29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

8 TKI Terjebak di Istana Khadafi

Tentara Rudal Demonstran di Masjid

BENGHAZI-Ancaman isolasi dari negara-negara besar terhadap Libya tidak membuat gentar sang pemimpin Muammar Kadhafi. Kemarin militer pro-Khadafi bahkan menyerang Masjid Souq yang berlokasi di Zawiya, sekitar 50 kilometer barat Tripoli. Dilaporkan, belasan demonstran yang berlindung di masjid tewas dan belasan lainnya terluka parah.

Sebagaimana dilansir Associated Press (AP), penyerangan itu juga dilakukan dengan menggunakan rudaln
Laporan pengeboman tersebut diinformasikan oleh seorang saksi mata lewat sambungan telepon. Sumber itu merahasiakan identitasnya karena takut dikejar dan dibunuh aparat maupun tentara bayaran Libya.
Militer dilaporkan telah menghancurkan menara masjid tersebut dengan menggunakan rudal antipesawat tempur. Mereka juga menyerang para demonstran dengan menggunakan senjata otomatis sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Saksi menjelaskan bahwa penyerangan dilakukan sehari setelah utusan Khadafi datang di kota pelabuhan dan kilang minyak tersebut dan memerintah para demonstran bubar. Jika tetap melawan, mereka akan dibunuh.
Setelah Kadhafi berpidato pada Selasa (22/2) menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur, semakin banyak tentara dan pembunuh bayaran berkeliaran di jalanan. Sepanjang malam, suara tembakan terdengar di beberapa sudut kota. Khadafi menuduh para demonstran itu adalah para pemuda pecandu obat. Karena itu, dia akan memberantas habis mereka. Dia juga mengatakan bahwa para demonstran terpengaruh kekuatan dari luar dan aksi mereka juga ditunggangi para ekstremis Islam.

Serangan juga dilakukan militer di sebuah bandara yang berlokasi di pinggiram Misrata, kota terbesar ketiga di Libya. Para demonstran diserang dengan menggunakan roket, granat, dan mortar. Warga dan demonstran akhirnya bergabung untuk melawan.

Mereka bahkan merebut beberapa senjata otomatis miliki para tentara yang berada di sekitar bandara. Namun, dalam serangan itu belum bisa dipastikan berapa jumlah korban tewas maupun terluka. “Serangan itu berlangsung hingga sore,” kata salah seorang warga sebagaimana dilansir Reuters.

Namun, serangan di Libya dilaporkan menewaskan 1.000 orang. Itu dikatakan Perdana Menteri Italia Franco Martini saat berbicara di sebuah organisasi Katolik di Roma sebelum pertemuan parlemen membahas kekerasan di Libya pada Kamis dini hari WIB. Frattini mengatakan, berdasar laporan dari para saksi mata dan rumah sakit di Libya, korban tewas sekitar 1.000 orang.

“Informasi korban tewas belum lengkap. Namun, kami percaya bahwa informasi korban tewas 1.000 orang cukup kredibel,” ujar Frattini sebagaimana dilansir Associated Press. Jumlah berbeda dan lebih besar disampaikan para dokter yang baru kembali dari kota Benghazi. Sebagaimana laporan CBS News, para dokter mengatakan bahwa korban tewas 2.000 orang sejak Minggu lalu. “Ambulans kami menghitung sekitar 75 orang tewas pada hari pertama, lalu bertambah menjadi 200, setelah itu lebih dari 500,” ujar Dr Gerard Buffet. Sementara Libya menyatakan bahwa korban tewas hanya 300 orang.

Sementara itu, menurut laporan AP, ratusan warga rela antre di Benghazi. Mereka terlihat berbaris teratur hanya untuk mendapatkan giliran memegang senjata. Senjata-senjata itu justru berasal dari kalangan militer dan polisi yang membelot dari Muammar Khadafi untuk bergabung dengan pasukan anti pemerintah.

