SUMUTPOS.CO-Lagi-lagi, penembakan di sekolah terjadi di Amerika Serikat (AS). Senin waktu setempat (21/10) tragedi yang merenggut dua nyawa itu pecah di Sparks Middle School di Kota Sparks, Washoe County, Negara Bagian Nevada. Selain menewaskan si pelaku dan seorang guru, insiden tersebut melukai dua siswa.
“Salah seorang korban tewas adalah staf sekolah ini,” kata Kepala Polisi Distrik Sekolah Washoe County Mike Mieras dalam jumpa pers. Dia menambahkan bahwa seorang korban tewas lain adalah siswa yang diduga sebagai pelaku penembakan. Adapun dua korban yang terluka serius kini dirawat di Renown Regional Hospital.
Jubir rumah sakit Angela Rambo menuturkan bahwa salah seorang korban baru saja menjalani pembedahan. “Kondisi seorang korban lain sudah berangsur baik,” ujarnya kepada NBC News kemarin (22/10). Menurut Rambo, kondisi dua korban yang sama-sama berusia 12 tahun itu mulai stabil. Salah seorang korban tertembak pada bagian bahu dan seorang yang lain terluka di bagian perut.
Kemarin polisi belum memublikasikan identitas maupun motivasi pelaku. Tetapi, siswa sekolah menengah di kota berpenduduk lebih dari 90 ribu jiwa tersebut mulai banyak bercerita tentang insiden yang terjadi pada pukul 07.15 waktu setempat itu.
Seorang siswa, Kyle Nucum, menyatakan melihat temannya yang mengenakan seragam sekolah menembak seorang guru tepat di dadanya. “Kami sedang berada di lapangan basket saat tiba-tiba terdengar suara ledakan yang keras. Semua orang pun langsung berteriak,” ucap Nucum yang berusia 13 tahun itu kepada Reno Gazette-Journal. Mendengar suara ledakan tersebut, lanjut dia, salah seorang guru langsung mendatangi asal suara. Awalnya para siswa menduga suara ledakan itu berasal dari petasan.
Di tengah kepanikan tersebut Nucum melihat pelaku mengacungkan senjata ke arah Michael Landsberry, guru yang tadi mendatangi sumber suara. “Guru kami memerintah dia (pelaku) untuk meletakkan senjata. Tapi, dia malah melepaskan tembakan dan tepat mengenai dada guru kami,” terang Nucum.
Dalam sekejap mata, sang guru pun ambruk ke lantai dan para siswa lari menyelamatkan diri. “Kami berlari menyeberangi lapangan untuk mencari tempat berlindung. Saat itu kami mendengar empat atau lima tembakan lagi,” lanjut Nucum. Para guru dan seluruh staf sekolah langsung mengevakuasi para siswa. Termasuk, siswa sekolah dasar di kompleks yang sama dengan SMP tersebut. Pihak sekolah lantas memutuskan untuk meliburkan para siswa selama sepekan.
Pedro Martinez selaku pengawas sekolah Distrik Washoe County menyatakan prihatin atas insiden tersebut. Dia kemudian mengapresiasi aksi heroik Landsberry. Saat peluru si pelaku menembus dadanya, Landsberry sedang berusaha menenangkan remaja tersebut agar tidak memuntahkan timah panas dari senjatanya. Tetapi, guru matematika kelas 8 itu gagal membuat pelaku untuk mengurungkan niat.
Pria 45 tahun itu pun menemui ajal di hadapan sekitar 30 siswa yang bisa saja menjadi korban tembakan sporadis pelaku. “Ada banyak pahlawan hari ini. Anak-anak kita semua dan pahlawan kita yang gugur, yakni seorang guru yang hebat,” kata Martinez tentang Landsberry yang pernah dua kali bertugas di medan pertempuran Afghanistan tersebut.
Dia tidak menyangka, pria pemberani itu justru tewas di tangan seorang remaja. “Ini tidak seharusnya terjadi di sini. Kita berada di Sparks, Sparks yang kecil, bagian kecil dari Nevada. Saya tidak percaya semua ini terjadi,” ungkap Chanda, saudari ipar Landsberry. Meski berduka karena kematian Landsberry, dia tidak kaget jika iparnya itu tewas saat bertugas. Sebab, Landsberry memang dikenal sebagai lelaki yang mudah tergerak untuk membela yang lemah.
“Dia membela negara ini dengan penuh kebanggaan. Dia membela para siswa di sekolah ini dengan bangga pula,” tutur Wali Kota Sparks Geno Martini mengenang Landsberry. Dalam kesempatan itu, dia juga memuji gerak cepat tim tanggap darurat yang tiba di lokasi kejadian sekitar tiga menit setelah sekolah mengontak 911.
Meski belum banyak informasi yang polisi bagi tentang insiden tersebut, CNN melaporkan bahwa penembakan itu merupakan buntut dari aksi bullying. Seorang siswi yang kenal dengan pelaku mengungkapkan bahwa pelaku menjadi bulan-bulanan beberapa rekan selama beberapa waktu. “Saya rasa, dia hanya berusaha mengakhiri drama bullying yang menimpanya,” terang Amaya Newton.
Tetapi, Newton tidak menyangka bahwa pelaku yang dirinya kenal sebagai remaja baik akan menebar teror di sekolah dengan menggunakan senjata milik orang tuanya. “Dia adalah teman yang menyenangkan. Dia bahkan suka menghibur teman lain yang sedang bersedih,” lanjutnya kepada media. Menurut dia, dua korban yang kini terbaring di rumah sakit adalah teman si pelaku. (AP/AFP/CNN/hep/c14/dos)