KUALA LUMPUR, SUMUTPOS.CO – Bahkan sebelum dua bencana yang menimpa dua pesawat penuh penumpang pada penerbangan internasional, Malaysia Airlines sudah mengalami kerugian bisnis selama tiga tahun dengan defisit mencapai 1,3 miliar dolar.
Para pejabat intelijen Amerika dan Ukraina mengatakan pesawat nomor MH17 – yang sedang terbang pada ketinggian 10.000 meter Kamis lalu – ditembak jatuh kelompok separatis Ukraina dengan misil darat ke udara yang hampir dipastikan dipasok oleh Rusia.
Serangan itu terjadi sementara maskapai penerbangan pemerintah Malaysia itu masih berusaha pulih dari hilangnya pesawat nomor MH370. Pesawat yang hendak menuju Beijing dari Kuala Lumpur itu menghilang dari radar pada 8 Maret setelah membelok jauh keluar jalur penerbangan.
Mohshin Aziz, analis penerbangan pada kelompok finansial terbesar Malaysia yaitu Maybank, menyebut kondisi maskapai itu “sangat menakutkan.”
“Kami perkirakan mereka akan mengalami kerugian finansial yang semakin parah dan saya berpendapat Malaysia Airlines tidak akan bertahan dalam kondisinya saat ini sebelum akhir tahun ini,” paparnya.
Aziz mengatakan Malaysia Airlines masih akan tetap menikmati bantuan pemerintah berdasarkan mandat, dan dukungan simpati rakyat karena mereka menganggap maskapai itu sebagai bagian dari negara mereka.
“Saya sudah mengamati dan menganalisa perusahaan itu untuk waktu yang lama dan saya pikir mereka hanya akan bisa berbisnis di pasar domestik. Di pasar internasional, sama sekali mustahil,” tambahnya.
Malaysia Airlines dikecam dan kehilangan kepercayaan publik karena lambat bereaksi terhadap hilangnya pesawat MH370. Biarpun sudah dilakukan pencarian meluas di perairan lepas pesisir barat Australia, masih belum ditemukan jejak pesawat itu dan belum ada kesimpulan akhir mengapa pesawat itu hilang.
Sejak penembakan jatuh MH17 minggu lalu, perusahaan itu semakin dikritik karena tetap terbang di atas wilayah konflik dan tidak mengalihkan rute penerbangannya.
Pengalihan semacam itu menyebabkan rute lebih panjang dan menghabiskan bahan bakar lebih banyak, namun banyak maskapai lain sudah melakukannya.
Maskapai bermasalah itu sudah tiga kali menerima talangan dana investasi dari pemerintah Malaysia dan memerlukan talangan ke-empat dalam jumlah besar jika ingin bertahan dalam bisnis penerbangan, menurut para analis industri.
Perusahaan itu juga telah menawarkan untuk mengembalikan uang sepenuhnya jika konsumen ingin membatalkan tiket mereka, dan tidak akan mengenakan biaya jika penumpang ingin menunda dan mengganti tanggal penerbangan mereka. (VOA)