pemerintah Xinjiang juga menegaskan bahwa kekerasan tersebut merupakan buah dari aktivitas diam-diam para teroris. Kabarnya, kelompok ekstrem Xinjiang sering menyelenggarakan pertemuan tertutup. Dalam pertemuan itu, mereka bersama-sama menyaksikan video teror yang sarat kekerasan. Selain itu, mereka juga rutin mendengarkan ceramah para ulama radikal tentang jihad. (AP/Reuters/hep/dos)
BEIJING, SUMUTPOS.CO – Tiongkok selalu bergerak cepat mereaksi letupan di Kawasan Otonomi Xinjiang-Uighur. Setelah bentrok berdarah pecah di Kota Kashgar pada Minggu malam lalu (15/12), polisi berhasil membekuk enam tersangka sehari kemudian. Media Tiongkok melaporkan bahwa kerusuhan di Xinjiang itu merupakan aksi teroris.
Kemarin (17/12), Kantor Berita Xinhua melaporkan, aparat menangkap enam tersangka kerusuhan Xinjiang itu pada Senin malam waktu setempat (16/12). Penangkapan itu terjadi setelah polisi berhasil meredam kerusuhan. Tapi, tentunya, mereka meredam kerusuhan dengan cara kekerasan. Bentrok polisi dan warga Xinjiang berakhir setelah aparat menembak mati 14 orang. Dua polisi, kabarnya, juga tewas.
Total ada 16 nyawa yang melayang dalam kerusuhan teranyar di kawasan rawan konflik tersebut. Lagi-lagi, Beijing menegaskan bahwa aksi kekerasan tersebut didalangi teroris. ”Ini merupakan insiden yang sudah direncanakan dan dipersiapkan dengan matang oleh para teroris,” terang pemerintah Xinjiang dalam pernyataan resminya kemarin.
Dalam keterangan tertulis itu, pemerintah Xinjiang juga menegaskan bahwa kekerasan tersebut merupakan buah dari aktivitas diam-diam para teroris. Kabarnya, kelompok ekstrem Xinjiang sering menyelenggarakan pertemuan tertutup. Dalam pertemuan itu, mereka bersama-sama menyaksikan video teror yang sarat kekerasan. Selain itu, mereka juga rutin mendengarkan ceramah para ulama radikal tentang jihad. (AP/Reuters/hep/dos)