26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Dikutuk Dunia, Khadafi Didukung Kuba dan Nikaragua

TRIPOLI-Kekerasan berlebihan rezim Muammar Khadafi terhadap para pengunjuk rasa prodemokrasi menyulut rasa geram dan kutukan dari sejumlah pemimpin dunia. Pemerintah Amerika Serikat mengutuk kekerasan yang tengah terjadi di Libya dan mengatakan bahwa pemerintah harus bertanggung jawab atas jatuhnya korban.

“Kekerasan ini tidak dapat diterima. Kami percaya pemerintah Libya bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi dan harus mengambil langkah untuk menghentikan kekerasan,” ujar Menteri Luar Negeri AS, Hillary Rodham Clinton, dilansir dari laman Associated Press (AP), Rabu (23/2).

Clinton sama sekali tak menyebutkan nama pemimpin Libya Muammar Khadafi dalam pernyataannya ini. AS juga tidak mengatakan Khadafi harus mundur seperti yang dituntutkan oleh rakyat Libya. Menurut AP, hal ini terkait dengan usaha AS untuk memulangkan warganya di Libya.

“Seperti biasanya, keamanan dan keselamatan warga Amerika akan menjadi prioritas kami. Kami berhubungan langsung dan tidak langsung dengan para staf ke pemerintahan Libya dan dengan pemerintahan di wilayah tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi di Libya,” ujar Clinton lagi.

Sementara Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menyerukan agar Uni Eropa membekukan hubungan ekonomi dengan Libya. “Berlanjutnya penindasan secara brutal dan kejam terhadap penduduk sipil Libia merupakan hal yang memuakkan,” kata Presiden Sarkozy seperti dikutip AFP.

Sarkozy mengatakan, masyarakat internasional tidak boleh hanya menjadi penonton atas apa yang disebutnya pelanggaran besar-besaran terhadap hak asasi manusia. Menurut Sarkozy, sanksi segera akan menunjukkan tindakan penguasa di Libya harus dipertanggungjawabkan.

Presiden Perancis telah meminta kementerian luar negerinya mengusulkan sanksi, termasuk larangan ke Eropa bagi mereka yang terlibat penindasan di Libya dan memantau transaksi keuangannya. Sementara Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini mengatakan, ada laporan-laporan yang bisa dipercaya bahwa ribuan orang tewas dalam insiden kekerasan belakangan ini.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB akan mengadakan sidang khusus membahas Libya pada Jumat (25/2). Komisaris HAM PBB Navi Pillay memperingatkan, serangan terhadap para demonstran bisa disebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Organisasi negara-negara Arab (Liga Arab) juga mengambil langkah memojokkan Khadafi dengan menangguhkan keanggotaan Libya. Menurut stasiun berita Al Jazeera, keputusan penangguhan keanggotan Libya dikeluarkan setelah Liga Arab mengadakan pertemuan darurat di Kairo, Mesir, menyangkut situasi terkini di Libya.
“Liga Arab memutuskan untuk menghentikan partisipasi Libya dalam pertemuan di Liga Arab dan semua badan yang berhubungan dengannya, sampai pemerintah Libya memenuhi tuntutan dan menjamin keamanan dan stabilitas rakyatnya,” tulis pernyataan Liga Arab yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal Liga Arab, Amr Moussa.
Pada bulan Maret, Liga Arab akan mengadakan pertemuan untuk mengkaji keanggotaan Libya. Mereka akan memutuskan apakah Libya telah memenuhi komitmennya kepada piagam Liga Arab yang mengikat seluruh anggotanya.

Meski demikian, Kuba dan Nikaragua memilih membela pemimpin Muammar Khadafi. Mantan pemimpin Kuba, Fidel Castro, mengklaim bahwa Washington berencana memerintahkan suatu invasi NATO ke Libya untuk mencaplok minyaknya.

“Buat saya, ini sangatlah jelas bahwa pemerintahan Amerika Serikat tidak tertarik dengan perdamaian di Libya,” ujar mantan pemimpin Kuba berusia 84 tahun, yang masih memimpin Partai Komunis Kuba.

