KAIRO- Bentrokan antara pasukan keamanan dengan para demonstran terus berlanjut di Lapangan Tahrir, Kairo, Mesir. Bentrokan yang baru berlangsung dua hari ini sudah mengambil korban jiwa mencapai 20 orang tewas dan mencapai 1.700 orang luka-luka.
Informasi yang dihimpun dari sejumlah petugas medis di Lapangan Tahrir, luka-luka yang diderita korban termasuk luka tembak, cedera akibat menghirup gas air mata secara berlebihan dan pemukulan di kepala. “Saya telah menerima banyak orang yang mengalami kejang-kejang,” kata Tarek Salama, seorang petugas paramedis di rumah sakit darurat di Lapangan Tahrir seperti diberitakan CNN, Senin (21/11). Dia menambahkan, dirinya juga banyak menemui korban dengan luka tembak baik karena tembakan peluru karet maupun peluru asli.
Selama dua hari ini, Lapangan Tahrir menjadi arena demonstrasi besar-besaran, bahkan setelah tergulingnya Presiden Hosni Mubarak. Sejumlah demonstran menganggap tak ada kemajuan sejak tergulingnya Mubarak. “Tak ada yang berubah,” keluh seorang demonstran bernama Zahra. “Kami berjalan mundur. Dewan militer itu sampah. Mubarak masih hidup dan baik-baik saja, dan rakyat sekarat,” cetusnya.
Bentrokan berdarah mulai terjadi pada Sabtu, 19 November lalu ketika aparat polisi mencoba membubarkan ribuan demonstran yang terus menyemut di Lapangan Tahrir. Saat itu para demonstran melemparkan bom-bom molotov, batu dan membakar sebuah mobil polisi. Dalam aksinya, para demonstran menuntut penguasa militer untuk menyerahkan kekuasaan ke otoritas sipil.
Kerusuhan mematikan itu terjadi sepekan sebelum pemilihan legislatif pertama sejak revolusi rakyat menggulingkan pemimpin otokratis veteran Hasni Mubarak.
Polisi dan pasukan militer Mesir telah menggunakan tongkat, gas air mata dan tembakan burung untuk membersihkan Lapangan Tahrir dari ribuan demonstran.
Bentrokan itu mengadu demonstran melawan polisi anti-kerusuhan dan militer yang mengejar mereka jauh dari pintu masuk ke lapangan tersebut dan merintangi jalan yang menuju ke kementerian dalam negeri, tempat bentrokan sepanjang hari itu.
Demonstrasi jalanan belakangan ini telah menyaksikan kembalinya polisi anti-huru-hara, bagian dari kementerian dalam negeri yang kebanyakan digunakan oleh rezim Mubarak dalam tindakan kerasanya terhadap demonstran tapi jarang digelar sejak itu (jatuhnya Mubarak).
Pada Sabtu, demonstran menyanyikan slogan-slogan menentang Dewan Tertinggi Pasukan Bersenjata yang menerima kekuasaan dari Mubarak dan meminta pemecatan Panglima Tertinggi Hussein Tantawi, menteri pertahanannya dalam waktu lama yang memimpin SCAF.
“Jatuhkan Tantawi,” ratusan demonstran berteriak di Lapangan Tahrir.
Militer mengatakan mereka akan menyerahkan kekuasaan setelah pemilihan presiden, yang sekarang belum dijadwalkan. (net/jpnn)