SUMUTPOS.CO – Beberapa produsen obat berlomba mengembangkan vaksin dan obat untuk mengatasi wabah Ebola terburuk dalam sejarah. Belum jelas siapa yang akan membiayai pembuatan obat itu, tetapi beberapa perusahaan berharap pemerintah dan kelompok-kelompok bantuan akan menyediakan dananya.
Belum ada obat atau vaksin yang terbukti efektif melawan Ebola, terutama karena penyakit ini sangat jarang terjadi dan karenanya tidak menarik bagi para investor. Beberapa negara Afrika Barat yang paling parah dijangkiti wabah ini tampaknya tidak mampu mengembangkan vaksin dan obat anti Ebola.
Tetapi pemerintah dan sejumlah perusahaan kini menyediakan jutaan dolar untuk melawan Ebola yang telah menjangkiti hampir 10 ribu orang dan menewaskan lebih dari 4.900 orang. Beberapa pakar mengatakan para produsen obat memperkirakan setelah vaksin atau obat-obatan anti Ebola itu dinyatakan aman, maka kelompok-kelompok internasional dan negara kaya seperti Amerika akan membelinya dalam jumlah besar.
Produsen-produsen obat telah mendapat keuntungan dari persediaan sebelumnya. Dalam wabah flu burung tahun 2009, negara-negara Barat menghabiskan milyaran dolar untuk membeli obat-obatan dan vaksin yang sebagian besar justru tidak digunakan. Masa kedaluarsa-nya tergantung produk masing-masing, tetapi ada yang hanya bisa bertahan sekitar satu tahun.
Setelah rapat WHO yang melibatkan pejabat-pejabat pemerintah, produsen obat dan kelompok-kelompok filantropi hari Kamis lalu (23/10), masih belum jelas siapa yang akan membiayai pengembangan vaksin Ebola. Namun perusahaan-perusahaan obat bergegas akan memulai uji-coba pada pasien.
Pekan lalu Johnson & Johnson mengatakan akan memulai uji keamanan vaksin kombinasi yang bisa melindungi terhadap virus Ebola yang “hampir serupa” dengan virus yang memicu wabah saat ini.
New Brunswick – New Jersey – telah menghabiskan hampir 200 juta dolar untuk mempercepat produksi vaksin, yang izinnya dibeli dari sebuah perusahaan Denmark bulan lalu. Jika uji-coba itu berhasil, perusahaan itu berharap bisa memulai uji klinis besar-besaran bulan Mei 2015.
Dua vaksin Ebola yang telah dibuat sebagian besar didanai oleh pemerintah, tetapi uji-coba kedua vaksin itu diadakan dengan bantuan dana dari perusahaan dan pemerintah oleh gabungan pendanaan publik dan perusahaan.
Uji-coba vaksin yang dikembangkan oleh National Institute of Health dan GlaxoSmithKline, didanai dengan bantuan pemerintah Amerika dan Inggris. Uji-coba ini dilakukan di Amerika, Inggris dan Mali. GlaxoSmithKline mengatakan mungkin bisa membuat sekitar satu juta dosis vaksin per bulan menjelang akhir tahun 2015, dengan asumsi masalah peraturan dan logistik bisa diatasi. (VOA)