25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Mayat Bergelimpangan dan Membusuk

Korban Tewas Badai di Filipina Terus Bertambah

MANILA- Korban tewas badai di Filipina terus bertambah. Data terakhir akibat Badai Washi yang berimbas pada banjir bandang mencapai 652 jiwa. Sedangkan sekitar 800 orang lainnya dilaporkan hilang dan masih dalam pencarian oleh petugas penyelamat.

Seperti dilansir oleh Reuters, Minggu (18/12), data terbaru Palang Merah Filipina menyebutkan sebanyak 652 orang yang menjadi korban tewas berasal dari 8 provinsi di wilayah selatan Mindanao. Korban paling banyak terjadi di Kota Cagayan de Oro dan Iligan di pulau tersebut. Kedua tempat ini yang paling parah mengalami kerusakan akibat banjirn
bandang setelah terjangan topan. Seluruh desa tersapu saat badai tropis Washi mengobrak-abrik Filipina selatan.

Pemerintah dan Palang Merah Filipina meminta bantuan makan, pakaian, dan tempat tinggal bagi lebih dari 35.000 orang yang berkumpul di pusat-pusat evakuasi. Sekitar 20.000 personel militer dikerahkan untuk melakukan penyelamatan terhadap korban dan memberikan bantuan kepada warga yang selamat di pantai utara Pulau Mindanao.
Warga setempat mengatakan, jasad-jasad korban memenuhi kamar-kamar mayat di Cagayan de Oro.

Para petugas bekerja ekstra untuk menangani korban tewas, menyediakan peti mati, dan air untuk membersihkan mayat agar tidak membusuk. Mayat-mayat itu cepat membusuk karena tubuh mereka dipenuhi air dan lumpur. Selain kekurangan peti mati, Filipina juga kekurangan formalin untuk mengawetkan jenazah.

“Kota kami dilanda banjir, kami hanya memiliki sedikit formalin. Butuh empat jam untuk mengawetkan setiap jenazah dan saat ini, lebih dari 200 jenazah harus diawetkan secepat mungkin,” ujar pengurus jenazah Dexter Lacson, seperti dikutip AFP, Minggu (18/12).

Salah seorang pejabat Departemen Kesehatan Filipina bahkan menyarankan agar jenazah korban dikuburkan di sebuah kuburan massal.
“Setelah jenazah-jenazah ini usai diperiksa, kami mungkin akan membuat kuburan massal,” ujar pejabat Departemen Kesehatan Filipina.
Wali Kota Cagayan de Oro, Vicente Emano, memperkirakan korban tewas di wilayahnya mencapai 500-an orang. Akibat banyaknya korban tewas, rumah pemakaman Somo menolak menerima dua jasad anak yang tenggelam.
“Kami tidak dapat menerima anak-anak tenggelam. Kami sudah kewalahan. Kami hanya memiliki empat alat pembalsem,” kata Ryan Somo, salah satu anggota keluarga pemilik rumah pemakaman.

Kekurangan air bersih juga melanda kota-kota yang dilanda bencana. Pemerintah Kota Cagayan de Oro terpaksa membuka hidran kebakaran untuk memasok air bersih. Warga pun terpaksa mengantre panjang warga terjadi untuk mendapatkan air bersih.

“Peristiwa ini yang pertama kalinya terjadi di kota kami,” ujar Wali Kota Cagayan de Oro, Vicente Emano dalam sebuah wawancara dengan radio setempat.

Menurut Emano, pejabat setempat tidak menerima peringatan dini sebelum badai menerjang. Namun, Badan Bencana nasional menyatakan, pihaknya telah memberikan peringatan dini kepada sejumlah pejabat dan warga di lokasi yang akan dilalui badai Washi pada 3 hari sebelumnya.

Diperkirakan 20 jenis badai dan angin topan, yang sebagian besar mematikan, melanda Filipina setiap tahunnya. Badai dan angin topan tersebut seringkali melanda wilayah utara Filipina. Sedangkan wilayah selatan Filipina selalu terhindar dari badai, oleh karena itu saat badai Washi melanda, banyak warga yang tidak bersiap.

Pemerintah Filipina telah mengerahkan militer mereka ke lokasi bencana, baik untuk mengevakuasi korban tewas maupun menangani para korban yang masih hidup dan terpaksa harus mengungsi.

“Bencana ini sangat besar. Kami tidak pernah berpikir jumlah korban tewas sampai sebesar ini,” ujar Menteri Pertahanan Filipina Voltaire Gazmin.

Gazmin berencana langsung terbang ke Cagayan de Oro bersama para petinggi militer lain. Prajurit militer Filipina bersama petugas penyelamat lain bekerjasama menyelamatkan para korban yang selamat dan juga mengevakuasi mereka yang tewas.

