30 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Huong dan Aisyah Mengira Ikut dalam Acara Lelucon TV

Foto: AFP
Doan Thi Huong (berkaos kuning) dan Siti Aisyah (kanan) mengatakan bahwa mereka mengira mereka ikut serta dalam sebuah acara lelucon TV.

KUALA LUMPUR, SUMUTPOS.CO – Pembunuhan Kim Jong Nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara, sepertinya akan menjadi salah satu peristiwa yang paling terkenal dalam sejarah. Saat ini, dua perempuan yang diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut akan diadili di Malaysia.

Wartawan BBC Vietnam, Nga Pham dan Rebecca Henschke dari BBC Indonesia, bersama-sama mengisahkan kedua perempuan itu.

Rekaman dari CCTV di terminal keberangkatan Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia itu tak akan terlupakan.

Dua perempuan mendekati seorang pria paruh baya dari belakang, lalu keduanya melakukan gerakan yang aneh dengan mengusapkan sesuatu ke wajahnya.

Pihak berwenang mengatakan bahwa mereka mengusapkan zat syaraf VX, zat mematikan yang dilarang PBB sebagai senjata pemusnah massal, yang digunakan untuk membunuh Kim Jong-nam.

Kedua perempuan tersebut adalah Siti Aisyah asal Indonesia, 25 tahun, dan Doan Thi Huong yang berkebangsaan Vietnam, 28 tahun, dan mereka akan hadir dalam sidang pengadilan di Kuala Lumpur pada Selasa (30/5).

Saat para perempuan itu mendekati Kim, mereka diawasi oleh sekelompok pria Korea Utara yang tengah duduk-duduk. Mereka dianggap sebagai orang-orang yang “menangani” kedua perempuan tersebut.

Para pria itu lalu menaiki pesawat ke berbagai tujuan berbeda.

Dalam rekaman kamera pengawas, Kim Jong Nam terlihat sempat mencari bantuan di bandara sesaat setelah wajahnya diolesi zat saraf VX yang mematikan.

Sementara itu, Aisyah dan Huong, langsung ditangkap, mereka dituduh melakukan kejahatan pembunuhan, meski tidak merencanakannya.

Mereka bersikeras mengira semua hanya acara lelucon TV dan tidak mengajukan banding saat hadir di pengadilan. Namun, keduanya bisa dijatuhi hukuman mati atas tindak pidana yang mereka lakukan.

Sebulan sebelum peristiwa pembunuhan terjadi, kedua perempuan itu ditengarai bekerja sebagai perempuan penghibur di Kuala Lumpur.

Polisi Malaysia mengatakan bahwa Doan Thi Huong bekerja di “tempat hiburan” dan Siti Aisyah bekerja di hotel Flamingo, sebuah hotel kecil yang memiliki panti pijat.

Meski semua referensi akan keberadaan kedua perempuan ini di Malaysia mengimplikasikan bahwa keduanya mungkin terjun dalam industri seks, namun sejauh ini belum ada bukti langsung ke arah situ.

Doan Thi Huong tampaknya memiliki beberapa akun Facebook dengan nama samaran seperti Ruby Ruby dan Bella Tron Tron Bella.

Akun-akun di media sosial tersebut menunjukkan bahwa ia adalah perempuan yang percaya diri dan periang.

Catatan imigrasi menunjukkan pola lalu-lalang dari dan ke Malaysia dari berbagai lokasi regional lainnya, seperti Phnom Penh dan Korea Selatan.

Belum diketahui secara jelas apakah kedua perempuan tersebut saling mengenal sebelum mereka ditangkap.

Pengacara Huong, yang baru bertemu sekali dengan kliennya, mengatakan kepada BBC bahwa tidak ada sesuatu yang khusus dari Huong.

Kedua perempuan tersebut menghadapi hukuman mati.

Dan perjalanan kedua perempuan ini ke Kuala Lumpur memang tidak unik. Mereka sama-sama berasal dari wilayah pedesaan yang dikelilingi sawah atau kota pinggiran.

Siti Aisyah dari Indonesia tumbuh di Serang, Tangerang. Orang tuanya adalah petani yang menjual kentang dan kunyit.

