26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Air Algerie Jatuh di Gurun Sahara

Air Algerie diperkirakan jatuh di Gurun Sahara.
Air Algerie diperkirakan jatuh di Gurun Sahara.

ALJIR, SUMUTPOS.CO – Hanya dalam sepekan, tiga pesawat komersial berjatuhan. Pada 17 Juli Malaysia Airlines MH17 jatuh karena ditembak di langit Ukraina. Berjarak lima hari, Rabu (23/7), pesawat ATR 72-500 berkode GE222 milik TransAsia Airways jatuh setelah gagal landing dekat Bandara Magong, Taiwan.

Sehari kemudian atau kemarin (24/7) pesawat MD83 nomor penerbangan AH5017 milik Air Algerie jatuh di Gurun Sahara. Jika seluruh penumpang AH5017 ditemukan tewas, jumlah korban dari tiga kecelakaan beruntun dalam sepekan tersebut 462 orang.

Badan Penerbangan Aljazair, seperti dimuat Al Jazeera, melaporkan bahwa pesawat yang dicarter maskapai Spanyol Swiftair tersebut celaka di wilayah udara Mali Selatan, Afrika Barat. Sementara itu, menurut seorang sumber dari Badan Penerbangan Aljazair yang dilansir Russia Today, pesawat jatuh di wilayah udara Republik Niger, Afrika Barat.

Pengawas lalu lintas udara Aljazair kehilangan kontak dengan pesawat dengan nomor penerbangan AH5017 itu sekitar 50 menit sejak lepas landas dari Burkina Faso pada Kamis pagi. Pesawat dijadwalkan mendarat pukul 05.10 GMT waktu setempat di Aljazair, Afrika Utara.

Burung besi Airbus itu terakhir terlihat di layar radar pada pukul 09.55 WIB. Diperkirakan saat itu pesawat sedang melintasi Gurun Sahara. “Sesuai prosedur, pihak Air Algerie telah mengambil langkah darurat.” Demikian pernyataan resmi Air Algerie. Belum diketahui lebih lanjut soal perkembangan dan detail insiden tersebut.

Dari mana saja penumpang AH5017″ Mengutip Reuters, juru bicara Air Algerie mengumumkan manifes penumpang tadi malam. Dalam pengumuman itu disebutkan perincian jumlah penumpang. Yakni, 50 orang berkewarganegaraan Prancis (hampir separo dari jumlah penumpang), 24 dari Burkina Faso, 8 Lebanon, 6 Aljazair, 5 Kanada, 4 Jerman, 2 Luksemburg, 1 masing-masing dari Belgia, Swiss, Nigeria, Kamerun, Ukraina, dan Rumania.

Banyaknya jumlah warga Prancis yang menjadi korban itu membuat badan penerbangan sipil Prancis mendirikan pusat informasi di Bandara Paris dan Marseille. Selain itu, dua jet Prancis segera diluncurkan dari pangkalan di Afrika Barat setelah mendapatkan kabar hilangnya pesawat Air Algerie.

Dalam keterangannya, penyewa pesawat, Swiftair, menyatakan bahwa pesawat tersebut adalah MD83, bukan Airbus A320 seperti yang diungkap salah seorang pejabat Aljazair. Sumber dari Air Algerie mengatakan, pesawat itu tidak jauh dari perbatasan Aljazair ketika pilot diminta untuk berputar karena visibilitas yang buruk. “Keputusan tersebut diambil untuk mencegah risiko tabrakan dengan pesawat lain rute Aljir”Bamako,” kata dia. “Kontak terputus setelah perubahan arah itu,” ujarnya.

Sejauh ini jalur penerbangan yang digunakan pesawat dengan kode AH5017 dari Ouagadougou, Burkina Faso, menuju Aljir belum diketahui. Namun, jika dilihat di peta, Ouagadougou terletak hampir sejajar di sebelah selatan ibu kota Aljazair, Aljir. Pesawat itu seharusnya melewati wilayah utara Mali yang bergolak. Penerbangan AH5017 menempuh rute Ouagadougou”Aljir empat kali dalam seminggu.

Salah satu kecelakaan pesawat udara terburuk di Aljazair adalah sebuah pesawat angkut militer Hercules C-130 di wilayah pegunungan sebelah barat daya negeri itu. Insiden yang terjadi pada Februari lalu tersebut menewaskan 70 di antara 78 penumpang pesawat nahas tersebut.

Sebelumnya, pada Maret 2003, pesawat milik Air Algerie jatuh di wilayah Tamanrasset di wilayah selatan negeri itu. Pesawat jatuh saat baru lepas landas setelah salah satu mesinnya meledak. Insiden tersebut menewaskan 102 orang dan satu orang selamat, yaitu seorang personel militer Aljazair. (AP/AFP/c10/kim)

Air Algerie diperkirakan jatuh di Gurun Sahara.
Air Algerie diperkirakan jatuh di Gurun Sahara.

