30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Pesawat Jatuh di Pakistan, Seluruh Penumpang Meninggal Dunia

120 Jenazah telah Ditemukan, tak Ada Tanda Kerusakan Pesawat

ISLAMABAD – Upaya pencarian terhadap para korban kecelakaan pesawat di Pakistan hingga kemarin (21/4) terus berlangsung. Tetapi, para pejabat Pakistan memastikan bahwa tidak ada yang selamat di antara 127 penumpang dan awak pesawat dalam musibah yang terjadi pada Jumat malam lalu (20/4) tersebut.

Pesawat Boeing 737-200 milik maskapai penerbangan domestik Bhoja Air jatuh beberapa saat sebelum mendarat di Bandara Internasional Benazir Bhutto, Islamabad. Lokasi jatuhnya pesawat itu berada di sebuah ladang gandum di pinggiran Kota Islamabad atau hanya sekitar 9,3 kilometer dari bandara. Ketika itu, pesawat yang terbang dari Bandara Internasional Jinnah, Karachi, selatan Pakistan, tersebut membawa 121 penumpang, termasuk 11 anak-anak, dan enam awak.
Menurut Otoritas Penerbangan Sipil Pakistan (PCAA), pesawat tersebut diduga kuat mengalami musibah akibat cuaca buruk. Saat itu cuaca mendung dan juga turun hujan. Laporan lain menyebutkan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan atau masalah mesin pada pesawat terbang tersebut.

Dirjen Manajemen Bencana Darurat pada Otoritas Pembangunan Ibu Kota Rawal Khan Maitla memastikan bahwa tidak ada yang selamat dalam musibah tersebut.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Pakistan A. Rehman Malik menyatakan bahwa sedikitnya 120 jenazah berhasil ditemukan dan kemudian dievakuasi. ’’Karena cuaca tidak mendukung, kami akan lanjutkan upaya pencarian dengan bantuan helikopter,’’ katanya saat meninjau lokasi kemarin.

Para kerabat korban yang berada di Karachi, tutur dia, sedang diterbangkan ke Islamabad. Hal itu dilakukan untuk membantu proses identifikasi korban kecelakaan tersebut.

Para petugas penyelamat tiba di lokasi dengan berjalan kaki di antara tumpukan lumpur yang tebal beberapa jam setelah musibah. Dalam kegelapan, mereka mencari korban dengan diterangi lampu senter atau cahaya dari telepon seluler.
Puing-puing pesawat, dompet, dan kacamata para korban berserakan. Beberapa bagian pesawat terlihat menyangkut di tiang dan kabel listrik. Sebagian di antaranya mengenai rumah atau permukiman warga. Tetapi, tidak ada laporan soal jatuhnya korban jiwa di kalangan penduduk.

Kecelakaan terjadi di dekat Pangkalan Udara Chaklala, fasilitas militer Angkatan Udara Pakistan, dan berbatasan dengan Bandara Internasional Benazir Bhuto. ’’Ketika musibah itu terjadi, langit terlihat membara karena kobaran api,’’ tutur seorang warga yang menjadi saksi mata.

Badan pesawat hancur berserakan di sekitar lokasi ketika tim SAR mencari dan mengevakuasi korban di wilayah padat penduduk. Empat desa terkena dampak kecelakaan tersebut. Bahkan, pecahan pesawat ditemukan dalam radius satu kilometer.
Dr Wasim Khawaja dari Pakistan Institute of Medical Science menjelaskan bahwa dengan bantuan keluarga dan sidik jari korban, pihaknya telah berhasil mengidentifikasi 73 jenazah. Iidentifikasi jenazah, yang sebagian dalam kondisi hancur, akan menemui kendala. Karena itulah, dia berharap teknologi DNA akan membantu proses tersebut.
Lebih dari 150 kantong jenazah yang berisi potongan dan bagian tubuh korban telah dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Islamabad. Farkhand Iqbal, petugas di kantor pemerintahan Kota Islamabad, menyatakan bahwa hampir semua rumah sakit ditugasi untuk mengidentifikasi korban.

Seorang pria yang telah menunggu kedatangan pesawat tersebut di Bandara Internasional Benazir Bhutto histeris ketika diberi tahu dan mendengar musibah itu. ’’Dua putri saya termasuk korban tewas,’’ ujarnya dengan histeris. Air matanya pun bercucuran. Karena terguncang, dia langsung merebahkan diri di lantai dan kemudian duduk tanpa suara. Para anggota keluarga korban lainnya berkerumun untuk melihat data para penumpang.
Qamar Abbas, paman dari sepasang saudara berumur 18 dan 20 tahun, bertutur bahwa keponakannya sebenarnya ingin pulang ke Islamabad kemarin (21/4). Namun, mereka kemudian terbang lebih awal karena ingin berjumpa dengan bibinya yang baru tiba dari London, Inggris. ’’Kami bahkan tidak tahu kapan atau di mana akan melihat jenazahnya,’’ katanya.

Dua di antara korban tewas adalah pasangan pengantin baru Sajjad Rizvi dan Sania Abbas. Saat keduanya naik dan masuk ke dalam pesawat, mereka langsung membayangkan suasana romantis bulan madu di sebuah resor di bukit dekat Islamabad. ’’Kami sebetulnya menikah bersama pada 28 Maret lalu. Tetapi, nasib berkata lain,’’ terang adik Sania, Zeeshan, di Bandara Islamabad.
Tidak jauh dari Zeeshan, sejumlah anggota keluarga para penumpang lain saling berpelukan dan menangis. Salah satu di antaranya terisak. ’’Anakku, anakku,’’ teriaknya. (cak/dwi/jpnn)

120 Jenazah telah Ditemukan, tak Ada Tanda Kerusakan Pesawat

ISLAMABAD – Upaya pencarian terhadap para korban kecelakaan pesawat di Pakistan hingga kemarin (21/4) terus berlangsung. Tetapi, para pejabat Pakistan memastikan bahwa tidak ada yang selamat di antara 127 penumpang dan awak pesawat dalam musibah yang terjadi pada Jumat malam lalu (20/4) tersebut.

