26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

AS-Kuba Akhiri Perang Dingin

Foto: AFP/DOUG MILLS Presiden AS, Barack Obama (kiri) dan Presiden Cuba, Raul Castro (kanan).
Foto: AFP/DOUG MILLS
Presiden AS, Barack Obama (kiri) dan Presiden Cuba, Raul Castro (kanan) sepakat mengakhiri perang dingin.

WASHINGTON, SUMUTPOS.CO – Amerika Serikat (AS) dan Kuba mengambil keputusan besar. Rabu waktu setempat (17/12) Presiden AS Barack Obama dan Presiden Kuba Raul Castro sepakat mengakhiri perang dingin yang telah berlangsung sekitar lima dekade terakhir. Dalam waktu dekat, hubungan diplomatik dua negara akan kembali terjalin.

“Washington siap menjalani babak baru hubungan dengan Kuba,” ucap Obama dalam keterangan resminya dari Gedung Putih. Dia juga mengatakan bahwa AS akan kembali membuka kedutaan di Kota Havana. Kantor perwakilan Negeri Paman Sam itu tutup sejak 1961. Sekitar satu tahun sebelumnya, AS menerapkan embargo perdagangan atas Kuba.

“Kami sama-sama Amerika,” tegas Obama tentang AS dan Kuba. Dalam pidatonya Rabu lalu, pemimpin 53 tahun itu menyelipkan beberapa kalimat berbahasa Spanyol. Gedung Putih menyebut pendekatan Obama itu sebagai upaya menancapkan lagi pengaruh Washington di kawasan barat Amerika. Yakni, Amerika Selatan dan Amerika Utara.

Pada waktu bersamaan, Castro juga mendeklarasikan kesepakatannya dengan Obama untuk memperbaiki hubungan dua negara. Khususnya hubungan diplomatik Washington dan Havana. Kini dua negara yang berseteru selama lebih dari 50 tahun itu telah kembali rukun. “Keputusan Presiden Obama ini layak mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari rakyat kita,” kata adik Fidel Castro tersebut.

Dalam kesempatan itu, Castro mengatakan bahwa mencairnya ketegangan dua negara harus segera diimbangi dengan pencabutan embargo alias blokade. Sejak AS menerapkan embargonya, Kuba terpaksa hanya bergantung kepada Uni Soviet (kini Rusia). Setelah Uni Soviet bubar pada 1991, berbagai masalah ekonomi pun langsung membelit Kuba. Rakyat juga kekurangan bahan pokok.

“Sebaiknya Washington segera mengakhiri embargo perdagangan yang telah menciptakan bencana ekonomi dan masalah kemanusiaan dalam masyarakat kami,” tegas Castro. Di Washington, Obama menyambut baik usul tokoh 83 tahun itu. Dia mengakui bahwa embargo AS atas Kuba tidak terbukti efektif mengikis paham komunis di negara tersebut.

Obama berjanji menyampaikan masukan Castro itu kepada Kongres AS. Jika memang tidak ada keuntungannya, dia meminta kongres mencabut embargo yang justru mempersubur paham anti-AS di Kuba tersebut. “Kami akan segera mengakhiri kebijakan-kebijakan yang telah terbukti tidak efektif selama lima dekade terakhir ini,” ungkapnya.

Sebelum Obama dan Castro mendeklarasikan kesepakatan mengejutkan mereka, AS dan Kuba telah meneken perjanjian tentang pertukaran tahanan politik (tapol). Havana sepakat membebaskan belasan tapol asal AS yang dijerat dengan Undang-Undang Antispionase. Termasuk Alan Gross yang sudah mendekam di penjara selama 20 tahun. Sebaliknya, AS membebaskan tiga mata-mata asal Kuba.

“Departemen Luar Negeri AS juga akan meninjau ulang keputusan untuk melabeli Kuba sebagai salah satu negara pendukung terorisme,” imbuh Obama. Tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam waktu dekat Kuba akan lenyap dari daftar hitam tersebut. Kemarin (18/12) masyarakat global menyambut positif keputusan AS dan Kuba itu. (ap/afp/bbc/hep/c11/ami/jpnn)

Foto: AFP/DOUG MILLS Presiden AS, Barack Obama (kiri) dan Presiden Cuba, Raul Castro (kanan).
Foto: AFP/DOUG MILLS
Presiden AS, Barack Obama (kiri) dan Presiden Cuba, Raul Castro (kanan) sepakat mengakhiri perang dingin.

