25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

30 Tentara Israel Tewas

Hamas mengamuk. Melalui sayap militernya, Brigade Al-Qassam yang mengklaim berhasil memasuki wilayah Israel, Hamas membunuh 30 tentara Israel dalam dua operasi di kawasan yang diduduki Israel dan di Jalur Gaza.

PALESTINA-Sumber-sumber di kubu Al-Qassam mengatakan pertempuran terjadi saat pesawat-pesawat Israel melakukan pemboman membabi-buta terhadap penduduk sipil, dan membunuh 16 anak-anak dan wanita.

Semula, militer Israel mengklaim hanya kehilangan tujuh serdadunya. Belakangan mereka mengeluarkan pernyataan 14 tentaranya dilarikan ke rumah sakit akibat luka serius.
Sebelumnya, pasukan Hamas dari kelompok lain meyerang tank-tank Israel dan membunuh lusinan serdadu Israel.

Mengutip sumber-sumber di kalangan pejuang Palestina, situs alalam.ir memberitakan enam tank Israel terkena tembakan RPG sejak Kamis (17/7), atau sejak hari pertama serangan darat brutal ke Jalur Gaza.

Dua serdadu Israel terakhir ditembak saat terjadi pengepungan di salah satu kantong permukiman Palestina di Jalur Gaza. Sersan Bania Roval ditembak pejuang dari Brigade Al-Qassam, yang muncul dari terowongan.

Serdadu kedua adalah Letnan Dua Bar Rahav dari Korp Zeni. Ia tewas akibat aktivasi sistem rudal yang berada di dekat tank.
Tidak hanya menewaskan tentara Israel, Hamas juga menyita banyak senjata Israel. Sedangkan serangan roket terus dilancarkan, dengan sasaran Tel Aviv, Ashdod, Eskhkol, dan Ashkelon. Tidak ada bantahan dari pihak Israel.

International Press melaporkan telah mendeteksi upaya Israel untuk menyembunyikan jumlah korban di pihaknya, dengan lebih banyak menonjolkan hasil serangan udaranya terhadap penduduk sipil, terutama anak-anak.

Menyikapi peningkatan serangan antara Israel-Hamas, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyarankan kedua pihak untuk melakukan gencatan senjata kemanusiaan tiga jam di Gaza. Gerakan Hamas, Ahad, langsung menyetujui usul gencatan senjata ICRC.

“ICRC menghubungi dan mengusulkan gencatan senjata kemanusiaan tiga jam untuk memungkinkan ambulans mengangkut korban tewas dan cedera dan Hamas menyetujuinya,” kata juru bicara Sami Abu Zuhri dalam pernyataan, kemarin.

“Hamas menyetujuinya tetapi pihak penyerang menolaknya,” katanya kendati radio Israel melaporkan pemerintah Israel sedang mempelajari usul itu.
Ketika dihubungi AFP, seorang juru bicara ICRC menolak mengonfirmasi atau membantah laporan itu, dengan hanya mengatakan, “Kami telah melakaukan segala usaha untuk menjamin pengungsian korban yang tewas dan cedera.”

Langkah itu dilakukan saat Israel terus menggempur beberapa permukiman di timur Gaza City, menyebabkan setidaknya 40 orang tewas dan hampir 400 orang cedera.
Peningkatan serangan mencegah badan-badan urusan darurat mendapat akses ke permukiman-permukiman dan mayat-mayat tergeletak di jalan sementara ribuan orang mengungsi, kata seorang koresponden.

Seruan Kebebasan Palestina

Kekejaman Israel atas warga Gaza, Palestina, memicu protes di berbagai negara. Di London, Inggris, 15 ribu orang melakukan aksi berjalan kaki sambil membawa berbagai spanduk yang mengutuk tindakan negeri zionis tersebut kemarin (20/7). Mereka berjalan mulai dari Downing Street hingga Kensington, tempat kedutaan Israel.
 Para demonstran itu menyerukan keadilan dan kebebasan untuk warga Palestina. Mereka juga meminta Israel menghentikan serangan. “Warga Inggris telah melihat kebiadaban serangan Israel atas warga Gaza,” ujar pemimpin Kampanye Solidaritas Palestina Sarah Colborne.