Bersamaan dengan itu, media massa juga melaporkan bahwa wilayah kekuasaan Khadafi semakin kecil. Sebaliknya, dukungan kelompok oposisi justru bertambah. Khadafi menurut perkiraan hanya akan bertahan di rumahnya, Tripoli. Padahal, gerakan kelompok perlawanan, baik dari barat maupun timur Libya, sudah mengarah ke Tripoli.
Kemarin Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan bahwa pemerintahannya mengutuk kekerasan yang terjadi di Libya. Obama juga tengah mendiskusikan langkah yang akan diambil AS terhadap Libya. Termasuk mengirim Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dalam rapat badan HAM PBB terkait pembunuhan di Libya.
“Penderitaan dan pertumpahan darah sangat mengerikan dan tidak dapat diterima. Begitu pula halnya dengan ancaman dan perintah tembak mati para demonstran dan menghukum rakyat Libya,” ujar Obama sebagaimana dilansir CNN merujuk kepada ancaman Khadafi untuk menggempur para demonstran.

TKI di Terjebak di Istana

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terus berusaha mengeluarkan ratusan warga negara Indonesia (WNI) di Libya. Kali ini pemerintah akan menjemput dan memulangkan delapan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di istana milik Khadafi.

“Informasi yang kami miliki, ada delapan TKI yang diduga kuat bekerja di istana,” kata Ketua Satuan Tugas Evakuasi WNI di Luar Negeri Nur Hassan Wirajuda di Kantor Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta Pusat, kemarin (24/2).
Hassan memastikan, delapan WNI yang bekerja di istana Khadafi itu secepatnya akan dievakuasi dengan mempertimbangkan kondisi keamanan Libya yang memang sudah parah. Menurut mantan Menlu itu, perpecahan dua kelompok di negeri itu sudah pada level kritis dan berbeda dengan kondisi Mesir.
Sebab, yang terjadi di Libya rentan dengan kekerasan akibat banyaknya milisi dan rakyat yang memiliki senjata api. Karena itu, evakuasi harus dilakukan sedini mungkin untuk menghindarkan mereka terlibat di antara bentrok milisi bersenjata itu. “Kami masih memantau bandara untuk bisa memulangkan WNI. Sebab, sekarang kondisinya masih buka tutup,” kata dia.

Saat ini 870 WNI yang berada di Libya terdiri atas mahasiswa, pekerja tambang, dan TKI. Kesulitan yang dihadapi pemerintah RI adalah komunikasi dengan kedutaan besar di Tripoli . Sebab. akses komunikasi juga banyak yang terputus. Yang saat ini sudah dipastikan adalah evakuasi pekerja PT Wika (Wijaya Karya) yang sedang mengerjakan proyek bangunan mal di Kota Tripoli. “Kalau pekerja Wika, persiapannya sudah agak matang. Mereka tinggalnya bersamaan dan 210 orang sudah siap diangkut,” kata dia.

Pemerintah Libya telah menjamin bahwa sepuluh mahasiswa Indonesia di Tripoli dalam keadaan aman. Pihak universitas juga telah menyampaikan kabar itu secara langsung kepada kantor perwakilan RI setempat. Meski demikian, pemerintah Indonesia tetap mempertanyakan kepada pihak universitas seberapa besar keamanan yang diberikan kepada mahasiswa bersangkutan. “Apakah Mereka merasa aman atau tidak”? tanya Wirajuda.
Secara terpisah, kondisi dalam negeri Libya yang tidak kunjung reda membuat prihatin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apalagi, konflik yang terjadi di Libya bisa berdampak kepada dunia, tidak hanya secara geopolitik di kawasan Teluk.

Salah satu yang mendapat sorotan SBY adalah ancaman kenaikan harga minyak. “Kalau ini tidak dihentikan, dunia akan terkena dampaknya, seperti (kenaikan) harga minyak,” kata SBY dalam keterangan pers sebelum bertolak ke Brunei Darussalam di Bandara Halim Perdanakusuma, kemarin.

Kenaikan harga minyak dikhawatirkan juga akan berimbas kepada terjadinya kenaikan harga pangan. Dampak itu, menurut SBY, tidak hanya dirasakan negara-negara berkembang, namun juga dialami negara-negara maju. Konflik yang terjadi di Libya, kata SBY, tidak hanya tergolong besar dari aksi yang dilakukan. “Korban-korban yang jatuh, menurut saya, juga sudah di luar kepatutan,” tuturnya.

