SLAVYANSK, SUMUTPOS.CO – Dukungan Rusia terhadap pemberontak di Ukraina berbuntut panjang. Negara-negara Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) resmi menjatuhkan sanksi tambahan kepada negeri yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut.
Salah satu pemicu hukuman itu adalah karena Rusia mengirimkan ribuan tentara ke perbatasan Ukraina beberapa hari lalu untuk membantu para pemberontak. Bukan hanya itu, kemarin para pemberontak juga menguasai lebih banyak gedung pemerintahan di timur Ukraina.
Presiden AS Barack Obama adalah orang yang membocorkan sanksi tambahan untuk Negeri Beruang Merah tersebut. Obama mengungkapkan hal itu saat berkunjung ke Filipina kemarin (28/4). Sanksi tersebut diberikan kepada perorangan, perusahaan, dan Rusia secara langsung. Salah satunya berupa larangan ekspor untuk semua benda berteknologi tinggi.
Sanksi berupa pembekuan aset dan larangan masuk ke AS juga ditambah. Kian banyak kroni-kroni Putin yang akan mendapatkan hukuman tersebut. Dengan ditambahnya orang-orang yang mendapatkan sanksi itu, AS berharap mampu mengubah arah pemikiran orang terdekat Putin tersebut.
Meski begitu, belum ada rencana memberikan sanksi yang lebih luas di sektor finansial dan energi. Jika diberikan pada dua sektor itu, sanksi tersebut akan mengakibatkan keterpurukan ekonomi yang luar biasa pada Rusia.
“Tujuan (pemberian sanksi) tersebut tidak mengarah kepada Putin secara langsung,” ujar Obama. Namun, untuk membuat Putin mengerti bahwa tindakannya terhadap Ukraina bisa berdampak besar pada perekonomian jangka panjang Rusia. Obama meminta agar dalam menghadapi krisis di Ukraina, Putin tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak secara langsung.
Di tempat terpisah, duta besar dari 28 negara UE bertemu di Brussels untuk membahas hal serupa. Yaitu, sanksi tambahan untuk Rusia. Diperkirakan ada 15 nama baru yang akan disanksi. Seluruhnya adalah orang-orang terdekat Putin yang terlibat dalam krisis di Ukraina. Kesepakatan resmi tentang sanksi tambahan dari AS maupun UE itu segera diumumkan. Negara-negara anggota G7 (kelompok negara-negara terkaya di dunia) juga akan bergabung dengan AS dan UE untuk memberikan sanksi kepada Moskow.
Baik Obama maupun para pemimpin UE secara langsung menyalahkan Putin lantaran telah membuat suasana di timur Ukraina memburuk. AS menyatakan, para pemberontak bersenjata yang menduduki gedung-gedung di timur Ukraina beraksi atas petunjuk dari agen-agen Rusia. Namun, Rusia membantah terlibat serta menyatakan bahwa itu adalah aksi spontan penduduk Ukraina.
Meski sanksi yang diberikan pada Kremlin kian berat, namun belum tentu langkah Putin untuk mendukung pemberontak Ukraina berhenti. Sebab, sanksi yang diberikan sebelumnya tidak menghalangi Putin untuk mengambil Crimea dari tangan Ukraina. Bisa jadi, Rusia hanya menganggap sanksi dari AS dan UE itu sebagai angin lalu saja.
Di sisi lain, krisis di timur Ukraina memanas. Para pemberontak bersenjata berhasil menguasai lebih banyak gedung-gedung pemerintah. Mereka berhasil meduduki balai kota dan kantor polisi di Kostyantynivka. Di beberapa titik kota ada aksi tembak-menembak antara tentara Ukraina dan pemberontak. Belum diketahui jumlah korban jiwa dalam aksi tersebut. Sesosok tubuh yang terpotong juga ditemukan di Slavyansk. Korban yang belum diidentifikasi itu berasal dari militer Ukraina ataukah dari pihak pemberontak. (AFP/AP/Reuters/sha/c23/tia)