Washington, ujarnya, tak sungkan-sungkan mengerahkan NATO untuk menyerbu negeri kaya minyak tersebut, mungkin dalam beberapa hari jam atau hari ke depan. “Kita akan menunggu melihat ‘kebenaran atau kebohongan’ di balik laporan-laporan represi berdarah terhadap para demonstan, yang berlangsung di jalanan dalam beberapa hari terakhir dalam penentangan terhadap Khadafi,” demikian Castro menegaskan dalam sebuah artikel yang untuk media resmi negara.

Presiden Nikaragua, Daniel Ortega, juga mendukung usaha Khadafi untuk mempertahankan kekuasaannya. Dia bahkan telah secara langsung menyampaikan dukungan dan solidaritasnya kepada Khadafi melalui sambungan telepon.

“Ada penjarahan di pusat bisnis sekarang, ada penghancuran. Sangat kacau,” ujar Ortega. Dia mengatakan kepada Khadafi bahwa di saat seperti ini kesetiaan para negara-negara sekutu Libya tengah diuji.

Pemerintah Bolivia pimpinan Presiden Evo Morales tidak mendukung maupun mengkritik, mereka hanya menyampaikan simpatinya terhadap banyaknya korban yang jatuh. Melalui pernyataannya, Bolivia menyatakan prihatin dan mendesak kedua pihak di Libya untuk mencari jalan damai.

Sementara itu, Presiden Venezuela, Hugo Chavez, memilih diam dan tidak berkomentar. AP mengatakan bahwa diamnya Chavez adalah pertanda bahwa dia ingin menjaga jarak dengan Libya setelah sebelumnya tersiar kabar Khadafi kabur ke Venezuela. Kabar tersebut terbukti tidak benar.

Sedangkan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, pemerintah Indonesia prihatin dengan situasi di Libya yang semakin memanas. Aksi-aksi kekerasan terjadi di negara tersebut. Sampai saat ini, jumlah korban tewas akibat bentrokan di negara kaya minyak tersebut dilaporkan mencapai 300 orang.

“Kita mengharapkan baik rakyat maupun pemerintah Libya bisa menyelesaikan masalah ini secara damai, secara demokratis, dan melalui dialog,” kata Marty di Kantor Presiden, kemarin.

Ganggu Ekonomi Asia

Situasi politik menegangkan yang berlanjut di Libya berimbas negatif pada bursa-bursa saham Asia, Rabu (23/2).
Keluarnya investor dari aset-aset yang beresiko terkena dampak kekacauan situasi politik Libya, menyebabkan bursa Asia kembali terkoreksi. Selain harga minyak yang menyentuh rekor tertingginya selama 30 tahun terakhir dan berujung pada kekhawatiran perekonomian dunia.

Indeks Nikkei ditutup turun 0,8% atau 85,60 poin ke 10.579. Kemarin, bursa saham Jepang ini sempat merosot hampir 2%. Sementara indeks Topix turun 1,0% ke 946,88. Saham-saham blue chips gugur, dipimpin produsen otomotif Jepang, Honda, sebanyak 1,8% ke 3.525 yen.

Bursa Seoul juga melemah, karena investor terus melakukan dumping saham, yang lagi-lagi disebabkan oleh Libya. Sektor transportasi memimpin pelemahan, dipimpin maskapai Korean Air Line dengan penurunan 1,8%.

Bursa saham Australia turun 0,22% atau 10,80 poin ke 4.845,90 atau hampir dua kali lipat penurunan saat perdagangan dimulai hari ini. Bursa Negeri Kanguru tertolong banyaknya permintaan untuk saham perusahaan tambang terbesar, BHP Billiton, dimana banyak terjadi buyback yang mencegah pasar alami kerugian besar.
Di China, bursa Hong Kong mengalami nasib serupa. Indeks Hang Seng turun 0,36% atau 83,91 poin ke 22.906,90. Penurunan ini dipimpin oleh perusahaan-perusahaan energi besar seperti PetroChina, CNOOC dan Sinopec.
Satu-satunya yang mencatat kenaikan adalah bursa Shanghai, dengan menguat 0,25% atau 7,12 poin ke 2862,64. Apresiasi ini dipimpin saham penambang emas atas harga internasional lebih tinggi untuk logam mulia dan pengembang properti karena bargain hunting. (bbs/jpnn)

TRIPOLI-Kekerasan berlebihan rezim Muammar Khadafi terhadap para pengunjuk rasa prodemokrasi menyulut rasa geram dan kutukan dari sejumlah pemimpin dunia. Pemerintah Amerika Serikat mengutuk kekerasan yang tengah terjadi di Libya dan mengatakan bahwa pemerintah harus bertanggung jawab atas jatuhnya korban.

