BAGHDAD- Revolusi di Mesir, Tunisia dan Libya menjalar juga ke Irak. Kemarin (25/2), ribuan demonstran berunjuk rasa di Tahrir Square, Kota Baghdad, dalam aksi yang mereka sebut Hari Amarah alias Day of Rage. Tidak kurang dari tujuh orang tewas akibat bentrok dengan aparat dalam aksi serupa di beberapa kota besar Irak. Sementara di Yaman, seorang tewas dan dua lainnya luka-luka akibat dilempar granat.
“Mengapa gaji para anggota parlemen mencapai jutaan dinar, kalian harus memotong gaji kalian. Kami tidak punya apa-apa. Mengapa kalian memiliki banyak uang sedangkan kami tidak sepeser pun,” teriak para aktivis antipemerintah di Tahrir Square, seperti dilansir Agence France-Presse. Selain di ibu kota, aksi serupa juga pecah di Kota Mosul dan Kota Hawija.
Untuk mengamankan aksi demonstrasi di Baghdad, sejumlah polisi dan serdadu militer disiagakan di Tahrir Square. Mereka mendirikan Bremer Wall, dinding paten yang terbuat dari baja, untuk mencegah sedikitnya 5 ribu pengunjuk rasa mendekati Jembatan Jumhuriyah.
Sebab, jembatan tersebut menjadi jalur utama yang menghubungkan lokasi unjuk rasa dengan Green Zone. Aparat berusaha keras menghalau demonstran dari jembatan yang dikenal dengan Green Zone merupakan lokasi pengamanan paling ketat di Baghdad.
Tapi, para demonstran yang jumlahnya terus bertambah usai salat Jumat itu nekat merobohkan dua diantara tembok-tembok baja tersebut. Sebagian diantaranya langsung menerobos penjagaan petugas dan berusaha menyeberangi Jembatan Jumhuriyah.
lah nekat itu dihentikan para aparat yang membentuk lebih dari dua lapis barisan. Bentrok aparat dan demonstran pun tak terelakkan. Massa yang terpaksa berjalan kaki menuju Tahrir Square, karena pemerintah memberlakukan larangan berkendara.
Akibatnya mereka meluapkan emosinya kepada polisi. Beruntung, bentrok di Tahrir Square tidak sampai menimbulkan korban jiwa seperti di wilayah utara dan barat Irak.
Akibat bentrok di Kota Mosul dan Hawija menyebabkan sedikitnya tujuh orang tewas. Sedangkan, belasan lainnya terluka. Terpisah, bentrok aparat dan demonstran di wilayah barat Irak mengakibatkan delapan orang terluka. Perdana Menteri (PM), Nuri al-Maliki menuding Al-Qaidah dan kelompok loyalis Saddam Hussein berada di balik serangkaian aksi antipemerintah di beberapa kota Irak tersebut.
Aksi itu terealisasi setelah para aktivis antipemerintah menyerukan revolusi lewat Facebook, mereka membentuk kelompok Iraki Revolution of Rage dan Change, Liberty and a Real Democracy. Hampir seluruh anggota kelompok adalah pemuda.
“Kami tidak ingin meng gulingkan pemerintahan, karena kami yang memilih mereka. Kami ingin membuat pemerintah bekerja,” kata mahasiswa, Darghan Adnan (24) yang ikut berunjuk rasa di Tahrir Square.
Sementara itu, Di Yaman dikabarkan seorang tewas setelah dilempar granat. seperti diakui pejabat keamanan Yaman. (hep/ami/jpnn)