WASHINGTON, SUMUTPOS.CO – Amerika Serikat (AS) dan Kuba mengambil keputusan besar. Rabu waktu setempat (17/12) Presiden AS Barack Obama dan Presiden Kuba Raul Castro sepakat mengakhiri perang dingin yang telah berlangsung sekitar lima dekade terakhir. Dalam waktu dekat, hubungan diplomatik dua negara akan kembali terjalin.

“Washington siap menjalani babak baru hubungan dengan Kuba,” ucap Obama dalam keterangan resminya dari Gedung Putih. Dia juga mengatakan bahwa AS akan kembali membuka kedutaan di Kota Havana. Kantor perwakilan Negeri Paman Sam itu tutup sejak 1961. Sekitar satu tahun sebelumnya, AS menerapkan embargo perdagangan atas Kuba.

“Kami sama-sama Amerika,” tegas Obama tentang AS dan Kuba. Dalam pidatonya Rabu lalu, pemimpin 53 tahun itu menyelipkan beberapa kalimat berbahasa Spanyol. Gedung Putih menyebut pendekatan Obama itu sebagai upaya menancapkan lagi pengaruh Washington di kawasan barat Amerika. Yakni, Amerika Selatan dan Amerika Utara.

Pada waktu bersamaan, Castro juga mendeklarasikan kesepakatannya dengan Obama untuk memperbaiki hubungan dua negara. Khususnya hubungan diplomatik Washington dan Havana. Kini dua negara yang berseteru selama lebih dari 50 tahun itu telah kembali rukun. “Keputusan Presiden Obama ini layak mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari rakyat kita,” kata adik Fidel Castro tersebut.

Dalam kesempatan itu, Castro mengatakan bahwa mencairnya ketegangan dua negara harus segera diimbangi dengan pencabutan embargo alias blokade. Sejak AS menerapkan embargonya, Kuba terpaksa hanya bergantung kepada Uni Soviet (kini Rusia). Setelah Uni Soviet bubar pada 1991, berbagai masalah ekonomi pun langsung membelit Kuba. Rakyat juga kekurangan bahan pokok.

“Sebaiknya Washington segera mengakhiri embargo perdagangan yang telah menciptakan bencana ekonomi dan masalah kemanusiaan dalam masyarakat kami,” tegas Castro. Di Washington, Obama menyambut baik usul tokoh 83 tahun itu. Dia mengakui bahwa embargo AS atas Kuba tidak terbukti efektif mengikis paham komunis di negara tersebut.

Obama berjanji menyampaikan masukan Castro itu kepada Kongres AS. Jika memang tidak ada keuntungannya, dia meminta kongres mencabut embargo yang justru mempersubur paham anti-AS di Kuba tersebut. “Kami akan segera mengakhiri kebijakan-kebijakan yang telah terbukti tidak efektif selama lima dekade terakhir ini,” ungkapnya.

Sebelum Obama dan Castro mendeklarasikan kesepakatan mengejutkan mereka, AS dan Kuba telah meneken perjanjian tentang pertukaran tahanan politik (tapol). Havana sepakat membebaskan belasan tapol asal AS yang dijerat dengan Undang-Undang Antispionase. Termasuk Alan Gross yang sudah mendekam di penjara selama 20 tahun. Sebaliknya, AS membebaskan tiga mata-mata asal Kuba.

“Departemen Luar Negeri AS juga akan meninjau ulang keputusan untuk melabeli Kuba sebagai salah satu negara pendukung terorisme,” imbuh Obama. Tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam waktu dekat Kuba akan lenyap dari daftar hitam tersebut. Kemarin (18/12) masyarakat global menyambut positif keputusan AS dan Kuba itu. (ap/afp/bbc/hep/c11/ami/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/