Anne lantas pergi ke Gambia untuk bertemu dengan keluarga Omar. Pernikahan pun digelar di kampung halaman Omar. “Itu sungguh hari yang sangat indah dan sangat menyenangkan,” kata Anne.
Namun, kisah indah itu tak berjalan lama. Omar mulai menunjukkan tabiat aslinya. Hanya beberapa hari setelah pernikahan, Omar dan Anne terlibat cekcok.
“Matanya melotot seperti hendak keluar dari kepalanya. Dia mendekatkan wajahnya ke mukaku dan berkata, ‘Kau sekarang adalah istriku. Jadi lakukan seperti yang diperintahkan padamu saat ini’,” kata Anne menirukan Omar.
Tentu saja Anne ketakutan. “Aku pikir aku telah melakukan kesalahan besar di sini,” ujar Anne.
Selanjutnya, keduanya pun balik lagi ke Inggris. Namun, keadaan makin memburuk. “Hanya beberapa minggu setelah kami kembali, dia menjadi sangat-sangat kasar dan sering (terkait, red) tentang uang,” lanjutnya.
Saat marah, Omar pernah menghancurkan barang-barang di dapur. Dalam sebuah kesempatan, Anne bahkan pernah disabet dengan ikat pinggang.
“Dia mencengkeramku ke lantai dengan tangan dan kakinya, kemudian dia mengambil ikat pinggang. Dia mencambukku berkali-kali di ujung paha,” keluh Anne.
Ia pun tak kuasa menahan kekerasan dalam rumah tangganya. “Aku menangis dan teriak memintanya berhenti, tapi dia tetap mencambukku berkali-kali. Hingga pada satu titik aku berteriak, ‘apakah ini caramu mengendalikan perempuan-perempuanmu?’,” tutur Anne.