“Demonstrasi nasional akan memberikan kesempatan kepada masyarakat di seluruh Inggris untuk menyatakan bahwa serangan Israel sudah cukup. Pendudukan Israel atas Palestina dan serangan mereka ke Gaza  harus dihentikan sekarang juga,” tambahnya.

Demonstran di London tersebut memang berasal dari berbagai wilayah di Inggris. Salah seorang demonstran adalah anggota parlemen dari partai Pekerja Diane Abbott. “Kami meminta hentikan pendudukan dan keadilan untuk Palestina,” ujarnya.

Di Turki demo juga terjadi di Ankara dan Istanbul Jumat (18/7). Namun, demo di Turki tersebut berujung kericuhan. Kedutaan Besar Israel di Ankara dan gedung konsulat di Istanbul menjadi sasaran amuk massa. Mereka melempari dua gedung tersebut dengan batu dan berbagai hal.

Polisi tidak sanggup membendung massa yang marah. Mereka menembakkan gas air mata. Besarnya massa yang melakukan aksi itu juga didorong pernyataan-pernyataan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan yang secara terbuka menyerang Israel. Erdogan menyebut Israel sebagai negara teroris dan pembunuh. Dia juga menyamakan anggota parlemen Israel dari partai Ultra-Nasionalis Rumah Yahudi Ayelet Shaked seperti Hitler. Shaked memang menyatakan meminta tentara Israel menghabisi seluruh anak-anak dan perempuan di Gaza agar mereka musnah.

Pemerintah Israel kemarin (20/7) menyatakan akan mengurangi staf diplomatik di Turki. Mereka juga menyalahkan pemerintah Turki dan keamanan karena tidak mampu mengamankan situasi.

Protes serupa terjadi di negara-negara lain. Misalnya, di berbagai negara bagian Amerika Serikat (AS), Kanada, Jerman, Prancis, Negara-Negara Timur Tengah, dan Asia. Di Kashmir, India, demo berlangsung ricuh dan memakan satu korban jiwa. (bbs/jpnn/tom)

Hamas mengamuk. Melalui sayap militernya, Brigade Al-Qassam yang mengklaim berhasil memasuki wilayah Israel, Hamas membunuh 30 tentara Israel dalam dua operasi di kawasan yang diduduki Israel dan di Jalur Gaza.

PALESTINA-Sumber-sumber di kubu Al-Qassam mengatakan pertempuran terjadi saat pesawat-pesawat Israel melakukan pemboman membabi-buta terhadap penduduk sipil, dan membunuh 16 anak-anak dan wanita.

Semula, militer Israel mengklaim hanya kehilangan tujuh serdadunya. Belakangan mereka mengeluarkan pernyataan 14 tentaranya dilarikan ke rumah sakit akibat luka serius.
Sebelumnya, pasukan Hamas dari kelompok lain meyerang tank-tank Israel dan membunuh lusinan serdadu Israel.

Mengutip sumber-sumber di kalangan pejuang Palestina, situs alalam.ir memberitakan enam tank Israel terkena tembakan RPG sejak Kamis (17/7), atau sejak hari pertama serangan darat brutal ke Jalur Gaza.

Dua serdadu Israel terakhir ditembak saat terjadi pengepungan di salah satu kantong permukiman Palestina di Jalur Gaza. Sersan Bania Roval ditembak pejuang dari Brigade Al-Qassam, yang muncul dari terowongan.

Serdadu kedua adalah Letnan Dua Bar Rahav dari Korp Zeni. Ia tewas akibat aktivasi sistem rudal yang berada di dekat tank.
Tidak hanya menewaskan tentara Israel, Hamas juga menyita banyak senjata Israel. Sedangkan serangan roket terus dilancarkan, dengan sasaran Tel Aviv, Ashdod, Eskhkol, dan Ashkelon. Tidak ada bantahan dari pihak Israel.

International Press melaporkan telah mendeteksi upaya Israel untuk menyembunyikan jumlah korban di pihaknya, dengan lebih banyak menonjolkan hasil serangan udaranya terhadap penduduk sipil, terutama anak-anak.

