30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Paus Sempat Cium Bayi

Kotbah terakhir Paus Benediktus XVI di lapangan Gereja St Peter Vatikan begitu emosional.

KHOTBAH: Paus Benedict XVI saat berada  lapangan gereja St Peter Vatikan. Insert, Paus menyempatkan diri mencium bayi usai khotbah terakhirnya sebagai Paus. //GABRIEL BOUYS/afp Photo
KHOTBAH: Paus Benedict XVI saat berada di lapangan gereja St Peter Vatikan. //GABRIEL BOUYS/afp Photo

VATIKAN – Bahkan usai memberikan homili, Paus berkebangsaan Jerman itu menyempatkan diri untuk berkeliling menemui sekitar 150 ribu umat yang berkumpul dengan menumpang kendaraan tertutup yang disebut Popemobile dan diapit oleh beberapa pengawalnya.

Tak pelak kedatangannya langsung disambut para umat yang menyemut. Para umat terus berseru mengelukan dan bertepuk tangan pria sepuh yang tampak sederhana mengenakan jubah putih itu.

Bahkan beberapa kali Paus berusia 85 tahun yang berulang tahun setiap 16 April itu beberapa kali dihentikan umatnya untuk menyerahkan bayinya agar diberkati. Paus pun tak segan-segan berhenti dan mencium bayi-bayi tersebut tanda kasih sayang.

“Kami datang untuk memberikan dukungan pada Paus,” kata Giovanni Sali (25) seorang mahasiswa yang melakukan perjalanan dari Italia tengah. “Saya ke sini karena ingin dekat dengan Paus,” imbuhnya.

Lucilla Martino dari Roma, mengatakan bahwa dirinya sangat terkejut mendengar pengumuman Paus pengunduran diri. “Tapi ini menjadi kejutan yang positif dan ini adalah hal yang benar untuk dilakukan,” katanya.

Paus Benediktus XVI resmi mundur hari ini, Kamis (28/2). Sebelum meninggalkan tahtanya, pria bernama asli Joseph Aloisius Ratzinger itu untuk kali terakhir memberikan kotbah di depan 150 ribu umat berkumpul di lapangan gereja St Peter Vatikan.

Dengan suara tenang Paus mengaku tidak mudah mengambil keputusan untuk mundur. Begitu banyak saat-saat suka cita selama dirinya terpilih menjadi Paus sejak 19 April 2005 lalu. Namun dia juga mengaku kerap menemui masa-masa sulit.

Benediktus pun memberikan perumpamaan selama dirinya menjadi Paus dengan peristiwa pelayaran Yesus bersama murid-muridnya di Danau Galilea. “Angin dan cahaya matahari benar-benar berlimpah saat memancing. Tapi ada juga saat-saat air berombak dan menyapu perahu. Seolah-olah Tuhan sedang tidur. Tapi saya selalu tahu bahwa Tuhan berada di perahu itu,” katanya lantas disambut gemuruh para umat yang mengelu-elukannya.
Ya, pernyataan tersebut untuk memberikan gambaran bahwa dirinya pernah mengalami masa sulit saat menjadi pemimpin tertinggi umat Katolik di dunia. Pria berkebangsaan Jerman itu menerangkan, keputusannya untuk mundur tidak ditempuh dengan mudah. Apalagi paus yang mundur secara sukarela terjadi sekitar 600 tahun silam. Itu menjadi beban tersendiri bagi dirinya.

Meski begitu dirinya tetap mengambil keputusan untuk mundur. “Kekuatan saya sudah berkurang, dan saya bertanya kepada Tuhan dalam doa. Saya meminta Tuhan menerangi saya dalam mengambil keputusan yang tepat. Bukan untuk kebaikan saya tapi untuk kebaikan gereja,” tutur Paus berumur 85 tahun itu.

“Untuk mencintai gereja, saya harus memiliki keberanian untuk mengambil keputusan yang sulit.” imbuhnya lantas disambut tepuk tangan. Dengan segala pertimbangan dan doa itu, dirinya pun memutuskan untuk mundur.

Selain itu, Paus mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh umat yang terus mendukungnya dan para kardinal yang selalu membantunya. “Saya tidak pernah merasa kesepian saat membawa beban dan sukacita pelayanan Petrus. Banyak orang telah membantu saya. Para Kardinal dengan kebijaksanaan saran mereka sudah sangat banyak membantu saya dalam menjalankan tugas kepausan,” kata Paus yang tampak sederhana mengenakan jubah putih.(mas/jpnn)

Kotbah terakhir Paus Benediktus XVI di lapangan Gereja St Peter Vatikan begitu emosional.

