28.9 C
Medan
Friday, May 31, 2024

Oposisi Libya Tumpur

Uni Eropa tak Beri Bantuan

TRIPOLI- Konflik antara Pemimpin Libya, Muammar Kadhafi dengan pasukan oposisi segera berakhir. Bukan hanya dikarenakan akan dilangsung pemilu, melainkan pasukan oposisi sudah kehabisan dana untuk menjatuhkan Kadhafi.
Demikian disampaikan Kepala Urusan Perminyakan, Ali Tahouni, Sabtu (18/6) seperti dilansir Rauters. Dalam pernyataannya itu, dia juga menuduh Barat tak memenuhi janji-janjinya untuk memberikan bantuan keuangan yang diperlukan kepada pasukan oposisi.

Komentar-komentarnya muncul, saat terjadi keretakan di aliansi NATO yang melancarkan kampanye pemboman selama tiga bulan melawan Kadhafi.

Oposisi telah memperoleh beberapa hasil dalam perjuangannya selama beberapa pekan terakhir, tapi masih jauh dari menguasai targetnya merebut Tripoli yang menjadi basis kekuatannya. Kendati sudah ada dukungan udara dari aliansi militer yang paling kuat di dunia itu.

“Kami sudah kehabisan segalanya. Ini suatu kegagalan. Negara-negara Barat tidak memahami atau mereka tak peduli. Belum ada yang terwujud. Dan sungguh-sungguh belum ada apa-apa,” kata Tarhouni dalam wawancara dengan Reuters.

Sedikitnya delapan pasukan oposisi tewas dalam pertempuran dekat Nalut, kota di bagian baratdaya Libya, kata satu sumber oposisi ketika para oposisi berusaha maju ke jantung wilayah yang dikuasai pasukan Kadhafi, walaupun NATO memberikan bantuan lewat serangan udara.

Pertempuran berkecamuk di desa Takut, di luar Kota Nalut, Sabtu disusul baku tembak artileri berat dekat kota Zlitan, di sisi lain Tripoli, sementara para pasukan oposisi berusaha menguasai wilayah yang dikuasai pemerintah di sebelah timur kota itu.

Uni Eropa telah menjanjikan bantuan keuangan, AS yang memainkan peran menonjol dalam memberlakukan zona larangan terbang dukungan PBB atas Libya, telah menjanjikan bantuan lebih banyak.
Tarhouni telah memperkirakan para oposisi menghabiskan biaya 100 juta dinar Libya (86 juta dolar AS) per hari. “Saya perkirakan kami segera tak akan memperoduksi minyak lagi. Fasilitass penyulingan tak punya minyak mentah sehingga tak bisa beroperasi,” katanya.

Presiden Dewan Transisi, Mustafa Abdel Jalil dari pihak pasukan oposisi berada di ibu Kota Tunisia pada Sabtu untuk mengadakan pembicaraan dengan pejabat-pejabat pemerintah Tunisia. “Kami telah melampaui tahap itu,” kata Jalil kepada Reuters setelah jumpa pers.

Menteri Pertahanan Jerman, Thomas de Maziere, mengecam operasi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang kontroversial di Libya. Berbicara dengan majalah berita mingguan yang berbasis di Hamburg, Der Spiegel, pada Sabtu, menteri yang negaranya bukan bagian dari perang aliansi militer Barat di Libya, itu mengatakan bahwa perencanaan seluruh misi NATO di negara Afrika Utara itu cupet.

“Tentu saja, ketika anda memulai sesuatu, Anda selalu harus tahu, berapa lama Anda bisa keluar keringat,” kata de Maziere seperti dikutip oleh majalah tersebut.