“Kekerasan ini tidak dapat diterima. Kami percaya pemerintah Libya bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi dan harus mengambil langkah untuk menghentikan kekerasan,” ujar Menteri Luar Negeri AS, Hillary Rodham Clinton, dilansir dari laman Associated Press (AP), Rabu (23/2).

Clinton sama sekali tak menyebutkan nama pemimpin Libya Muammar Khadafi dalam pernyataannya ini. AS juga tidak mengatakan Khadafi harus mundur seperti yang dituntutkan oleh rakyat Libya. Menurut AP, hal ini terkait dengan usaha AS untuk memulangkan warganya di Libya.

“Seperti biasanya, keamanan dan keselamatan warga Amerika akan menjadi prioritas kami. Kami berhubungan langsung dan tidak langsung dengan para staf ke pemerintahan Libya dan dengan pemerintahan di wilayah tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi di Libya,” ujar Clinton lagi.

Sementara Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menyerukan agar Uni Eropa membekukan hubungan ekonomi dengan Libya. “Berlanjutnya penindasan secara brutal dan kejam terhadap penduduk sipil Libia merupakan hal yang memuakkan,” kata Presiden Sarkozy seperti dikutip AFP.

Sarkozy mengatakan, masyarakat internasional tidak boleh hanya menjadi penonton atas apa yang disebutnya pelanggaran besar-besaran terhadap hak asasi manusia. Menurut Sarkozy, sanksi segera akan menunjukkan tindakan penguasa di Libya harus dipertanggungjawabkan.

Presiden Perancis telah meminta kementerian luar negerinya mengusulkan sanksi, termasuk larangan ke Eropa bagi mereka yang terlibat penindasan di Libya dan memantau transaksi keuangannya. Sementara Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini mengatakan, ada laporan-laporan yang bisa dipercaya bahwa ribuan orang tewas dalam insiden kekerasan belakangan ini.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB akan mengadakan sidang khusus membahas Libya pada Jumat (25/2). Komisaris HAM PBB Navi Pillay memperingatkan, serangan terhadap para demonstran bisa disebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Organisasi negara-negara Arab (Liga Arab) juga mengambil langkah memojokkan Khadafi dengan menangguhkan keanggotaan Libya. Menurut stasiun berita Al Jazeera, keputusan penangguhan keanggotan Libya dikeluarkan setelah Liga Arab mengadakan pertemuan darurat di Kairo, Mesir, menyangkut situasi terkini di Libya.
“Liga Arab memutuskan untuk menghentikan partisipasi Libya dalam pertemuan di Liga Arab dan semua badan yang berhubungan dengannya, sampai pemerintah Libya memenuhi tuntutan dan menjamin keamanan dan stabilitas rakyatnya,” tulis pernyataan Liga Arab yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal Liga Arab, Amr Moussa.
Pada bulan Maret, Liga Arab akan mengadakan pertemuan untuk mengkaji keanggotaan Libya. Mereka akan memutuskan apakah Libya telah memenuhi komitmennya kepada piagam Liga Arab yang mengikat seluruh anggotanya.

Meski demikian, Kuba dan Nikaragua memilih membela pemimpin Muammar Khadafi. Mantan pemimpin Kuba, Fidel Castro, mengklaim bahwa Washington berencana memerintahkan suatu invasi NATO ke Libya untuk mencaplok minyaknya.

“Buat saya, ini sangatlah jelas bahwa pemerintahan Amerika Serikat tidak tertarik dengan perdamaian di Libya,” ujar mantan pemimpin Kuba berusia 84 tahun, yang masih memimpin Partai Komunis Kuba.