KHOTBAH: Paus Benedict XVI saat berada  lapangan gereja St Peter Vatikan. Insert, Paus menyempatkan diri mencium bayi usai khotbah terakhirnya sebagai Paus. //GABRIEL BOUYS/afp Photo
KHOTBAH: Paus Benedict XVI saat berada di lapangan gereja St Peter Vatikan. //GABRIEL BOUYS/afp Photo

VATIKAN – Bahkan usai memberikan homili, Paus berkebangsaan Jerman itu menyempatkan diri untuk berkeliling menemui sekitar 150 ribu umat yang berkumpul dengan menumpang kendaraan tertutup yang disebut Popemobile dan diapit oleh beberapa pengawalnya.

Tak pelak kedatangannya langsung disambut para umat yang menyemut. Para umat terus berseru mengelukan dan bertepuk tangan pria sepuh yang tampak sederhana mengenakan jubah putih itu.

Bahkan beberapa kali Paus berusia 85 tahun yang berulang tahun setiap 16 April itu beberapa kali dihentikan umatnya untuk menyerahkan bayinya agar diberkati. Paus pun tak segan-segan berhenti dan mencium bayi-bayi tersebut tanda kasih sayang.

“Kami datang untuk memberikan dukungan pada Paus,” kata Giovanni Sali (25) seorang mahasiswa yang melakukan perjalanan dari Italia tengah. “Saya ke sini karena ingin dekat dengan Paus,” imbuhnya.

Lucilla Martino dari Roma, mengatakan bahwa dirinya sangat terkejut mendengar pengumuman Paus pengunduran diri. “Tapi ini menjadi kejutan yang positif dan ini adalah hal yang benar untuk dilakukan,” katanya.

Paus Benediktus XVI resmi mundur hari ini, Kamis (28/2). Sebelum meninggalkan tahtanya, pria bernama asli Joseph Aloisius Ratzinger itu untuk kali terakhir memberikan kotbah di depan 150 ribu umat berkumpul di lapangan gereja St Peter Vatikan.

Dengan suara tenang Paus mengaku tidak mudah mengambil keputusan untuk mundur. Begitu banyak saat-saat suka cita selama dirinya terpilih menjadi Paus sejak 19 April 2005 lalu. Namun dia juga mengaku kerap menemui masa-masa sulit.

Benediktus pun memberikan perumpamaan selama dirinya menjadi Paus dengan peristiwa pelayaran Yesus bersama murid-muridnya di Danau Galilea. “Angin dan cahaya matahari benar-benar berlimpah saat memancing. Tapi ada juga saat-saat air berombak dan menyapu perahu. Seolah-olah Tuhan sedang tidur. Tapi saya selalu tahu bahwa Tuhan berada di perahu itu,” katanya lantas disambut gemuruh para umat yang mengelu-elukannya.
Ya, pernyataan tersebut untuk memberikan gambaran bahwa dirinya pernah mengalami masa sulit saat menjadi pemimpin tertinggi umat Katolik di dunia. Pria berkebangsaan Jerman itu menerangkan, keputusannya untuk mundur tidak ditempuh dengan mudah. Apalagi paus yang mundur secara sukarela terjadi sekitar 600 tahun silam. Itu menjadi beban tersendiri bagi dirinya.

Meski begitu dirinya tetap mengambil keputusan untuk mundur. “Kekuatan saya sudah berkurang, dan saya bertanya kepada Tuhan dalam doa. Saya meminta Tuhan menerangi saya dalam mengambil keputusan yang tepat. Bukan untuk kebaikan saya tapi untuk kebaikan gereja,” tutur Paus berumur 85 tahun itu.

“Untuk mencintai gereja, saya harus memiliki keberanian untuk mengambil keputusan yang sulit.” imbuhnya lantas disambut tepuk tangan. Dengan segala pertimbangan dan doa itu, dirinya pun memutuskan untuk mundur.

Selain itu, Paus mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh umat yang terus mendukungnya dan para kardinal yang selalu membantunya. “Saya tidak pernah merasa kesepian saat membawa beban dan sukacita pelayanan Petrus. Banyak orang telah membantu saya. Para Kardinal dengan kebijaksanaan saran mereka sudah sangat banyak membantu saya dalam menjalankan tugas kepausan,” kata Paus yang tampak sederhana mengenakan jubah putih.(mas/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/