30 C
Medan
Thursday, July 4, 2024

69 Tewas, 80 Diculik

AFP PHOTO / ARIS MESSINIS/FILES Foto ini diambil 29 September 2011 lalu, menunjukkan wartawan freelance Amerika Serikat, James Foley (kiri) di jalan tol antara bandara dengan West Gate of Sirte, Libya.  ISIS mengklaim telah membunuh James Foley sebagai balas dendam terhadap Amerika.
AFP PHOTO / ARIS MESSINIS/FILES
Foto ini diambil 29 September 2011 lalu, menunjukkan wartawan freelance Amerika Serikat, James Foley (kiri) di jalan tol antara bandara dengan West Gate of Sirte, Libya. ISIS mengklaim telah membunuh James Foley sebagai balas dendam terhadap Amerika.

SUMUTPOS.CO – Jurnalis-jurnalis berkebangsaan Amerika Serikat (AS) di area konflik bisa tewas satu per satu. Mereka tewas bukan karena tertembus peluru di medan perang, melainkan dipenggal militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Sebab, bukan tidak mungkin ISIS sejatinya telah menculik jurnalis-jurnalis AS, menyembunyikannya, dan menunggu waktu yang tepat untuk menghabisi mereka.

James Wright Foley baru permulaan. Saat ini ISIS sudah memiliki Steven Joel Sotloff sebagai tahanan. Jurnalis yang pernah bekerja di majalah Time itu menghilang sekitar setahun lalu di Syria.

Keluarganya tidak tahu Sotloff berada di mana. Keberadaan Sotloff baru diketahui seusai ISIS memenggal Foley. Saat itu salah seorang anggota ISIS menegaskan, jika AS tidak menarik pasukannya dari Iraq, Sotloff akan bernasib sama dengan Foley.

Selama ini Sotloff telah bekerja sebagai jurnalis freelance di National Interest, Christian Science Monitor, The Daily Caller, Foreign Policy, MediaLine, dan yang paling baru bekerja di World Affair Journal. Sotloff kerap melaporkan berita-berita dari garis depan. Dia telah menulis tentang Libya pasca ditinggalkan Khadafi serta perang sipil di Syria. Padahal, selama ini Syria termasuk negara yang paling tidak aman bagi jurnalis.

Berdasar data Komite Perlindungan Jurnalis, setidaknya ada 69 jurnalis tewas selama perang di Syria. Selain itu, 80 orang telah diculik. Tidak tertutup kemungkinan sebagian besar adalah jurnalis dari AS.

Saat ini orang tua Sotloff menutup diri dari dunia luar. Mereka menolak diwawancara dan meminta privasi mereka dihargai. Orang tua Sotloff tinggal di Florida. Mereka mengetahui kondisi terakhir Sotloff hanya melalui tweet yang dia kirim pada Agustus 2013.

Sebenarnya sebagian besar anggota Kongres Florida Selatan sudah mengetahui penculikan Sotloff tersebut. Mereka berusaha membebaskan Sotloff bersama dengan tahanan AS lain. Namun, sebelum upaya itu berhasil, ISIS mengancam memenggal Sotloff.

“Kami melakukan apa pun yang kami bisa. Jujur saja, kami memiliki kemampuan yang terbatas. Kami tidak punya jalur diplomatik dengan ISIS. Mereka adalah kelompok teroris yang kejam,” ujar anggota kongres dari partai Republik, Debbie Wasserman Schultz.

Teman dan keluarga Sotloff kini menempuh cara lain untuk menyelamatkan orang yang mereka sayangi. Membuat petisi pada Gedung Putih yang mendesak agar pemerintah melakukan apa pun untuk menyelamatkan sang jurnalis.

“Kami yang bertanda tangan di bawah ini memintamu, Presiden Obama, untuk mengambil tindakan apa pun yang dibutuhkan dan secepatnya menyelamatkan nyawa Steven (Sotloff),” demikian sebagian isi petisi tersebut. Petisi itu ditandatangani 7.336 orang.