ALJIR, SUMUTPOS.CO – Hanya dalam sepekan, tiga pesawat komersial berjatuhan. Pada 17 Juli Malaysia Airlines MH17 jatuh karena ditembak di langit Ukraina. Berjarak lima hari, Rabu (23/7), pesawat ATR 72-500 berkode GE222 milik TransAsia Airways jatuh setelah gagal landing dekat Bandara Magong, Taiwan.

Sehari kemudian atau kemarin (24/7) pesawat MD83 nomor penerbangan AH5017 milik Air Algerie jatuh di Gurun Sahara. Jika seluruh penumpang AH5017 ditemukan tewas, jumlah korban dari tiga kecelakaan beruntun dalam sepekan tersebut 462 orang.

Badan Penerbangan Aljazair, seperti dimuat Al Jazeera, melaporkan bahwa pesawat yang dicarter maskapai Spanyol Swiftair tersebut celaka di wilayah udara Mali Selatan, Afrika Barat. Sementara itu, menurut seorang sumber dari Badan Penerbangan Aljazair yang dilansir Russia Today, pesawat jatuh di wilayah udara Republik Niger, Afrika Barat.

Pengawas lalu lintas udara Aljazair kehilangan kontak dengan pesawat dengan nomor penerbangan AH5017 itu sekitar 50 menit sejak lepas landas dari Burkina Faso pada Kamis pagi. Pesawat dijadwalkan mendarat pukul 05.10 GMT waktu setempat di Aljazair, Afrika Utara.

Burung besi Airbus itu terakhir terlihat di layar radar pada pukul 09.55 WIB. Diperkirakan saat itu pesawat sedang melintasi Gurun Sahara. “Sesuai prosedur, pihak Air Algerie telah mengambil langkah darurat.” Demikian pernyataan resmi Air Algerie. Belum diketahui lebih lanjut soal perkembangan dan detail insiden tersebut.

Dari mana saja penumpang AH5017″ Mengutip Reuters, juru bicara Air Algerie mengumumkan manifes penumpang tadi malam. Dalam pengumuman itu disebutkan perincian jumlah penumpang. Yakni, 50 orang berkewarganegaraan Prancis (hampir separo dari jumlah penumpang), 24 dari Burkina Faso, 8 Lebanon, 6 Aljazair, 5 Kanada, 4 Jerman, 2 Luksemburg, 1 masing-masing dari Belgia, Swiss, Nigeria, Kamerun, Ukraina, dan Rumania.

Banyaknya jumlah warga Prancis yang menjadi korban itu membuat badan penerbangan sipil Prancis mendirikan pusat informasi di Bandara Paris dan Marseille. Selain itu, dua jet Prancis segera diluncurkan dari pangkalan di Afrika Barat setelah mendapatkan kabar hilangnya pesawat Air Algerie.

Dalam keterangannya, penyewa pesawat, Swiftair, menyatakan bahwa pesawat tersebut adalah MD83, bukan Airbus A320 seperti yang diungkap salah seorang pejabat Aljazair. Sumber dari Air Algerie mengatakan, pesawat itu tidak jauh dari perbatasan Aljazair ketika pilot diminta untuk berputar karena visibilitas yang buruk. “Keputusan tersebut diambil untuk mencegah risiko tabrakan dengan pesawat lain rute Aljir”Bamako,” kata dia. “Kontak terputus setelah perubahan arah itu,” ujarnya.

Sejauh ini jalur penerbangan yang digunakan pesawat dengan kode AH5017 dari Ouagadougou, Burkina Faso, menuju Aljir belum diketahui. Namun, jika dilihat di peta, Ouagadougou terletak hampir sejajar di sebelah selatan ibu kota Aljazair, Aljir. Pesawat itu seharusnya melewati wilayah utara Mali yang bergolak. Penerbangan AH5017 menempuh rute Ouagadougou”Aljir empat kali dalam seminggu.

Salah satu kecelakaan pesawat udara terburuk di Aljazair adalah sebuah pesawat angkut militer Hercules C-130 di wilayah pegunungan sebelah barat daya negeri itu. Insiden yang terjadi pada Februari lalu tersebut menewaskan 70 di antara 78 penumpang pesawat nahas tersebut.

Sebelumnya, pada Maret 2003, pesawat milik Air Algerie jatuh di wilayah Tamanrasset di wilayah selatan negeri itu. Pesawat jatuh saat baru lepas landas setelah salah satu mesinnya meledak. Insiden tersebut menewaskan 102 orang dan satu orang selamat, yaitu seorang personel militer Aljazair. (AP/AFP/c10/kim)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/