Siti Aisyah merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ia mengenyam pendidikan di sebuah sekolah negeri yang bisa dicapai dengan tak lama berjalan kaki dari rumahnya.

Pendidikan Siti Aisyah berakhir di bangku SD. Dia putus sekolah karena orang tuanya tidak mampu membiayai ke sekolah menengah atas.

Siti Aisyah pernah menikah dengan seorang pebisnis, Gunawan Hasyim, dan mereka memiliki seorang putra. Pasangan itu lalu bercerai pada tahun 2012.

Keluarga Siti Aisyah, bersikeras bahwa Aisyah tidak bisa berbahasa Korea dan tidak memiliki hubungan apapun dengan negara tersebut.

Ibunda Siti Aisyah, Benah, mengungkapkan bahwa putrinya pernah ditawari bekerja sebagai model di Malaysia. “Dia bilang ingin pergi ke Malaysia untuk syuting sebuah acara mengagetkan orang dengan menyemprotkan parfum pada orang lain,” katanya.

Beberapa minggu setelah penangkapannya, foto Huong banyak beredar di media sosial Vietnam.

Kehidupan Aisyah tidak berbeda dengan Doan Thi Huong, meski terpisah jarak ratusan kilometer. Doan Thi Huong mengawali hidupnya di sebuah rumah kecil yang yang terletak di sudut persawahan di desa Nghia Binh.

Rumah Doan dibangun dengan gaya pedesaan khas Vietnam, satu lantai, dengan halaman kecil yang dikelilingi oleh pohon-pohon pisang.

Ayah Huong adalah seorang veteran perang Vietnam yang mengalami cedera di Quang Tri pada tahun 1972 dan sekarang ia bekerja sebagai petugas keamanan di pasar setempat.

Ibu Huong sudah meninggal pada tahun 2015. Kini ayah Huong sudah menikah lagi dengan seorang perempuan dari desa yang sama tahun lalu.

“Huong tidak pernah dekat dengan saya. Ia meninggalkan rumah saat umurnya 18 tahun dan kami jarang melihatnya kembali,” katanya kepada BBC.

Doan Thi Huong kuliah di sebuah perguruan tinggi farmasi di Hanoi. Tapi ia kemudian bekerja untuk beberapa “tempat hiburan” dan tidak pernah memberi tahu keluarganya apa sebenarnya yang dikerjakannya.

“Ia orang yang pendiam, tertutup, namun ia sangat baik,” kata kakak laki-laki Huong, Doan Van Binh.

Huong berubah dari seorang gadis desa yang sederhana menjadi perempuan muda yang ceria dan bekerja di beberapa klub malam dan bar-bar populer di kota Hanoi.

Ia pernah muncul dalam kompetisi Vietnam Idol selama 20 detik namun potongan belahan dada bajunya langsung menjadi pemberitaan di media-media nasional.

Foto-fotonya yang mengenakan bikini berdiri di samping mobil dan di kolam renang, ditemukan di media sosial Vietnam dan forum internet. Ia mengecat rambutnya dan sering pergi ke luar negeri dengan tamu-tamu asing.

Namun ia diketahui sering berkencan dengan pria-pria asing, kebanyakan orang Korea, karena bar tempat ia bekerja sering dikunjungi tamu-tamu asal Korea.

Kelompok pegiat buruh migran Indonesia telah menyuarakan ini dan bersikukuh bahwa Siti Aisyah, jikapun ia terlibat, hanya menjadi korban yang ditipu oleh kekuatan yang lebih besar dan canggih.

“Ceritanya sangat mirip dengan apa yang telah terjadi pada banyak buruh migran lain yang ditipu oleh sindikat narkoba. Mereka ditangkap dan dianggap sebagai penjahat tapi mereka sebenarnya korban.

Tapi kepolisian Malaysia sudah sejak lama menyatakan kemungkinan bahwa kedua perempuan tersebut sudah terlibat lebih jauh dari yang mereka klaim selama ini. Mereka mengatakan bahwa kedua perempuan itu pasti sudah tahu apa yang mereka lakukan sehingga diminta mencuci tangan mereka sesudah melakukan aksi.

