26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pria Nepal Tewas Karena Mogok Makan

SUMUTPOS.CO – Seorang pria di Nepal meninggal dunia setelah aksi mogok makan selama 329 hari untuk menuntut tindakan atas pembunuh putranya yang berusia 18 tahun.

Nanda Prasad Adhikari, yang berusia 56 tahun, dan istrinya, Gangamaya, melakukan aksi mogok makan sejak Oktober tahun lalu.

Istrinya saat ini berada dalam kondisi kritis.

Keduanya mendapat infus di rumah sakit namun para dokter mengatakan tubuh mereka tidak mampu menyerap nutrisi yang diberikan, seperti dilaporkan wartawan BBC, Sanjaya Dhakal, dari ibukota Nepal, Kathmandu.

Putra mereka, Krishna Prasad Adhikari, tewas dibunuh 10 tahun lalu dalam perang saudara tahun 1996 hingga 2006, yang diperkirakan menyebabkan sekitar 15.000 orang tewas.

Tahun lalu, polisi menangkap empat tersangka pembunuhnya namun kemudian dibebaskan karena bukti-bukti yang tidak cukup.

Pegiat hak asasi menuduh baik tentara pemerintah maupun pemberontak Maois melakukan kekerasan yang meluas selama perang saudara.

Hingga saat ini komisi keadlilan yang dijanjikan pemerintah masih belum terbentuk, sehingga kedua kubu saling menuduh pihak lainnnya menutup-nutupi kekerasan yang terjadi. (BBC)

SUMUTPOS.CO – Seorang pria di Nepal meninggal dunia setelah aksi mogok makan selama 329 hari untuk menuntut tindakan atas pembunuh putranya yang berusia 18 tahun.

Nanda Prasad Adhikari, yang berusia 56 tahun, dan istrinya, Gangamaya, melakukan aksi mogok makan sejak Oktober tahun lalu.

Istrinya saat ini berada dalam kondisi kritis.

Keduanya mendapat infus di rumah sakit namun para dokter mengatakan tubuh mereka tidak mampu menyerap nutrisi yang diberikan, seperti dilaporkan wartawan BBC, Sanjaya Dhakal, dari ibukota Nepal, Kathmandu.

Putra mereka, Krishna Prasad Adhikari, tewas dibunuh 10 tahun lalu dalam perang saudara tahun 1996 hingga 2006, yang diperkirakan menyebabkan sekitar 15.000 orang tewas.

Tahun lalu, polisi menangkap empat tersangka pembunuhnya namun kemudian dibebaskan karena bukti-bukti yang tidak cukup.

Pegiat hak asasi menuduh baik tentara pemerintah maupun pemberontak Maois melakukan kekerasan yang meluas selama perang saudara.

Hingga saat ini komisi keadlilan yang dijanjikan pemerintah masih belum terbentuk, sehingga kedua kubu saling menuduh pihak lainnnya menutup-nutupi kekerasan yang terjadi. (BBC)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/