Pesawat Boeing 737-200 milik maskapai penerbangan domestik Bhoja Air jatuh beberapa saat sebelum mendarat di Bandara Internasional Benazir Bhutto, Islamabad. Lokasi jatuhnya pesawat itu berada di sebuah ladang gandum di pinggiran Kota Islamabad atau hanya sekitar 9,3 kilometer dari bandara. Ketika itu, pesawat yang terbang dari Bandara Internasional Jinnah, Karachi, selatan Pakistan, tersebut membawa 121 penumpang, termasuk 11 anak-anak, dan enam awak.
Menurut Otoritas Penerbangan Sipil Pakistan (PCAA), pesawat tersebut diduga kuat mengalami musibah akibat cuaca buruk. Saat itu cuaca mendung dan juga turun hujan. Laporan lain menyebutkan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan atau masalah mesin pada pesawat terbang tersebut.

Dirjen Manajemen Bencana Darurat pada Otoritas Pembangunan Ibu Kota Rawal Khan Maitla memastikan bahwa tidak ada yang selamat dalam musibah tersebut.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Pakistan A. Rehman Malik menyatakan bahwa sedikitnya 120 jenazah berhasil ditemukan dan kemudian dievakuasi. ’’Karena cuaca tidak mendukung, kami akan lanjutkan upaya pencarian dengan bantuan helikopter,’’ katanya saat meninjau lokasi kemarin.

Para kerabat korban yang berada di Karachi, tutur dia, sedang diterbangkan ke Islamabad. Hal itu dilakukan untuk membantu proses identifikasi korban kecelakaan tersebut.

Para petugas penyelamat tiba di lokasi dengan berjalan kaki di antara tumpukan lumpur yang tebal beberapa jam setelah musibah. Dalam kegelapan, mereka mencari korban dengan diterangi lampu senter atau cahaya dari telepon seluler.
Puing-puing pesawat, dompet, dan kacamata para korban berserakan. Beberapa bagian pesawat terlihat menyangkut di tiang dan kabel listrik. Sebagian di antaranya mengenai rumah atau permukiman warga. Tetapi, tidak ada laporan soal jatuhnya korban jiwa di kalangan penduduk.

Kecelakaan terjadi di dekat Pangkalan Udara Chaklala, fasilitas militer Angkatan Udara Pakistan, dan berbatasan dengan Bandara Internasional Benazir Bhuto. ’’Ketika musibah itu terjadi, langit terlihat membara karena kobaran api,’’ tutur seorang warga yang menjadi saksi mata.

Badan pesawat hancur berserakan di sekitar lokasi ketika tim SAR mencari dan mengevakuasi korban di wilayah padat penduduk. Empat desa terkena dampak kecelakaan tersebut. Bahkan, pecahan pesawat ditemukan dalam radius satu kilometer.
Dr Wasim Khawaja dari Pakistan Institute of Medical Science menjelaskan bahwa dengan bantuan keluarga dan sidik jari korban, pihaknya telah berhasil mengidentifikasi 73 jenazah. Iidentifikasi jenazah, yang sebagian dalam kondisi hancur, akan menemui kendala. Karena itulah, dia berharap teknologi DNA akan membantu proses tersebut.
Lebih dari 150 kantong jenazah yang berisi potongan dan bagian tubuh korban telah dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Islamabad. Farkhand Iqbal, petugas di kantor pemerintahan Kota Islamabad, menyatakan bahwa hampir semua rumah sakit ditugasi untuk mengidentifikasi korban.

Seorang pria yang telah menunggu kedatangan pesawat tersebut di Bandara Internasional Benazir Bhutto histeris ketika diberi tahu dan mendengar musibah itu. ’’Dua putri saya termasuk korban tewas,’’ ujarnya dengan histeris. Air matanya pun bercucuran. Karena terguncang, dia langsung merebahkan diri di lantai dan kemudian duduk tanpa suara. Para anggota keluarga korban lainnya berkerumun untuk melihat data para penumpang.
Qamar Abbas, paman dari sepasang saudara berumur 18 dan 20 tahun, bertutur bahwa keponakannya sebenarnya ingin pulang ke Islamabad kemarin (21/4). Namun, mereka kemudian terbang lebih awal karena ingin berjumpa dengan bibinya yang baru tiba dari London, Inggris. ’’Kami bahkan tidak tahu kapan atau di mana akan melihat jenazahnya,’’ katanya.

Dua di antara korban tewas adalah pasangan pengantin baru Sajjad Rizvi dan Sania Abbas. Saat keduanya naik dan masuk ke dalam pesawat, mereka langsung membayangkan suasana romantis bulan madu di sebuah resor di bukit dekat Islamabad. ’’Kami sebetulnya menikah bersama pada 28 Maret lalu. Tetapi, nasib berkata lain,’’ terang adik Sania, Zeeshan, di Bandara Islamabad.
Tidak jauh dari Zeeshan, sejumlah anggota keluarga para penumpang lain saling berpelukan dan menangis. Salah satu di antaranya terisak. ’’Anakku, anakku,’’ teriaknya. (cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/