Tugas mereka sangat berat mengingat banyak akses jalan terputus dan juga genangan lumpur yang sangat berbau akibat mayat-mayat korban yang memang menjadi cepat membusuk karena terendam air.  (ap/afp/rtr/jpnn)

Korban Tewas Badai di Filipina Terus Bertambah

MANILA- Korban tewas badai di Filipina terus bertambah. Data terakhir akibat Badai Washi yang berimbas pada banjir bandang mencapai 652 jiwa. Sedangkan sekitar 800 orang lainnya dilaporkan hilang dan masih dalam pencarian oleh petugas penyelamat.

Seperti dilansir oleh Reuters, Minggu (18/12), data terbaru Palang Merah Filipina menyebutkan sebanyak 652 orang yang menjadi korban tewas berasal dari 8 provinsi di wilayah selatan Mindanao. Korban paling banyak terjadi di Kota Cagayan de Oro dan Iligan di pulau tersebut. Kedua tempat ini yang paling parah mengalami kerusakan akibat banjirn
bandang setelah terjangan topan. Seluruh desa tersapu saat badai tropis Washi mengobrak-abrik Filipina selatan.

Pemerintah dan Palang Merah Filipina meminta bantuan makan, pakaian, dan tempat tinggal bagi lebih dari 35.000 orang yang berkumpul di pusat-pusat evakuasi. Sekitar 20.000 personel militer dikerahkan untuk melakukan penyelamatan terhadap korban dan memberikan bantuan kepada warga yang selamat di pantai utara Pulau Mindanao.
Warga setempat mengatakan, jasad-jasad korban memenuhi kamar-kamar mayat di Cagayan de Oro.

Para petugas bekerja ekstra untuk menangani korban tewas, menyediakan peti mati, dan air untuk membersihkan mayat agar tidak membusuk. Mayat-mayat itu cepat membusuk karena tubuh mereka dipenuhi air dan lumpur. Selain kekurangan peti mati, Filipina juga kekurangan formalin untuk mengawetkan jenazah.

“Kota kami dilanda banjir, kami hanya memiliki sedikit formalin. Butuh empat jam untuk mengawetkan setiap jenazah dan saat ini, lebih dari 200 jenazah harus diawetkan secepat mungkin,” ujar pengurus jenazah Dexter Lacson, seperti dikutip AFP, Minggu (18/12).

Salah seorang pejabat Departemen Kesehatan Filipina bahkan menyarankan agar jenazah korban dikuburkan di sebuah kuburan massal.
“Setelah jenazah-jenazah ini usai diperiksa, kami mungkin akan membuat kuburan massal,” ujar pejabat Departemen Kesehatan Filipina.
Wali Kota Cagayan de Oro, Vicente Emano, memperkirakan korban tewas di wilayahnya mencapai 500-an orang. Akibat banyaknya korban tewas, rumah pemakaman Somo menolak menerima dua jasad anak yang tenggelam.
“Kami tidak dapat menerima anak-anak tenggelam. Kami sudah kewalahan. Kami hanya memiliki empat alat pembalsem,” kata Ryan Somo, salah satu anggota keluarga pemilik rumah pemakaman.

Kekurangan air bersih juga melanda kota-kota yang dilanda bencana. Pemerintah Kota Cagayan de Oro terpaksa membuka hidran kebakaran untuk memasok air bersih. Warga pun terpaksa mengantre panjang warga terjadi untuk mendapatkan air bersih.

“Peristiwa ini yang pertama kalinya terjadi di kota kami,” ujar Wali Kota Cagayan de Oro, Vicente Emano dalam sebuah wawancara dengan radio setempat.

Menurut Emano, pejabat setempat tidak menerima peringatan dini sebelum badai menerjang. Namun, Badan Bencana nasional menyatakan, pihaknya telah memberikan peringatan dini kepada sejumlah pejabat dan warga di lokasi yang akan dilalui badai Washi pada 3 hari sebelumnya.

Diperkirakan 20 jenis badai dan angin topan, yang sebagian besar mematikan, melanda Filipina setiap tahunnya. Badai dan angin topan tersebut seringkali melanda wilayah utara Filipina. Sedangkan wilayah selatan Filipina selalu terhindar dari badai, oleh karena itu saat badai Washi melanda, banyak warga yang tidak bersiap.

Pemerintah Filipina telah mengerahkan militer mereka ke lokasi bencana, baik untuk mengevakuasi korban tewas maupun menangani para korban yang masih hidup dan terpaksa harus mengungsi.

“Bencana ini sangat besar. Kami tidak pernah berpikir jumlah korban tewas sampai sebesar ini,” ujar Menteri Pertahanan Filipina Voltaire Gazmin.

Gazmin berencana langsung terbang ke Cagayan de Oro bersama para petinggi militer lain. Prajurit militer Filipina bersama petugas penyelamat lain bekerjasama menyelamatkan para korban yang selamat dan juga mengevakuasi mereka yang tewas.

Tugas mereka sangat berat mengingat banyak akses jalan terputus dan juga genangan lumpur yang sangat berbau akibat mayat-mayat korban yang memang menjadi cepat membusuk karena terendam air.  (ap/afp/rtr/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/