26.7 C
Medan
Sunday, May 26, 2024

Tidak Ada Menu Unggas untuk Imlek

PAMER: Pedagang bernama Aay memperlihatkan pernak-pernik Imlek yang dijualnya di Pasar Beruang.//Anita/sumut pos
PAMER: Pedagang bernama Aay memperlihatkan pernak-pernik Imlek yang dijualnya di Pasar Beruang.//Anita/sumut pos

HONGKONG – Perayaan Imlek kali ini, tampaknya, tidak akan sama bagi masyarakat Tiongkok. Khususnya bagi penduduk Hongkong, mereka akan mengalami kesulitan atau bahkan tidak bisa mendapat masakan berbahan dasar ayam atau bebek. Sebab, virus H7N9 yang mematikan sedang merebak di Negeri Panda tersebut.

Cheung Sha Wan, satu-satunya pasar unggas hidup di Hongkong, hingga kemarin (28/1) masih tutup. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah Hongkong menutup pasar yang mayoritas dagangannya berasal dari Tiongkok itu selama 21 hari. Petugas menyucihamakan pasar tersebut. Tujuannya, memutus rantai persebaran virus flu burung yang sejauh ini telah menelan dua korban jiwa tersebut.

“Saya ingin membeli seekor (ayam) untuk merayakan tahun baru bersama ibu saya. Tapi, tidak ada seorang pun penjual ayam di pasar. Mungkin saya harus membeli yang lain,” kata Monica yang menyusuri pasar basah Wan Chai Road kemarin.

Dia kecewa karena tidak bisa menyuguhkan olahan ayam istimewanya kepada kerabat dan keluarga. Padahal, dari tahun ke tahun, masakan ayam selalu menjadi favorit keluarga Monica.

Bukan hanya Monica yang kecewa. Selain pembeli, para pedagang ayam merasakan kekecewaan yang sama. Sebab, mereka tidak bisa memperoleh unggas terkait dengan larangan pemerintah Tiongkok tentang jual beli unggas hidup selama masa kritis persebaran virus H7N9 tersebut. Kandang-kandang ayam di kios para pedagang unggas pun terpaksa kosong.

Jika para pembeli dan pedagang ayam kecewa, para peternak unggas lebih kecewa lagi. Tidak hanya kecewa, mereka juga harus menanggung kerugian yang tidak sedikit. Selain tidak bisa memasok unggas ke para pedagang, mereka terpaksa merelakan puluhan atau bahkan ratusan dan ribuan ternak untuk dimusnahkan.

Kemarin pemerintah Hongkong memusnahkan sekitar 20 ribu unggas di peternakan. “Pemusnahan unggas yang terinfeksi virus H7N9 dimulai pukul 10.00 tadi (kemarin) dan akan berlangsung selama sekitar 10 jam,” terang Jubir Departemen Pertanian Tiongkok yang memimpin pemusnahan unggas di Cheung Sha Wan. Dengan menggunakan zat kimia, para petugas membunuh ayam dan bebek yang diduga terinfeksi virus mematikan tersebut.

Setelah mati, unggas-unggas itu akan dikirim ke tempat pemusnahan bangkai. Dengan demikian, pemerintah bisa meminimalkan persebaran virus H7N9 tersebut. Selama sebulan terakhir, pemerintah Tiongkok telah melaporkan 102 kasus flu burung. Dari jumlah itu, 22 penderita meninggal.

Terkait dengan hal tersebut, pemerintah Tiongkok memperingatkan seluruh warga untuk tidak membeli atau menjual unggas hidup. Apalagi membawa unggas-unggas itu dalam perjalanan mudik pada masa liburan Imlek kali ini. Sebab, biasanya penduduk kota membawa ayam atau bebek hidup untuk dijadikan olahan istimewa di kampung halaman mereka. (AP/AFP/hep/c14/tia)

PAMER: Pedagang bernama Aay memperlihatkan pernak-pernik Imlek yang dijualnya di Pasar Beruang.//Anita/sumut pos
PAMER: Pedagang bernama Aay memperlihatkan pernak-pernik Imlek yang dijualnya di Pasar Beruang.//Anita/sumut pos

HONGKONG – Perayaan Imlek kali ini, tampaknya, tidak akan sama bagi masyarakat Tiongkok. Khususnya bagi penduduk Hongkong, mereka akan mengalami kesulitan atau bahkan tidak bisa mendapat masakan berbahan dasar ayam atau bebek. Sebab, virus H7N9 yang mematikan sedang merebak di Negeri Panda tersebut.

Cheung Sha Wan, satu-satunya pasar unggas hidup di Hongkong, hingga kemarin (28/1) masih tutup. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah Hongkong menutup pasar yang mayoritas dagangannya berasal dari Tiongkok itu selama 21 hari. Petugas menyucihamakan pasar tersebut. Tujuannya, memutus rantai persebaran virus flu burung yang sejauh ini telah menelan dua korban jiwa tersebut.

“Saya ingin membeli seekor (ayam) untuk merayakan tahun baru bersama ibu saya. Tapi, tidak ada seorang pun penjual ayam di pasar. Mungkin saya harus membeli yang lain,” kata Monica yang menyusuri pasar basah Wan Chai Road kemarin.

Dia kecewa karena tidak bisa menyuguhkan olahan ayam istimewanya kepada kerabat dan keluarga. Padahal, dari tahun ke tahun, masakan ayam selalu menjadi favorit keluarga Monica.

Bukan hanya Monica yang kecewa. Selain pembeli, para pedagang ayam merasakan kekecewaan yang sama. Sebab, mereka tidak bisa memperoleh unggas terkait dengan larangan pemerintah Tiongkok tentang jual beli unggas hidup selama masa kritis persebaran virus H7N9 tersebut. Kandang-kandang ayam di kios para pedagang unggas pun terpaksa kosong.

Jika para pembeli dan pedagang ayam kecewa, para peternak unggas lebih kecewa lagi. Tidak hanya kecewa, mereka juga harus menanggung kerugian yang tidak sedikit. Selain tidak bisa memasok unggas ke para pedagang, mereka terpaksa merelakan puluhan atau bahkan ratusan dan ribuan ternak untuk dimusnahkan.

Kemarin pemerintah Hongkong memusnahkan sekitar 20 ribu unggas di peternakan. “Pemusnahan unggas yang terinfeksi virus H7N9 dimulai pukul 10.00 tadi (kemarin) dan akan berlangsung selama sekitar 10 jam,” terang Jubir Departemen Pertanian Tiongkok yang memimpin pemusnahan unggas di Cheung Sha Wan. Dengan menggunakan zat kimia, para petugas membunuh ayam dan bebek yang diduga terinfeksi virus mematikan tersebut.

Setelah mati, unggas-unggas itu akan dikirim ke tempat pemusnahan bangkai. Dengan demikian, pemerintah bisa meminimalkan persebaran virus H7N9 tersebut. Selama sebulan terakhir, pemerintah Tiongkok telah melaporkan 102 kasus flu burung. Dari jumlah itu, 22 penderita meninggal.

Terkait dengan hal tersebut, pemerintah Tiongkok memperingatkan seluruh warga untuk tidak membeli atau menjual unggas hidup. Apalagi membawa unggas-unggas itu dalam perjalanan mudik pada masa liburan Imlek kali ini. Sebab, biasanya penduduk kota membawa ayam atau bebek hidup untuk dijadikan olahan istimewa di kampung halaman mereka. (AP/AFP/hep/c14/tia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/