Kini, nasib keduanya bergantung pada pengadilan Malaysia. (bbc)

Foto: AFP
Doan Thi Huong (berkaos kuning) dan Siti Aisyah (kanan) mengatakan bahwa mereka mengira mereka ikut serta dalam sebuah acara lelucon TV.

KUALA LUMPUR, SUMUTPOS.CO – Pembunuhan Kim Jong Nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara, sepertinya akan menjadi salah satu peristiwa yang paling terkenal dalam sejarah. Saat ini, dua perempuan yang diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut akan diadili di Malaysia.

Wartawan BBC Vietnam, Nga Pham dan Rebecca Henschke dari BBC Indonesia, bersama-sama mengisahkan kedua perempuan itu.

Rekaman dari CCTV di terminal keberangkatan Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia itu tak akan terlupakan.

Dua perempuan mendekati seorang pria paruh baya dari belakang, lalu keduanya melakukan gerakan yang aneh dengan mengusapkan sesuatu ke wajahnya.

Pihak berwenang mengatakan bahwa mereka mengusapkan zat syaraf VX, zat mematikan yang dilarang PBB sebagai senjata pemusnah massal, yang digunakan untuk membunuh Kim Jong-nam.

Kedua perempuan tersebut adalah Siti Aisyah asal Indonesia, 25 tahun, dan Doan Thi Huong yang berkebangsaan Vietnam, 28 tahun, dan mereka akan hadir dalam sidang pengadilan di Kuala Lumpur pada Selasa (30/5).

Saat para perempuan itu mendekati Kim, mereka diawasi oleh sekelompok pria Korea Utara yang tengah duduk-duduk. Mereka dianggap sebagai orang-orang yang “menangani” kedua perempuan tersebut.

Para pria itu lalu menaiki pesawat ke berbagai tujuan berbeda.

Dalam rekaman kamera pengawas, Kim Jong Nam terlihat sempat mencari bantuan di bandara sesaat setelah wajahnya diolesi zat saraf VX yang mematikan.

Sementara itu, Aisyah dan Huong, langsung ditangkap, mereka dituduh melakukan kejahatan pembunuhan, meski tidak merencanakannya.

Mereka bersikeras mengira semua hanya acara lelucon TV dan tidak mengajukan banding saat hadir di pengadilan. Namun, keduanya bisa dijatuhi hukuman mati atas tindak pidana yang mereka lakukan.

Sebulan sebelum peristiwa pembunuhan terjadi, kedua perempuan itu ditengarai bekerja sebagai perempuan penghibur di Kuala Lumpur.

Polisi Malaysia mengatakan bahwa Doan Thi Huong bekerja di “tempat hiburan” dan Siti Aisyah bekerja di hotel Flamingo, sebuah hotel kecil yang memiliki panti pijat.

Meski semua referensi akan keberadaan kedua perempuan ini di Malaysia mengimplikasikan bahwa keduanya mungkin terjun dalam industri seks, namun sejauh ini belum ada bukti langsung ke arah situ.

Doan Thi Huong tampaknya memiliki beberapa akun Facebook dengan nama samaran seperti Ruby Ruby dan Bella Tron Tron Bella.

Akun-akun di media sosial tersebut menunjukkan bahwa ia adalah perempuan yang percaya diri dan periang.

Catatan imigrasi menunjukkan pola lalu-lalang dari dan ke Malaysia dari berbagai lokasi regional lainnya, seperti Phnom Penh dan Korea Selatan.

Belum diketahui secara jelas apakah kedua perempuan tersebut saling mengenal sebelum mereka ditangkap.

Pengacara Huong, yang baru bertemu sekali dengan kliennya, mengatakan kepada BBC bahwa tidak ada sesuatu yang khusus dari Huong.

Kedua perempuan tersebut menghadapi hukuman mati.

Dan perjalanan kedua perempuan ini ke Kuala Lumpur memang tidak unik. Mereka sama-sama berasal dari wilayah pedesaan yang dikelilingi sawah atau kota pinggiran.

Siti Aisyah dari Indonesia tumbuh di Serang, Tangerang. Orang tuanya adalah petani yang menjual kentang dan kunyit.

