Somalia Selatan Kelaparan
KENYA- Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menetapkan Somalia Selatan sebagai daerah yang menderita kelaparan. Hal itu diakibatkan musim kemarau terparah selama 60 tahun membuat banyak anak-anak Somalia menderita kekurangan gizi.
Demikian disampaikan Badan Bantuan Anak PBB, dilansir dari laman CNN, Rabu (20/7). PBB menyebutkan sebanyak 80 persen anak di Somalia selatan menderita kekurangan gizi. PBB mengatakan anak menderita kekurangan gizi akut di Somalia mencapai 30 persen. Akibatnya, angka kematian meningkat menjadi dua orang per 1.000 kepala per hari.
Kekurangan gizi yang melanda Somalia itu akibat kemarau panjang yang berujung pada gagal panen, kematian ternak, meningkatnya harga pangan. Konflik berkepanjangan juga sebagai pemicu penyebab penderitaan warga Somalia. Perang saudara di Somalia juga membuat pemerintahan negara ini tidak efektif.
Tingginya harga pangan membuat warga Somalia yang kebanyakan berada di bawah garis kemiskinan semakin menderita. PBB mencatat, sedikitnya 20 persen keluarga di negara itu menderita kekurangan pangan yang ekstrem. Daerah terparah adalah Bakool dan Shabelle.
Akibat kurangnya makanan, setiap minggunya sebanyak 5.000 warga Somalia rela berjalan berhari-hari di tengah terik menuju kamp pengungsi di Kenya dan Ethiopia. Kini di Kenya telah ada 400 ribu pengungsi Somalia, padahal kamp pengungsi hanya mampu menampung 90 ribu orang.
“Hampir setengah dari populasi Somalia, 3,7 juta orang berada di situasi kritis. Sebanyak 2,8 juta di antaranya bermukim di wilayah selatan,” ujar Mark Bowden, koordinator bantuan kemanusiaan PBB untuk Somalia.
Kementerian Luar Negeri AS mengumumkan akan mengucurkan dana sebesar US dolar 28 juta setara dengan Rp239 miliar untuk warga Somalia. “Tahun ini, AS telah memberikan bantuan sebesar US dolar 431 juta setara dengan Rp3.7 triliun dalam bentuk makanan dan bantuan darurat. Tapi itu masih tak cukup, kebutuhan semakin banyak. AS dan komunitas internasional harus berbuat lebih,” ujar Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton.
Juru bicara UNHCR – badan PBB urusan pengungsi- Adrian Edwards menegaskan, para pekerja sosial di Somalia berada dalam kondisi yang sangat tak diharapkan. “Kami membutuhkan akses yang lebih baik dari yang kami miliki untuk menjalankan bantuan darurat,” kata Edwards.
Badan Pangan Dunia (WFP) memperkirakan satu juta orang di dua kawasan itu tak bisa mengakses bantuan internasional. “Begitu kami mendapat jaminan keamanan dan kemampuan untuk mengirimkan dan mengawai bantuan, kami siap masuk Somalia,” kata juru bicara WFP, Emilia Casella. (bbc/afp/bbs/jpnn)