Karena itu, SBY menyeru kepada Dewan Keamanan PBB dan komunitas global untuk melakukan langkah riil mencegah terjadinya aksi kekerasan yang tidak perlu. “Selain itu, melakukan sesuatu agar harga minyak tidak naik signifikan agar tidak memukul harga pangan dan sebagainya,” urai mantan Menko Polkam itu. (ap/afp/jpnn)

Tentara Rudal Demonstran di Masjid

BENGHAZI-Ancaman isolasi dari negara-negara besar terhadap Libya tidak membuat gentar sang pemimpin Muammar Kadhafi. Kemarin militer pro-Khadafi bahkan menyerang Masjid Souq yang berlokasi di Zawiya, sekitar 50 kilometer barat Tripoli. Dilaporkan, belasan demonstran yang berlindung di masjid tewas dan belasan lainnya terluka parah.

Sebagaimana dilansir Associated Press (AP), penyerangan itu juga dilakukan dengan menggunakan rudaln
Laporan pengeboman tersebut diinformasikan oleh seorang saksi mata lewat sambungan telepon. Sumber itu merahasiakan identitasnya karena takut dikejar dan dibunuh aparat maupun tentara bayaran Libya.
Militer dilaporkan telah menghancurkan menara masjid tersebut dengan menggunakan rudal antipesawat tempur. Mereka juga menyerang para demonstran dengan menggunakan senjata otomatis sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Saksi menjelaskan bahwa penyerangan dilakukan sehari setelah utusan Khadafi datang di kota pelabuhan dan kilang minyak tersebut dan memerintah para demonstran bubar. Jika tetap melawan, mereka akan dibunuh.
Setelah Kadhafi berpidato pada Selasa (22/2) menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur, semakin banyak tentara dan pembunuh bayaran berkeliaran di jalanan. Sepanjang malam, suara tembakan terdengar di beberapa sudut kota. Khadafi menuduh para demonstran itu adalah para pemuda pecandu obat. Karena itu, dia akan memberantas habis mereka. Dia juga mengatakan bahwa para demonstran terpengaruh kekuatan dari luar dan aksi mereka juga ditunggangi para ekstremis Islam.

Serangan juga dilakukan militer di sebuah bandara yang berlokasi di pinggiram Misrata, kota terbesar ketiga di Libya. Para demonstran diserang dengan menggunakan roket, granat, dan mortar. Warga dan demonstran akhirnya bergabung untuk melawan.

Mereka bahkan merebut beberapa senjata otomatis miliki para tentara yang berada di sekitar bandara. Namun, dalam serangan itu belum bisa dipastikan berapa jumlah korban tewas maupun terluka. “Serangan itu berlangsung hingga sore,” kata salah seorang warga sebagaimana dilansir Reuters.

Namun, serangan di Libya dilaporkan menewaskan 1.000 orang. Itu dikatakan Perdana Menteri Italia Franco Martini saat berbicara di sebuah organisasi Katolik di Roma sebelum pertemuan parlemen membahas kekerasan di Libya pada Kamis dini hari WIB. Frattini mengatakan, berdasar laporan dari para saksi mata dan rumah sakit di Libya, korban tewas sekitar 1.000 orang.

“Informasi korban tewas belum lengkap. Namun, kami percaya bahwa informasi korban tewas 1.000 orang cukup kredibel,” ujar Frattini sebagaimana dilansir Associated Press. Jumlah berbeda dan lebih besar disampaikan para dokter yang baru kembali dari kota Benghazi. Sebagaimana laporan CBS News, para dokter mengatakan bahwa korban tewas 2.000 orang sejak Minggu lalu. “Ambulans kami menghitung sekitar 75 orang tewas pada hari pertama, lalu bertambah menjadi 200, setelah itu lebih dari 500,” ujar Dr Gerard Buffet. Sementara Libya menyatakan bahwa korban tewas hanya 300 orang.

Sementara itu, menurut laporan AP, ratusan warga rela antre di Benghazi. Mereka terlihat berbaris teratur hanya untuk mendapatkan giliran memegang senjata. Senjata-senjata itu justru berasal dari kalangan militer dan polisi yang membelot dari Muammar Khadafi untuk bergabung dengan pasukan anti pemerintah.