Jerman berada di bawah tekanan intensif oleh sekutu penting NATO – khususnya AS, Prancis dan Inggris – untuk bergabung dengan misi militer tersebut. Menurut de Maziere, AS sekali lagi meminta bantuan militer Jerman untuk operasi di Libya selama pertemuan NATO awal bulan ini, yang ditolak oleh pihak Berlin. (bbs/jpnn)

Uni Eropa tak Beri Bantuan

TRIPOLI- Konflik antara Pemimpin Libya, Muammar Kadhafi dengan pasukan oposisi segera berakhir. Bukan hanya dikarenakan akan dilangsung pemilu, melainkan pasukan oposisi sudah kehabisan dana untuk menjatuhkan Kadhafi.
Demikian disampaikan Kepala Urusan Perminyakan, Ali Tahouni, Sabtu (18/6) seperti dilansir Rauters. Dalam pernyataannya itu, dia juga menuduh Barat tak memenuhi janji-janjinya untuk memberikan bantuan keuangan yang diperlukan kepada pasukan oposisi.

Komentar-komentarnya muncul, saat terjadi keretakan di aliansi NATO yang melancarkan kampanye pemboman selama tiga bulan melawan Kadhafi.

Oposisi telah memperoleh beberapa hasil dalam perjuangannya selama beberapa pekan terakhir, tapi masih jauh dari menguasai targetnya merebut Tripoli yang menjadi basis kekuatannya. Kendati sudah ada dukungan udara dari aliansi militer yang paling kuat di dunia itu.

“Kami sudah kehabisan segalanya. Ini suatu kegagalan. Negara-negara Barat tidak memahami atau mereka tak peduli. Belum ada yang terwujud. Dan sungguh-sungguh belum ada apa-apa,” kata Tarhouni dalam wawancara dengan Reuters.

Sedikitnya delapan pasukan oposisi tewas dalam pertempuran dekat Nalut, kota di bagian baratdaya Libya, kata satu sumber oposisi ketika para oposisi berusaha maju ke jantung wilayah yang dikuasai pasukan Kadhafi, walaupun NATO memberikan bantuan lewat serangan udara.

Pertempuran berkecamuk di desa Takut, di luar Kota Nalut, Sabtu disusul baku tembak artileri berat dekat kota Zlitan, di sisi lain Tripoli, sementara para pasukan oposisi berusaha menguasai wilayah yang dikuasai pemerintah di sebelah timur kota itu.

Uni Eropa telah menjanjikan bantuan keuangan, AS yang memainkan peran menonjol dalam memberlakukan zona larangan terbang dukungan PBB atas Libya, telah menjanjikan bantuan lebih banyak.
Tarhouni telah memperkirakan para oposisi menghabiskan biaya 100 juta dinar Libya (86 juta dolar AS) per hari. “Saya perkirakan kami segera tak akan memperoduksi minyak lagi. Fasilitass penyulingan tak punya minyak mentah sehingga tak bisa beroperasi,” katanya.

Presiden Dewan Transisi, Mustafa Abdel Jalil dari pihak pasukan oposisi berada di ibu Kota Tunisia pada Sabtu untuk mengadakan pembicaraan dengan pejabat-pejabat pemerintah Tunisia. “Kami telah melampaui tahap itu,” kata Jalil kepada Reuters setelah jumpa pers.

Menteri Pertahanan Jerman, Thomas de Maziere, mengecam operasi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang kontroversial di Libya. Berbicara dengan majalah berita mingguan yang berbasis di Hamburg, Der Spiegel, pada Sabtu, menteri yang negaranya bukan bagian dari perang aliansi militer Barat di Libya, itu mengatakan bahwa perencanaan seluruh misi NATO di negara Afrika Utara itu cupet.

“Tentu saja, ketika anda memulai sesuatu, Anda selalu harus tahu, berapa lama Anda bisa keluar keringat,” kata de Maziere seperti dikutip oleh majalah tersebut.

Jerman berada di bawah tekanan intensif oleh sekutu penting NATO – khususnya AS, Prancis dan Inggris – untuk bergabung dengan misi militer tersebut. Menurut de Maziere, AS sekali lagi meminta bantuan militer Jerman untuk operasi di Libya selama pertemuan NATO awal bulan ini, yang ditolak oleh pihak Berlin. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/