26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Pabrik Amunisi Yaman Meledak, 110 Wanita dan Anak-anak Tewas

SANAA – Sebuah ledakan hebat pada pabrik amunisi di kawasan selatan Yaman, menggemparkan warga Kota Jaar, Provinsi Abyan, Senin (28/3). Semula, dilaporkan 78 orang tewas akibat ledakan di pabrik yang sempat diduduki kelompok militan Al Qaidah dan dijarah warga setempat pada Minggu (27/3).

Tetapi, dokter di sebuah rumah sakit menginformasikan bahwa korban tewas telah mencapai sedikitnya 110 orang. Korban tewas itu termasuk perempuan dan anak-anak. Namun, korban jiwa terbanyak adalah laki-laki.
“Kemungkinan besar jumlah korban tewas akan terus bertambah,” ungkap Nasser al-Mansari, seorang pejabat setempat, dalam wawancara dengan Agence France-Presse (AFP).

Ledakan itu terjadi saat aparat sedang memeriksa bagian dalam pabrik. Beberapa warga juga berada di sana untuk mencari sisa-sisa amunisi dan senjata yang tertinggal. Tiba-tiba, sebuah ledakan mengguncang pabrik tersebut. Puluhan orang di dalamnya pun terpental ke udara. Pabrik amunisi itu sontak berubah menjadi lautan darah.
Serpihan tubuh para korban berceceran. Warga yang tinggal dekat pabrik amunisi itu pun panik. Mereka berhamburan ke luar rumah dan menjauhi lokasi ledakan. Sebaliknya, polisi dan militer langsung dikerahkan ke tempat kejadian.

Hingga tadi malam, petugas belum bisa membeber penyebab ledakan tersebut. Tidak jelas apakah ledakan itu berasal dari bom, amunisi yang masih tersisa di dalam pabrik, ataukah ranjau yang sengaja dipasang Al Qaidah di lokasi tersebut. Tetapi, kuat dugaan ledakan itu merupakan ketidaksengajaan.

Bisa jadi ledakan tersebut dipicu oleh warga atau aparat yang emeriksa sisa amunisi di sana.
Sejak Minggu lalu, Jaar dan kota-kota sekitar menjadi target Al Qaidah.
Hal itu terjadi setelah sekitar 30 pria bersenjata dan mengenakan penutup kepala menyerbu pabrik amunisi. Mereka lantas mengambil senjata dari pabrik tersebut.

Selanjutnya, mereka melarikan diri dengan menumpang empat mobil. Tidak lama kemudian, beberapa warga datang ke pabrik dan menjarah senjata serta amunisi yang tersisa.

Di Yaman, membawa senjata justru memberikan gengsi bagi warga. Karena itu, tidak heran jika di negara yang berpenduduk sekitar 24 juta jiwa tersebut hampir seluruh pria dewasa memiliki senjata.
Kepemilikan senjata di negeri yang sedang digoyang protes anti pemerintah itu mengundang keprihatinan Amerika Serikat (AS).

Apalagi, Al Qaidah Semenanjung Arab (AQAP) punya pengaruh kuat di sana.
“Saya rasa itu masalah yang cukup serius. Sebab, AQAP dan cabangnya sangat aktif di wilayah tersebut,” kata Menteri Pertahanan AS Robert Gates.

Dia khawatir revolusi sipil yang terus bergulir di Yaman berujung pada lengsernya Presiden Ali Abdullah Saleh. Sebab, selama ini, rezim Saleh lah yang mendukung AS dalam kampanye antiteror di Yaman dan Semenanjung Arab. (ap/afp/hep/dwi/jpnn)

SANAA – Sebuah ledakan hebat pada pabrik amunisi di kawasan selatan Yaman, menggemparkan warga Kota Jaar, Provinsi Abyan, Senin (28/3). Semula, dilaporkan 78 orang tewas akibat ledakan di pabrik yang sempat diduduki kelompok militan Al Qaidah dan dijarah warga setempat pada Minggu (27/3).

Tetapi, dokter di sebuah rumah sakit menginformasikan bahwa korban tewas telah mencapai sedikitnya 110 orang. Korban tewas itu termasuk perempuan dan anak-anak. Namun, korban jiwa terbanyak adalah laki-laki.
“Kemungkinan besar jumlah korban tewas akan terus bertambah,” ungkap Nasser al-Mansari, seorang pejabat setempat, dalam wawancara dengan Agence France-Presse (AFP).

Ledakan itu terjadi saat aparat sedang memeriksa bagian dalam pabrik. Beberapa warga juga berada di sana untuk mencari sisa-sisa amunisi dan senjata yang tertinggal. Tiba-tiba, sebuah ledakan mengguncang pabrik tersebut. Puluhan orang di dalamnya pun terpental ke udara. Pabrik amunisi itu sontak berubah menjadi lautan darah.
Serpihan tubuh para korban berceceran. Warga yang tinggal dekat pabrik amunisi itu pun panik. Mereka berhamburan ke luar rumah dan menjauhi lokasi ledakan. Sebaliknya, polisi dan militer langsung dikerahkan ke tempat kejadian.

Hingga tadi malam, petugas belum bisa membeber penyebab ledakan tersebut. Tidak jelas apakah ledakan itu berasal dari bom, amunisi yang masih tersisa di dalam pabrik, ataukah ranjau yang sengaja dipasang Al Qaidah di lokasi tersebut. Tetapi, kuat dugaan ledakan itu merupakan ketidaksengajaan.

Bisa jadi ledakan tersebut dipicu oleh warga atau aparat yang emeriksa sisa amunisi di sana.
Sejak Minggu lalu, Jaar dan kota-kota sekitar menjadi target Al Qaidah.
Hal itu terjadi setelah sekitar 30 pria bersenjata dan mengenakan penutup kepala menyerbu pabrik amunisi. Mereka lantas mengambil senjata dari pabrik tersebut.

Selanjutnya, mereka melarikan diri dengan menumpang empat mobil. Tidak lama kemudian, beberapa warga datang ke pabrik dan menjarah senjata serta amunisi yang tersisa.

Di Yaman, membawa senjata justru memberikan gengsi bagi warga. Karena itu, tidak heran jika di negara yang berpenduduk sekitar 24 juta jiwa tersebut hampir seluruh pria dewasa memiliki senjata.
Kepemilikan senjata di negeri yang sedang digoyang protes anti pemerintah itu mengundang keprihatinan Amerika Serikat (AS).

Apalagi, Al Qaidah Semenanjung Arab (AQAP) punya pengaruh kuat di sana.
“Saya rasa itu masalah yang cukup serius. Sebab, AQAP dan cabangnya sangat aktif di wilayah tersebut,” kata Menteri Pertahanan AS Robert Gates.

Dia khawatir revolusi sipil yang terus bergulir di Yaman berujung pada lengsernya Presiden Ali Abdullah Saleh. Sebab, selama ini, rezim Saleh lah yang mendukung AS dalam kampanye antiteror di Yaman dan Semenanjung Arab. (ap/afp/hep/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/