ISLAMABAD, SUMUTPOS.CO – Aksi terorisme kembali terjadi. Kali ini, bom bunuh diri dilakukan di sebuah taman di Lahore, Pakistan, Minggu (27/3) malam WIB. Laman Reuters melaporkan, aksi itu menewaskan setidaknya 65 warga.
Dari jumlah itu, mayoritas merupakan wanita dan anak-anak. Selain itu, sebanyak 300 warga lainnya mengalami luka. Warga yang mengalami luka langsung dilarikan ke rumah sakit. Salah satunya ialah ke rumah sakit di Provinsi Punjab.
“Ada lebih dari 280 warga yang luka. Banyak yang dirawat di ruang operasi. Kami takut jumlah warga yang meninggal akan terus bertambah,” kata Salman Rafique, penasihat kesehatan di rumah sakit Provinsi Punjab sebagaimana dilansir laman Jerusalem Post.
Berbagai spekulasi pun merebak di balik tragedi tersebut. Reporter BBC Shaimaa Khalil mengatakan, sang martir dikabarkan meledakkan diri dengan target warga Kristen yang tengah merayakan paskah.
Beberapa saksi mengaku melihat bagian tubuh yang tercerai-berai akibat ledakan itu.
“Ketika ledakan terjadi, api sangat tinggi hingga di atas pohon dan saya melihat tubuh beterbangan,” terang salah satu saksi Hasan Imran sebagaimana dilansir laman SMH.
PELAKUNYA MASIH MUDA
Taliban memang sangat jago mencuci otak anggotanya agar bersedia menjadi martir. Hal itu kembali terbukti dalam tragedi di Lahore, Pakistan, Minggu (27/3) malam WIB.
Sang pelaku bom bunuh diri yang menewaskan setidaknya 65 orang tewas itu ternyata masih cukup muda.
“Kepolisian sudah menemukan tubuh pelaku bom bunuh diri. Dia terlihat seperti di kisaran usia 25-30 tahun,” demikian pernyataan resmi Kepolisian Lahore sebagaimana dilansir laman NBC, Senin (28/3).
Jamaaat Ul Ahrar sudah mengaku sebagai dalang teror menakutkan itu. Mereka lun sudah mengungkapkan motif utamanya. Namun, mereka membantah sengaja menyerang wanita dan anak-anak.
“Kami tak ingin membunuh wanita dan anak-anak. Anggota komunitas Kristen yang merayakan paskah merupakan target utama kami,” terang sang juru bicara Ehsanullah Ehsan. (jos/jpnn)