25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Orang-orang Memanjat Satu Sama Lain, Hanya untuk Bernapas

“Saya melihat para peziarah (calon haji) jatuh ke bawah dan semakin hancur. Ada wanita tua berteriak, meminta bantuan. Saya sendiri berusaha keras untuk keluar,” katanya.

Abdulrahman mengatakan, dia kehilangan pakaiannya, robek, namun dia tak peduli dan saya berhasil keluar. “Kemudian saya mencoba untuk mendapatkan di salah satu kamp-kamp tenda. Tetapi saya diblokir oleh pasukan keamanan yang terus mencegah orang masuk,” katanya.

Menurutnya, pihak berwenang sangat lambat untuk menenangkan kekacauan. “Saya melihat pertahanan sipil di sana tetapi mereka sangat terlambat. Pintu keluar darurat sangat minim. Seharusnya setiap 50 meter ada jalan untuk keluar,” ujar Abdulrahman.

Di luar dari duka mendalam dari tragedi itu, sejumlah pihak mulai saling menuding, dan mempertanyakan kemampuan atau keseriusan Arab Saudi mengelola hajatan besar tahunan di negaranya. Ibadah haji? Bukan melibatkan ratusan atau ribuan orang. Namun jutaan manusia.

Seperti dilaporkan, The Guardian, Jumat (25/9), pemerintah Iran, yang juga berduka karena warganya ikut menjadi korban Tragedi Mina 2015, menuding Arab Saudi lalai dalam soal keamanan. Bahkan Teheran mempertanyakan dengan keras alasan mengapa dua dari lima akses ibadah lempar jumrah di Mina itu tak dibuka.

Sementara beberapa politikus Saudi tampaknya mendorong dugaan kesalahan kepada para jemaah dari benua Afrika yang dianggap tak disiplin. Apapun, nasi sudah menjadi bubur. Ratusan orang mati syahid di Tanah Suci saat melakoni Rukun Islam. (end/sam/adk/jpnn)

“Saya melihat para peziarah (calon haji) jatuh ke bawah dan semakin hancur. Ada wanita tua berteriak, meminta bantuan. Saya sendiri berusaha keras untuk keluar,” katanya.

Abdulrahman mengatakan, dia kehilangan pakaiannya, robek, namun dia tak peduli dan saya berhasil keluar. “Kemudian saya mencoba untuk mendapatkan di salah satu kamp-kamp tenda. Tetapi saya diblokir oleh pasukan keamanan yang terus mencegah orang masuk,” katanya.

Menurutnya, pihak berwenang sangat lambat untuk menenangkan kekacauan. “Saya melihat pertahanan sipil di sana tetapi mereka sangat terlambat. Pintu keluar darurat sangat minim. Seharusnya setiap 50 meter ada jalan untuk keluar,” ujar Abdulrahman.

Di luar dari duka mendalam dari tragedi itu, sejumlah pihak mulai saling menuding, dan mempertanyakan kemampuan atau keseriusan Arab Saudi mengelola hajatan besar tahunan di negaranya. Ibadah haji? Bukan melibatkan ratusan atau ribuan orang. Namun jutaan manusia.

Seperti dilaporkan, The Guardian, Jumat (25/9), pemerintah Iran, yang juga berduka karena warganya ikut menjadi korban Tragedi Mina 2015, menuding Arab Saudi lalai dalam soal keamanan. Bahkan Teheran mempertanyakan dengan keras alasan mengapa dua dari lima akses ibadah lempar jumrah di Mina itu tak dibuka.

Sementara beberapa politikus Saudi tampaknya mendorong dugaan kesalahan kepada para jemaah dari benua Afrika yang dianggap tak disiplin. Apapun, nasi sudah menjadi bubur. Ratusan orang mati syahid di Tanah Suci saat melakoni Rukun Islam. (end/sam/adk/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/