26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Lagu Kebangsaan AS Berusia 200 Tahun

AP/Pablo Martinez Monsivais Bendera yang menginspirasi lagu kebangsaan AS dipajang di Museum Nasional Sejarah Amerika Smithsonia (5/9).
AP/Pablo Martinez Monsivais
Bendera yang menginspirasi lagu kebangsaan AS dipajang di Museum Nasional Sejarah Amerika Smithsonia (5/9).

BALTIMORE, SUMUTPOS.CO – Jagawana Vince Vaise adalah kepala interpretasi, atau kepala pencerita, di Benteng McHenry di pelabuhan Baltimore, negara bagian Maryland, Amerika Serikat.

Ia mengatakan dua dari simbol-simbol terbesar Amerika Serikat lahir akibat serangan Inggris di benteng tersebut pada Perang 1812.

“Bendera dan lagu kebangsaan Amerika (lahir di sini)… Bendera sudah diciptakan, tapi belum diketahui banyak orang. Lewat kata-kata Francis Scott Key, yang melihat bendera masih berkibar di benteng ini pada 14 September 1814, 200 tahun lalu, bendera benar-benar menjadi ikon nasional Amerika Serikat yang ada sekarang ini,” ujarnya.

Ketika hari berubah gelap pada 13 September 1814, Inggris menembaki Benteng Fort McHenry, dan sepanjang malam pengamat pertempuran tegang menanti apakah benteng telah jatuh. Namun ketika matahari terbit esok paginya, pemandangan berkibarnya bendera Amerika di Benteng McHenry mendorong Francis Scott key, seorang pengacara dan penyair amatir, untuk menulis puisi berjudul “Pertahanan Benteng McHenry.”

“Pilihan kata sangat penting baginya,” ujar Vaise. “Kita bisa tahu ia memikirkannya karena manuskrip asli yang diperlihatkan minggu ini dan jika melihat tulisan awal, Anda dapat melihat ia mencoret beberapa kata.”

Vaise mengatakan Key tidak segera pergi ke Washington, D.C. dan mengumumkan ia telah menulis lagu kebangsaan untuk negaranya yang masih muda.

“Sebaliknya. Francis Scott Key memberi empat bait lagu tersebut pada abang ipar dan sahabatnya, yang merupakan kapten benteng tersebut selama pertempuran,” ujarnya.

Abang ipar Key membagikan salinan puisi tersebut yang kemudian muncul di surat kabar dengan judul “The Star Spangled Banner.” Seseorang mencocokkannya dengan lagu lama Inggris dan dalam beberapa minggu, lagu tersebut dinyanyikan di luar Maryland.

Jagawana Kristin Schenning mengatakan menarik bahwa puisi yang kemudian menjadi lagu kebangsaan nasional itu tidak berisikan tentang perang, namun tentang bendera.

“Ya, memang mengenai pertempuran, tapi sebenarnya lebih mengenai emosii-emosi yang ditangkap Francis Scott Key,” ujarnya.

“Tidak tentang senjata, mengalahkan Inggris atau yang lainnya. Ini tentang ide menanyakan apakah bendera masih berkibar dan menjawabnya dengan ‘masih’, berkibar di atas tanah kebebasan dan rumah para pemberani.”

Baru pada 1931 Kongres membuat “The Star Spangled Banner” lagu kebangsaan AS secara resmi. Schenning mengatakan ada hubungan antara bendera dan lagu tersebut untuk begitu banyak orang, yang dapat menjelaskan mengapa beberapa orang membuat reaksi kuat ketika mendengar lagu itu dibawakan dengan cara tidak tradisional.

“Setiap pertunjukan harus memiliki gaya tersendiri. Setiap musisi harus membawa sesuatu yang unik ke dalamnya. Dan saya kira hal itu bahkan berlaku untuk lagu kebangsaan,” ujarnya. (VOA)

AP/Pablo Martinez Monsivais Bendera yang menginspirasi lagu kebangsaan AS dipajang di Museum Nasional Sejarah Amerika Smithsonia (5/9).
AP/Pablo Martinez Monsivais
Bendera yang menginspirasi lagu kebangsaan AS dipajang di Museum Nasional Sejarah Amerika Smithsonia (5/9).

BALTIMORE, SUMUTPOS.CO – Jagawana Vince Vaise adalah kepala interpretasi, atau kepala pencerita, di Benteng McHenry di pelabuhan Baltimore, negara bagian Maryland, Amerika Serikat.

Ia mengatakan dua dari simbol-simbol terbesar Amerika Serikat lahir akibat serangan Inggris di benteng tersebut pada Perang 1812.

“Bendera dan lagu kebangsaan Amerika (lahir di sini)… Bendera sudah diciptakan, tapi belum diketahui banyak orang. Lewat kata-kata Francis Scott Key, yang melihat bendera masih berkibar di benteng ini pada 14 September 1814, 200 tahun lalu, bendera benar-benar menjadi ikon nasional Amerika Serikat yang ada sekarang ini,” ujarnya.

Ketika hari berubah gelap pada 13 September 1814, Inggris menembaki Benteng Fort McHenry, dan sepanjang malam pengamat pertempuran tegang menanti apakah benteng telah jatuh. Namun ketika matahari terbit esok paginya, pemandangan berkibarnya bendera Amerika di Benteng McHenry mendorong Francis Scott key, seorang pengacara dan penyair amatir, untuk menulis puisi berjudul “Pertahanan Benteng McHenry.”

“Pilihan kata sangat penting baginya,” ujar Vaise. “Kita bisa tahu ia memikirkannya karena manuskrip asli yang diperlihatkan minggu ini dan jika melihat tulisan awal, Anda dapat melihat ia mencoret beberapa kata.”

Vaise mengatakan Key tidak segera pergi ke Washington, D.C. dan mengumumkan ia telah menulis lagu kebangsaan untuk negaranya yang masih muda.

“Sebaliknya. Francis Scott Key memberi empat bait lagu tersebut pada abang ipar dan sahabatnya, yang merupakan kapten benteng tersebut selama pertempuran,” ujarnya.

Abang ipar Key membagikan salinan puisi tersebut yang kemudian muncul di surat kabar dengan judul “The Star Spangled Banner.” Seseorang mencocokkannya dengan lagu lama Inggris dan dalam beberapa minggu, lagu tersebut dinyanyikan di luar Maryland.

Jagawana Kristin Schenning mengatakan menarik bahwa puisi yang kemudian menjadi lagu kebangsaan nasional itu tidak berisikan tentang perang, namun tentang bendera.

“Ya, memang mengenai pertempuran, tapi sebenarnya lebih mengenai emosii-emosi yang ditangkap Francis Scott Key,” ujarnya.

“Tidak tentang senjata, mengalahkan Inggris atau yang lainnya. Ini tentang ide menanyakan apakah bendera masih berkibar dan menjawabnya dengan ‘masih’, berkibar di atas tanah kebebasan dan rumah para pemberani.”

Baru pada 1931 Kongres membuat “The Star Spangled Banner” lagu kebangsaan AS secara resmi. Schenning mengatakan ada hubungan antara bendera dan lagu tersebut untuk begitu banyak orang, yang dapat menjelaskan mengapa beberapa orang membuat reaksi kuat ketika mendengar lagu itu dibawakan dengan cara tidak tradisional.

“Setiap pertunjukan harus memiliki gaya tersendiri. Setiap musisi harus membawa sesuatu yang unik ke dalamnya. Dan saya kira hal itu bahkan berlaku untuk lagu kebangsaan,” ujarnya. (VOA)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/