ANKARA – Pemerintah Turki tak ingin berkompromi atas serangan mendadak yang dilancarkan pemberontak Partai Pekerja Kurdi (PKK) dan menewaskan sembilan orang tentaranya. Dini hari kemarin (18/8) jet tempur Turki melancarkan balasan serangan udara dengan menggempur 60 target yang menjadi basis organisasi terlarang tersebut di wilayah utara Iraq, dekat perbatasan dengan negara itu.
Operasi militer tersebut dilancarkan di kawasan Qandil dan Hakurk sejak Rabu malam (17/8). PKK menyatakan serangan Turki tersebut berlanjut hingga kemarin pagi. Militer Turki beralasan serangan di dalam dan luar teritorinya menarget persembunyian hingga tempat aman bagi PKK.
Menurut Juru Bicara PKK Dozdar Hammo, sejumlah jet tempur Turki telah membombardir basis mereka di kawasan Qandil dan Khanairah, utara Iraq atau di wilayah perbatasan, selama sekitar satu jam sejak pukul 08.00 kemarin. Sejumlah artileri berat Turki menghajar 169 target di wilayah Kurdi. Tetapi, dia mengklaim tak sampai jatuh korban dalam serangan pada Rabu malam yang berlangsung selama dua jam sejak pukul 21.00.
Serangan tersebut merupakan kali pertama dalam lebih dari setahun terakhir militer Turki melancarkan serangan ke basis PKK di utara Iraq. Operasi militer itu dilancarkan sebagai balasan atas serangan yang dilakukan pemberontak PKK di Cukurca, tenggara Turki, pada Rabu lalu. Dalam penyergapan itu, sembilan tentara Turki tewas. PKK dicap sebagai organisasi atau kelompok teroris oleh Turki, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (AS). Serangan itu terjadi setelah pemerintah Turki mengumumkan “era baru” dalam perang melawan PKK.
Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan sinyal bahwa pemerintahannya akan mengambil tindakan lebih tegas pada PKK selepas bulan suci Ramadhan. Tetapi, dia kemudian menegaskan bahwa pemerintah Turki sudah habis kesabaran dalam menghadapi kelompok pemberontak.
Dewan Keamanan Nasional Turki, yang beranggotakan para pejabat sipil dan militer, akan melakukan pertemuan darurat untuk mendiskusikan langkah pemerintah berikut dalam menghadapi PKK. Presiden Abdullah Gul selaku pimpinan dewan itu diperkirakan akan mencari dukungan kolektif dari partai pemerintah maupun oposisi di parlemen sebelum mengambil langkah selanjutnya.
Ankara telah beberapa kali merevisi strategi melawan PKK. Lang kah paling anyar adalah mengirim polisi khusus dan tentara profesional ke wilayah konflik berbatasan dengan Iraq.
Analis memprediksi bahwa situasi keamanan akan terus memanas kalau militer Turki terus melancarkan operasi dalam beberapa bulan berikutnya.
“Saya rasa serangan serupa akan berlanjut hingga Desember,” ramal Nihat Ali Ozcan, ahli pertahanan dari lembaga penelitian TEPAV, di Ankara. Menurut dia, dengan operasi tersebut, pemerintah Turki bisa mengurangi jatuhnya korban dari pihak militer yang mencapai 500 orang setiap tahun.
Anggota PKK biasanya kembali ke basis mereka di utara Iraq pada musim dingin saat kawasan pegunungan Qandil, Turki, diselimuti salju.
Mehmet Tezkan, seorang kolumnis di harian Milliyet, berpendapat bahwa Syria bisa jadi berada di balik serangan PKK mutakhir. Pasalnya, hubungan antara Damaskus dan Ankara sempat memburuk beberapa pekan terakhir setelah PM Erdogan mengkritik keras represi militer Syria atas demonstran anti pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
“PKK akan terus melancarkan serangan selama Ankara terus memperingatkan Damaskus supaya menghentikan operasi militernya terhadap para demonstran,” tuturnya.
Sejumlah pengamat lain mengritik kegagalan pemerintah Turki mengantisipasi serangan PKK itu. Partai berkuasa pimpinan Erdogan, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), sudah sembilan tahun ini berupaya menyelesaikan masalah pemberontakan Kurdi tersebut.
Sebuah serangan terjadi saat sekitar 30 anggota parlemen dari etnis Kurdi menolak diambil sumpahnya sebagai wakil rakyat. Mereka kemudian bergabung dengan demonstrasi yang memprotes penahanan sejumlah kolega dari etnis Kurdi, padahal mereka terpilih pada pemilu 12 Juni lalu. (afp/rtr/bbc/cak/dwi/jpnn)