Washington, ujarnya, tak sungkan-sungkan mengerahkan NATO untuk menyerbu negeri kaya minyak tersebut, mungkin dalam beberapa hari jam atau hari ke depan. “Kita akan menunggu melihat ‘kebenaran atau kebohongan’ di balik laporan-laporan represi berdarah terhadap para demonstan, yang berlangsung di jalanan dalam beberapa hari terakhir dalam penentangan terhadap Khadafi,” demikian Castro menegaskan dalam sebuah artikel yang untuk media resmi negara.

Presiden Nikaragua, Daniel Ortega, juga mendukung usaha Khadafi untuk mempertahankan kekuasaannya. Dia bahkan telah secara langsung menyampaikan dukungan dan solidaritasnya kepada Khadafi melalui sambungan telepon.

“Ada penjarahan di pusat bisnis sekarang, ada penghancuran. Sangat kacau,” ujar Ortega. Dia mengatakan kepada Khadafi bahwa di saat seperti ini kesetiaan para negara-negara sekutu Libya tengah diuji.

Pemerintah Bolivia pimpinan Presiden Evo Morales tidak mendukung maupun mengkritik, mereka hanya menyampaikan simpatinya terhadap banyaknya korban yang jatuh. Melalui pernyataannya, Bolivia menyatakan prihatin dan mendesak kedua pihak di Libya untuk mencari jalan damai.

Sementara itu, Presiden Venezuela, Hugo Chavez, memilih diam dan tidak berkomentar. AP mengatakan bahwa diamnya Chavez adalah pertanda bahwa dia ingin menjaga jarak dengan Libya setelah sebelumnya tersiar kabar Khadafi kabur ke Venezuela. Kabar tersebut terbukti tidak benar.

Sedangkan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, pemerintah Indonesia prihatin dengan situasi di Libya yang semakin memanas. Aksi-aksi kekerasan terjadi di negara tersebut. Sampai saat ini, jumlah korban tewas akibat bentrokan di negara kaya minyak tersebut dilaporkan mencapai 300 orang.

“Kita mengharapkan baik rakyat maupun pemerintah Libya bisa menyelesaikan masalah ini secara damai, secara demokratis, dan melalui dialog,” kata Marty di Kantor Presiden, kemarin.

Ganggu Ekonomi Asia

Situasi politik menegangkan yang berlanjut di Libya berimbas negatif pada bursa-bursa saham Asia, Rabu (23/2).
Keluarnya investor dari aset-aset yang beresiko terkena dampak kekacauan situasi politik Libya, menyebabkan bursa Asia kembali terkoreksi. Selain harga minyak yang menyentuh rekor tertingginya selama 30 tahun terakhir dan berujung pada kekhawatiran perekonomian dunia.

Indeks Nikkei ditutup turun 0,8% atau 85,60 poin ke 10.579. Kemarin, bursa saham Jepang ini sempat merosot hampir 2%. Sementara indeks Topix turun 1,0% ke 946,88. Saham-saham blue chips gugur, dipimpin produsen otomotif Jepang, Honda, sebanyak 1,8% ke 3.525 yen.

Bursa Seoul juga melemah, karena investor terus melakukan dumping saham, yang lagi-lagi disebabkan oleh Libya. Sektor transportasi memimpin pelemahan, dipimpin maskapai Korean Air Line dengan penurunan 1,8%.

Bursa saham Australia turun 0,22% atau 10,80 poin ke 4.845,90 atau hampir dua kali lipat penurunan saat perdagangan dimulai hari ini. Bursa Negeri Kanguru tertolong banyaknya permintaan untuk saham perusahaan tambang terbesar, BHP Billiton, dimana banyak terjadi buyback yang mencegah pasar alami kerugian besar.
Di China, bursa Hong Kong mengalami nasib serupa. Indeks Hang Seng turun 0,36% atau 83,91 poin ke 22.906,90. Penurunan ini dipimpin oleh perusahaan-perusahaan energi besar seperti PetroChina, CNOOC dan Sinopec.
Satu-satunya yang mencatat kenaikan adalah bursa Shanghai, dengan menguat 0,25% atau 7,12 poin ke 2862,64. Apresiasi ini dipimpin saham penambang emas atas harga internasional lebih tinggi untuk logam mulia dan pengembang properti karena bargain hunting. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/