JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Gempa berkekuatan 7,1 melanda timur laut Langilang, Abra di Filina pukul 8.43 waktu setempat pada Rabu (27/7). Pascagempa, tercatat jumlah korban luka-luka sebanyak 131 orang. Sementara itu, empat orang dipastikan tewas akibat gempa.
Badan Manajemen dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional (NDRRMC) Filipina pada Kamis (28/7) mengatakan, jumlah korban luka akibat gempa berkekuatan sebanyak 131 orang. Sementara itu, empat orang dipastikan tewas akibat gempa.
Juru bicara NDRRMC Mark Timbal sebelumnya mengatakan lima orang tewas akibat gempa. Dia kemudian mengklarifikasi bahwa kematian kelima masih diverifikasi. Jumlah individu yang terkena dampak sementara itu sekarang menjadi 12.945 yang semuanya berasal dari Wilayah Ilocos.
Sementara itu, Presiden Ferdinand Marcos Jr pada Kamis memerintahkan instansi terkait untuk memprioritaskan pemulihan jalur listrik dan komunikasi di daerah yang terkena gempa.
Marcos mengatakan pasokan air juga harus segera dipulihkan.”Ini adalah bagian penting untuk mendukung para korban sementara, sampai mereka kembali pulih,” kata Marcos.
Sementara itu, Wali Kota Rovelyn Villamor di kota Lagangilang di provinsi Abra, dikutip Reuters, mengatakan wilayahnya masih gempa susulan. “Kami telah menerima laporan kerusakan rumah. Tapi sejauh ini tidak ada korban jiwa,” terangnya.
Renato Solidum, Direktur Badan Seismologi Negara, mengatakan kepada stasiun radio DZRH, mengatakan gempa susulan yang kuat diperkirakan terjadi.”Fokus perhatian ada di Abra dan provinsi-provinsi terdekat. Ini adalah gempa bumi besar,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa tanah longsor telah dilaporkan di beberapa bagian Abra, khususnya di kota Manabo.
Abra, rumah bagi hampir 250.000 orang, adalah provinsi yang terkurung daratan di Filipina utara. Lembah-lembahnya yang dalam dan bukit-bukitnya yang landai dikelilingi oleh pegunungan yang terjal.
Eric Singson, seorang anggota kongres di provinsi Ilocos Sur, di utara, mengatakan kepada stasiun radio DZMM bahwa gempa terasa kuat di sana. “Gempa bumi berlangsung 30 detik atau lebih. Saya pikir rumah saya akan runtuh,” terangnya.
“Sekarang, kami mencoba menjangkau orang-orang. Saat ini ada gempa susulan sehingga kami berada di luar rumah kami,” lanjutnya.
Gempa juga terasa di Manila di mana beberapa bangunan dievakuasi. Beberapa orang terpaksa mengungsi dari lantai 30 satu gedung, dan sistem kereta bawah tanah kota dihentikan pada jam-jam sibuk.
Seperti diketahui, Filipina rentan terhadap bencana alam dan terletak di “Cincin Api” Pasifik yang aktif secara seismik, sekelompok gunung berapi dan garis patahan yang melingkari tepi Samudra Pasifik.
Lalu bagaimana nasib Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di sana? Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Teuku Faizasyah mengatakan jumlah WNI yang berada di Filipina mencapai 16 orang.
Dia menjelaskan kondisi para WNI dalam kondisi baik dan aman pasca terjadinya gempa. “Ada 16 WNI di wilayah bencana dan mereka dalam kondisi baik,” terang Teuku.
Saat ini pihaknya masih mengecek apakah 16 WNI ini ikut mengungsi akibat gempa atau masih bertahan di rumahnya masing-masing. (okz)