Siti Aisyah merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ia mengenyam pendidikan di sebuah sekolah negeri yang bisa dicapai dengan tak lama berjalan kaki dari rumahnya.

Pendidikan Siti Aisyah berakhir di bangku SD. Dia putus sekolah karena orang tuanya tidak mampu membiayai ke sekolah menengah atas.

Siti Aisyah pernah menikah dengan seorang pebisnis, Gunawan Hasyim, dan mereka memiliki seorang putra. Pasangan itu lalu bercerai pada tahun 2012.

Keluarga Siti Aisyah, bersikeras bahwa Aisyah tidak bisa berbahasa Korea dan tidak memiliki hubungan apapun dengan negara tersebut.

Ibunda Siti Aisyah, Benah, mengungkapkan bahwa putrinya pernah ditawari bekerja sebagai model di Malaysia. “Dia bilang ingin pergi ke Malaysia untuk syuting sebuah acara mengagetkan orang dengan menyemprotkan parfum pada orang lain,” katanya.

Beberapa minggu setelah penangkapannya, foto Huong banyak beredar di media sosial Vietnam.

Kehidupan Aisyah tidak berbeda dengan Doan Thi Huong, meski terpisah jarak ratusan kilometer. Doan Thi Huong mengawali hidupnya di sebuah rumah kecil yang yang terletak di sudut persawahan di desa Nghia Binh.

Rumah Doan dibangun dengan gaya pedesaan khas Vietnam, satu lantai, dengan halaman kecil yang dikelilingi oleh pohon-pohon pisang.

Ayah Huong adalah seorang veteran perang Vietnam yang mengalami cedera di Quang Tri pada tahun 1972 dan sekarang ia bekerja sebagai petugas keamanan di pasar setempat.

Ibu Huong sudah meninggal pada tahun 2015. Kini ayah Huong sudah menikah lagi dengan seorang perempuan dari desa yang sama tahun lalu.

“Huong tidak pernah dekat dengan saya. Ia meninggalkan rumah saat umurnya 18 tahun dan kami jarang melihatnya kembali,” katanya kepada BBC.

Doan Thi Huong kuliah di sebuah perguruan tinggi farmasi di Hanoi. Tapi ia kemudian bekerja untuk beberapa “tempat hiburan” dan tidak pernah memberi tahu keluarganya apa sebenarnya yang dikerjakannya.

“Ia orang yang pendiam, tertutup, namun ia sangat baik,” kata kakak laki-laki Huong, Doan Van Binh.

Huong berubah dari seorang gadis desa yang sederhana menjadi perempuan muda yang ceria dan bekerja di beberapa klub malam dan bar-bar populer di kota Hanoi.

Ia pernah muncul dalam kompetisi Vietnam Idol selama 20 detik namun potongan belahan dada bajunya langsung menjadi pemberitaan di media-media nasional.

Foto-fotonya yang mengenakan bikini berdiri di samping mobil dan di kolam renang, ditemukan di media sosial Vietnam dan forum internet. Ia mengecat rambutnya dan sering pergi ke luar negeri dengan tamu-tamu asing.

Namun ia diketahui sering berkencan dengan pria-pria asing, kebanyakan orang Korea, karena bar tempat ia bekerja sering dikunjungi tamu-tamu asal Korea.

Kelompok pegiat buruh migran Indonesia telah menyuarakan ini dan bersikukuh bahwa Siti Aisyah, jikapun ia terlibat, hanya menjadi korban yang ditipu oleh kekuatan yang lebih besar dan canggih.

“Ceritanya sangat mirip dengan apa yang telah terjadi pada banyak buruh migran lain yang ditipu oleh sindikat narkoba. Mereka ditangkap dan dianggap sebagai penjahat tapi mereka sebenarnya korban.

Tapi kepolisian Malaysia sudah sejak lama menyatakan kemungkinan bahwa kedua perempuan tersebut sudah terlibat lebih jauh dari yang mereka klaim selama ini. Mereka mengatakan bahwa kedua perempuan itu pasti sudah tahu apa yang mereka lakukan sehingga diminta mencuci tangan mereka sesudah melakukan aksi.

Kini, nasib keduanya bergantung pada pengadilan Malaysia. (bbc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/