Menyikapi peningkatan serangan antara Israel-Hamas, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyarankan kedua pihak untuk melakukan gencatan senjata kemanusiaan tiga jam di Gaza. Gerakan Hamas, Ahad, langsung menyetujui usul gencatan senjata ICRC.

“ICRC menghubungi dan mengusulkan gencatan senjata kemanusiaan tiga jam untuk memungkinkan ambulans mengangkut korban tewas dan cedera dan Hamas menyetujuinya,” kata juru bicara Sami Abu Zuhri dalam pernyataan, kemarin.

“Hamas menyetujuinya tetapi pihak penyerang menolaknya,” katanya kendati radio Israel melaporkan pemerintah Israel sedang mempelajari usul itu.
Ketika dihubungi AFP, seorang juru bicara ICRC menolak mengonfirmasi atau membantah laporan itu, dengan hanya mengatakan, “Kami telah melakaukan segala usaha untuk menjamin pengungsian korban yang tewas dan cedera.”

Langkah itu dilakukan saat Israel terus menggempur beberapa permukiman di timur Gaza City, menyebabkan setidaknya 40 orang tewas dan hampir 400 orang cedera.
Peningkatan serangan mencegah badan-badan urusan darurat mendapat akses ke permukiman-permukiman dan mayat-mayat tergeletak di jalan sementara ribuan orang mengungsi, kata seorang koresponden.

Seruan Kebebasan Palestina

Kekejaman Israel atas warga Gaza, Palestina, memicu protes di berbagai negara. Di London, Inggris, 15 ribu orang melakukan aksi berjalan kaki sambil membawa berbagai spanduk yang mengutuk tindakan negeri zionis tersebut kemarin (20/7). Mereka berjalan mulai dari Downing Street hingga Kensington, tempat kedutaan Israel.
 Para demonstran itu menyerukan keadilan dan kebebasan untuk warga Palestina. Mereka juga meminta Israel menghentikan serangan. “Warga Inggris telah melihat kebiadaban serangan Israel atas warga Gaza,” ujar pemimpin Kampanye Solidaritas Palestina Sarah Colborne.

“Demonstrasi nasional akan memberikan kesempatan kepada masyarakat di seluruh Inggris untuk menyatakan bahwa serangan Israel sudah cukup. Pendudukan Israel atas Palestina dan serangan mereka ke Gaza  harus dihentikan sekarang juga,” tambahnya.

Demonstran di London tersebut memang berasal dari berbagai wilayah di Inggris. Salah seorang demonstran adalah anggota parlemen dari partai Pekerja Diane Abbott. “Kami meminta hentikan pendudukan dan keadilan untuk Palestina,” ujarnya.

Di Turki demo juga terjadi di Ankara dan Istanbul Jumat (18/7). Namun, demo di Turki tersebut berujung kericuhan. Kedutaan Besar Israel di Ankara dan gedung konsulat di Istanbul menjadi sasaran amuk massa. Mereka melempari dua gedung tersebut dengan batu dan berbagai hal.

Polisi tidak sanggup membendung massa yang marah. Mereka menembakkan gas air mata. Besarnya massa yang melakukan aksi itu juga didorong pernyataan-pernyataan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan yang secara terbuka menyerang Israel. Erdogan menyebut Israel sebagai negara teroris dan pembunuh. Dia juga menyamakan anggota parlemen Israel dari partai Ultra-Nasionalis Rumah Yahudi Ayelet Shaked seperti Hitler. Shaked memang menyatakan meminta tentara Israel menghabisi seluruh anak-anak dan perempuan di Gaza agar mereka musnah.

Pemerintah Israel kemarin (20/7) menyatakan akan mengurangi staf diplomatik di Turki. Mereka juga menyalahkan pemerintah Turki dan keamanan karena tidak mampu mengamankan situasi.

Protes serupa terjadi di negara-negara lain. Misalnya, di berbagai negara bagian Amerika Serikat (AS), Kanada, Jerman, Prancis, Negara-Negara Timur Tengah, dan Asia. Di Kashmir, India, demo berlangsung ricuh dan memakan satu korban jiwa. (bbs/jpnn/tom)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/