Pemerintah AS menyatakan telah menyerang markas-markas ISIS di Syria. Namun, hal tersebut tidak cukup. Belum diketahui Obama akan menarik pasukannya dari Iraq atau tidak. Yang jelas, AS berjanji menyelamatkan warganya. (abc/nbc/cnn/sha/c14/tia/jpnn/rbb)

AFP PHOTO / ARIS MESSINIS/FILES Foto ini diambil 29 September 2011 lalu, menunjukkan wartawan freelance Amerika Serikat, James Foley (kiri) di jalan tol antara bandara dengan West Gate of Sirte, Libya.  ISIS mengklaim telah membunuh James Foley sebagai balas dendam terhadap Amerika.
AFP PHOTO / ARIS MESSINIS/FILES
Foto ini diambil 29 September 2011 lalu, menunjukkan wartawan freelance Amerika Serikat, James Foley (kiri) di jalan tol antara bandara dengan West Gate of Sirte, Libya. ISIS mengklaim telah membunuh James Foley sebagai balas dendam terhadap Amerika.

SUMUTPOS.CO – Jurnalis-jurnalis berkebangsaan Amerika Serikat (AS) di area konflik bisa tewas satu per satu. Mereka tewas bukan karena tertembus peluru di medan perang, melainkan dipenggal militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Sebab, bukan tidak mungkin ISIS sejatinya telah menculik jurnalis-jurnalis AS, menyembunyikannya, dan menunggu waktu yang tepat untuk menghabisi mereka.

James Wright Foley baru permulaan. Saat ini ISIS sudah memiliki Steven Joel Sotloff sebagai tahanan. Jurnalis yang pernah bekerja di majalah Time itu menghilang sekitar setahun lalu di Syria.

Keluarganya tidak tahu Sotloff berada di mana. Keberadaan Sotloff baru diketahui seusai ISIS memenggal Foley. Saat itu salah seorang anggota ISIS menegaskan, jika AS tidak menarik pasukannya dari Iraq, Sotloff akan bernasib sama dengan Foley.

Selama ini Sotloff telah bekerja sebagai jurnalis freelance di National Interest, Christian Science Monitor, The Daily Caller, Foreign Policy, MediaLine, dan yang paling baru bekerja di World Affair Journal. Sotloff kerap melaporkan berita-berita dari garis depan. Dia telah menulis tentang Libya pasca ditinggalkan Khadafi serta perang sipil di Syria. Padahal, selama ini Syria termasuk negara yang paling tidak aman bagi jurnalis.

Berdasar data Komite Perlindungan Jurnalis, setidaknya ada 69 jurnalis tewas selama perang di Syria. Selain itu, 80 orang telah diculik. Tidak tertutup kemungkinan sebagian besar adalah jurnalis dari AS.

Saat ini orang tua Sotloff menutup diri dari dunia luar. Mereka menolak diwawancara dan meminta privasi mereka dihargai. Orang tua Sotloff tinggal di Florida. Mereka mengetahui kondisi terakhir Sotloff hanya melalui tweet yang dia kirim pada Agustus 2013.

Sebenarnya sebagian besar anggota Kongres Florida Selatan sudah mengetahui penculikan Sotloff tersebut. Mereka berusaha membebaskan Sotloff bersama dengan tahanan AS lain. Namun, sebelum upaya itu berhasil, ISIS mengancam memenggal Sotloff.

“Kami melakukan apa pun yang kami bisa. Jujur saja, kami memiliki kemampuan yang terbatas. Kami tidak punya jalur diplomatik dengan ISIS. Mereka adalah kelompok teroris yang kejam,” ujar anggota kongres dari partai Republik, Debbie Wasserman Schultz.

Teman dan keluarga Sotloff kini menempuh cara lain untuk menyelamatkan orang yang mereka sayangi. Membuat petisi pada Gedung Putih yang mendesak agar pemerintah melakukan apa pun untuk menyelamatkan sang jurnalis.

“Kami yang bertanda tangan di bawah ini memintamu, Presiden Obama, untuk mengambil tindakan apa pun yang dibutuhkan dan secepatnya menyelamatkan nyawa Steven (Sotloff),” demikian sebagian isi petisi tersebut. Petisi itu ditandatangani 7.336 orang.

Pemerintah AS menyatakan telah menyerang markas-markas ISIS di Syria. Namun, hal tersebut tidak cukup. Belum diketahui Obama akan menarik pasukannya dari Iraq atau tidak. Yang jelas, AS berjanji menyelamatkan warganya. (abc/nbc/cnn/sha/c14/tia/jpnn/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/