Bersamaan dengan itu, media massa juga melaporkan bahwa wilayah kekuasaan Khadafi semakin kecil. Sebaliknya, dukungan kelompok oposisi justru bertambah. Khadafi menurut perkiraan hanya akan bertahan di rumahnya, Tripoli. Padahal, gerakan kelompok perlawanan, baik dari barat maupun timur Libya, sudah mengarah ke Tripoli.
Kemarin Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan bahwa pemerintahannya mengutuk kekerasan yang terjadi di Libya. Obama juga tengah mendiskusikan langkah yang akan diambil AS terhadap Libya. Termasuk mengirim Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dalam rapat badan HAM PBB terkait pembunuhan di Libya.
“Penderitaan dan pertumpahan darah sangat mengerikan dan tidak dapat diterima. Begitu pula halnya dengan ancaman dan perintah tembak mati para demonstran dan menghukum rakyat Libya,” ujar Obama sebagaimana dilansir CNN merujuk kepada ancaman Khadafi untuk menggempur para demonstran.

TKI di Terjebak di Istana

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terus berusaha mengeluarkan ratusan warga negara Indonesia (WNI) di Libya. Kali ini pemerintah akan menjemput dan memulangkan delapan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di istana milik Khadafi.

“Informasi yang kami miliki, ada delapan TKI yang diduga kuat bekerja di istana,” kata Ketua Satuan Tugas Evakuasi WNI di Luar Negeri Nur Hassan Wirajuda di Kantor Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta Pusat, kemarin (24/2).
Hassan memastikan, delapan WNI yang bekerja di istana Khadafi itu secepatnya akan dievakuasi dengan mempertimbangkan kondisi keamanan Libya yang memang sudah parah. Menurut mantan Menlu itu, perpecahan dua kelompok di negeri itu sudah pada level kritis dan berbeda dengan kondisi Mesir.
Sebab, yang terjadi di Libya rentan dengan kekerasan akibat banyaknya milisi dan rakyat yang memiliki senjata api. Karena itu, evakuasi harus dilakukan sedini mungkin untuk menghindarkan mereka terlibat di antara bentrok milisi bersenjata itu. “Kami masih memantau bandara untuk bisa memulangkan WNI. Sebab, sekarang kondisinya masih buka tutup,” kata dia.

Saat ini 870 WNI yang berada di Libya terdiri atas mahasiswa, pekerja tambang, dan TKI. Kesulitan yang dihadapi pemerintah RI adalah komunikasi dengan kedutaan besar di Tripoli . Sebab. akses komunikasi juga banyak yang terputus. Yang saat ini sudah dipastikan adalah evakuasi pekerja PT Wika (Wijaya Karya) yang sedang mengerjakan proyek bangunan mal di Kota Tripoli. “Kalau pekerja Wika, persiapannya sudah agak matang. Mereka tinggalnya bersamaan dan 210 orang sudah siap diangkut,” kata dia.

Pemerintah Libya telah menjamin bahwa sepuluh mahasiswa Indonesia di Tripoli dalam keadaan aman. Pihak universitas juga telah menyampaikan kabar itu secara langsung kepada kantor perwakilan RI setempat. Meski demikian, pemerintah Indonesia tetap mempertanyakan kepada pihak universitas seberapa besar keamanan yang diberikan kepada mahasiswa bersangkutan. “Apakah Mereka merasa aman atau tidak”? tanya Wirajuda.
Secara terpisah, kondisi dalam negeri Libya yang tidak kunjung reda membuat prihatin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apalagi, konflik yang terjadi di Libya bisa berdampak kepada dunia, tidak hanya secara geopolitik di kawasan Teluk.

Salah satu yang mendapat sorotan SBY adalah ancaman kenaikan harga minyak. “Kalau ini tidak dihentikan, dunia akan terkena dampaknya, seperti (kenaikan) harga minyak,” kata SBY dalam keterangan pers sebelum bertolak ke Brunei Darussalam di Bandara Halim Perdanakusuma, kemarin.

Kenaikan harga minyak dikhawatirkan juga akan berimbas kepada terjadinya kenaikan harga pangan. Dampak itu, menurut SBY, tidak hanya dirasakan negara-negara berkembang, namun juga dialami negara-negara maju. Konflik yang terjadi di Libya, kata SBY, tidak hanya tergolong besar dari aksi yang dilakukan. “Korban-korban yang jatuh, menurut saya, juga sudah di luar kepatutan,” tuturnya.

Karena itu, SBY menyeru kepada Dewan Keamanan PBB dan komunitas global untuk melakukan langkah riil mencegah terjadinya aksi kekerasan yang tidak perlu. “Selain itu, melakukan sesuatu agar harga minyak tidak naik signifikan agar tidak memukul harga pangan dan sebagainya,” urai mantan Menko Polkam itu. (ap/afp/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/