NAYPYIDAW – Tim penyelamat Myanmar kesulitan menjangkau wilayah pedalaman yang diguncang gempa bumi 6,8 skala Richter (SR) pada Jumat (26/3). Kesulitan itu lantaran keterbatasan fasilitas dan sulitnya akses ke lokasi justru memunculkan kekhawatiran mengenai kemungkinan bertambahnya korban tewas. Sebab, masih banyak korban yang belum ditemukan.
Data resmi yang dirilis pemerintah, Kamis (27/3) menyatakan bahwa 75 orang tewas akibat gempa bumi yang mengguncang wilayah dekat perbatasan Thailand dan Laos tersebut. “Setelah kami pelajari, tampaknya jumlah korban terus meningkat,” terang seorang anggota tim penyelamat yang tak mau disebutkan identitasnya kepada Agence France-Presse (AFP).
Kota Tachileik, Tarlay, dan Mong Lin di negara bagian Shan menjadi wilayah yang terparah kena dampak gempa. “Kami tidak tahu berapa orang yang kena dampak gempa. Kami terus berupaya melakukan penyelamatan,” ungkap seorang pejabat Myanmar kemarin (27/3).
“Tranportasi terputus. Kami belum mampu menjangkau sejumlah wilayah. Dan, kami belum tahu apa yang terjadi kepada mereka dan tidak tahu berapa orang yang tinggal di wilayah pegunungan ini,” tambahnya.
Petugas Palang Merah di Tachileik kepada kantor berita oposisi Irrawaddy menyatakan, setidaknya 150 orang tewas. Namun, belum ada konfirmasi resmi pemerintah tentang meningkatnya jumlah korban tewas. (afp/ap/cak/dwi/jpnn)
“Satu hal yang paling darurat diperlukan adalah air. Kesulitan lain adalah membangun penampungan tambahan baru bagi para korban, diperkirakan 15 ribu orang terkena dampak gempa,” ucap Chris Herink, direktur World Vision di Yangon.
Di Tarlay, gedung-gedung rata dengan tanah dan jalanan dipenuhi puing. Tim penyelamat pun mulai membangun jembatan yang rusak akibat gempa. Wilayah-wilayah yang terkena dampak gempa sudah cukup sulit dijangkau sejak sebelum gempa. Ironisnya, akses ke wilayah itu dinyatakan tertutup bagi orang asing sesuai kebijakan junta militer Myanmar.
Pemerintah junta telah dikritik karena menolak bantuan asing setelah badai Nargis menghancurkan wilayah Delta Irrawady pada Mei 2008. Dalam musibah tersebut, lebih dari 138 orang dilaporkan tewas dan hilang. (afp/ap/cak/dwi)