SUMUTPOS.CO – Laporan Bank Dunia mengatakan antara 25% hingga 33% makanan yang diproduksi di dunia terbuang atau hilang.
Di kawasan Amerika Utara, penyebab terbesar adalah para konsumen sendiri sedangkan di Afrika, sebagian besar pangan hilang ketika dalam proses produksi atau pemrosesan.
Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, mengatakan pemborosan seperti itu memalukan karena jutaan orang lain di dunia setiap malamnya tidur dengan perut kelaparan.
“Jutaan orang di dunia tidur kelaparan setiap malam dan jutaan ton makanan dibuang di tempat sampah atau terbuang dalam perjalanan ke pasar,” tegasnya.
Di wilayah-wilayah yang dilanda kekuarangan gizi -seperti Afrika dan Asia Selatan- kehilangan pangan itu setara dengan 400 hingga 500 kalori per orang per hari.
Sementara di kalangan negara-negara maju, tingkatnya lebih tinggi dengan mencapai 750 hingga 1.500 kalori. Gejala terbuangnya makanan, khususnya di negara-negaraKlik maju, sudah menjadi keprihatinan dalam beberapa waktu belakangan.
Di Amerika Serikat dan Inggris, misalnya, rata-rata setiap keluarga yang terdiri dari empat orang, membuang makanan senilai US$1,600 atau sekitar Rp10,6 juta setiap tahunnya.
Laporan Bank Dunia ini menyarankan beberapa jalan keluar untuk mengurangi terbuangnya makanan adalah dengan mengubah perilaku konsumen.
Selain itu juga diperlukan peningkatan teknik-teknik pertanian dan investasi untuk pengangkutan dan penyimpanan. (NET)
SUMUTPOS.CO – Laporan Bank Dunia mengatakan antara 25% hingga 33% makanan yang diproduksi di dunia terbuang atau hilang.
Di kawasan Amerika Utara, penyebab terbesar adalah para konsumen sendiri sedangkan di Afrika, sebagian besar pangan hilang ketika dalam proses produksi atau pemrosesan.
Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, mengatakan pemborosan seperti itu memalukan karena jutaan orang lain di dunia setiap malamnya tidur dengan perut kelaparan.
“Jutaan orang di dunia tidur kelaparan setiap malam dan jutaan ton makanan dibuang di tempat sampah atau terbuang dalam perjalanan ke pasar,” tegasnya.
Di wilayah-wilayah yang dilanda kekuarangan gizi -seperti Afrika dan Asia Selatan- kehilangan pangan itu setara dengan 400 hingga 500 kalori per orang per hari.
Sementara di kalangan negara-negara maju, tingkatnya lebih tinggi dengan mencapai 750 hingga 1.500 kalori. Gejala terbuangnya makanan, khususnya di negara-negaraKlik maju, sudah menjadi keprihatinan dalam beberapa waktu belakangan.
Di Amerika Serikat dan Inggris, misalnya, rata-rata setiap keluarga yang terdiri dari empat orang, membuang makanan senilai US$1,600 atau sekitar Rp10,6 juta setiap tahunnya.
Laporan Bank Dunia ini menyarankan beberapa jalan keluar untuk mengurangi terbuangnya makanan adalah dengan mengubah perilaku konsumen.
Selain itu juga diperlukan peningkatan teknik-teknik pertanian dan investasi untuk pengangkutan dan penyimpanan. (NET)