YANGON – Gempa bumi berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR) mengguncang Myanmar Kamis malam waktu setempat (24/3). Getaran yang juga terasa di Thailand, Vietnam, Laos dan Cina. Hingga, Jumat (25/3), beberapa gempa susulan dengan skala lebih kecil masih terjadi. Akibatnya, sekitar 75 orang tewas.
Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) melaporkan bahwa pusat gempa (episentrum) terjadi di sebelah utara Kota Tachileik. Kota tersebut berada di kawasan pegunungan yang menjadi batas wilayah Myanmar dan Thailand. Kamis malam lalu, getaran gempa juga terasa di Kota Bangkok, ibu kota Thailand, yang berjarak sekitar 800 kilometer dari episentrum.
Gedung-gedung tinggi di Myanmar ambruk. Tidak kurang dari 400 rumah di empat desa dan kota rata dengan tanah. Akibatnya, ratusan warga terpaksa menjadi gelandangan. “Butuh waktu berhari-hari untuk menghitung kerugian. Sejauh ini, korban tewas mencapai 75 orang dan sekitar 111 lainnya terluka,” kata seorang pejabat pemerintah Myanmar yang tidak bersedia menyebutkan namanya.
Sembilan kantor pemerintah di Kota Tarlay, yang letaknya tak jauh dari Tachileik, hancur. Beberapa biara juga rusak parah. “Saat ini, prioritas kami adalah warga di kawasan terpencil.
Bersama militer, kepolisian dan pemerintah daerah, kami berusaha keras mengevakuasi para korban. Baik yang tewas maupun terluka,” lanjut pejabat tersebut dalam wawancara dengan Agence France-Presse. Ben Phillips dari yayasan Save the Children di Bangkok mendukung keputusan pemerintah Myanmar untuk fokus pada daerah terpencil. Apalagi, gempa memutus akses jalan dan jembatan menuju Kota Mong Lin dan Tarlay, dua kota dengan kerusakan paling parah.
Kota Chiang Rai di Provinsi Chiang Rai, Thailand, yang hanya berjarak sekitar 90 kilometer dari episentrum pun porak poranda. Sejumlah bangunan besar di kota tersebut rusak parah. Termasuk gedung balai kota, rumah sakit provinsi dan empat pagoda, termasuk Pagoda Chedi Luang yang tersohor. Puncak pagoda patah jatuh ke tanah.
Gempa juga membuat warga Vietnam dan Cina panik. Sekitar 6.000 penduduk Prefektur Xishuangbanna di Provinsi Yunan, Cina. “Beruntung, tak sampai jatuh korban jiwa,” kata Le Huy Minh dari Global Geophysics Institute Hanoi. (hep/cak/ami/jpnn)