DAMASKUS – Tim pemantau Liga Arab melanjutkan tugasnya memonitor proposal perdamaian di tiga kota Syria kemarin (29/12). Tetapi, di Damaskus tim justru disuguhi rentetan tembakan yang dilancarkan tentara pemerintahan Presiden Bashar al-Assad kepada demonstran.
Sedikitnya, 13 orang dilaporkan tewas dalam penembakan tersebut.
Tim pemantau Liga Arab itu memulai misinya dengan pernyataan kontroversial. Ketua delegasi yang berasal dari Sudan, Letnan Jenderal (Letjen) Mohamed Ahmed Mustafa al-Dabi, mengaku tidak melihat sesuatu yang menakutkan saat kunjungan pertamanya di Kota Homs pada Selasa lalu (27/12). Kemudian, dia menyatakan memerlukan waktu tambahan untuk membuat kesimpulan soal kota tersebut.
Pemilihan Mustafa al-Dabi memicu protes dari oposisi Syria. Dia memegang jabatan kunci dalam pemerintahan di Sudan. Padahal, pemerintah negara di Afrika itu terlibat dalam pembantaian di wilayah Darfur.
Tim pemantau melakukan kunjungan singkat ke Kota Homs pada Selasa lalu dan langsung kembali ke ibu kota keesokan harinya (28/12). Dalam perjalanan pun, mereka dikawal tentara. Hal itu membuat demonstran marah dan menyerbu mobil mereka.
Tim Liga Arab akhirnya kembali ke Distrik Baba Amr, salah satu wilayah terburuk terkena dampak konflik militer dan demonstran antipemerintah, untuk melihat bangunan yang rusak akibat serangan tentara pro-Assad. Tim Liga Arab mendengar kesaksian orang-orang yang kehilangan teman dan sanak keluarganya. Saat itulah sebuah keluarga memperlihatkan kepada anggota tim satu jenazah korban.
Kemarin pasukan keamanan Syria kembali menembaki puluhan ribu demonstran di luar sebuah masjid di wilayah Douma, pinggiran Damaskus. Lokasi penembakan dekat dengan kantor pemerintahan yang sedang dikunjungi anggota tim Liga Arab. Empat orang tewas dalam insiden tersebut.
Kekerasan juga terjadi di wilayah lain pada saat hampir bersamaan. Misalnya, di kota dan Provinsi Idlib yang ada di utara Syria, Hama di bagian tengah, serta Provinsi Daraa di selatan. Total tercatat sedikitnya 13 orang tewas dalam insiden bentrok di berbagai wilayah itu.
Kekerasan dan pelanggaran HAM yang terus berlanjut saat tim monitor Liga Arab tiba di Syria tersebut membuat oposisi kecewa. Mereka menilai bahwa kerja sama terbatas antara rezim Assad dan tim pemantau tidak lebih dari upaya mengulur waktu dan upaya menghambat penjatuhan sanksi maupun kecaman dari dunia internasional.
Langkah pencitraan rezim Assad juga terlihat dari upaya pembebasan 755 orang yang ditahan selama sembilan bulan dalam demonstrasi antipemerintah. Pengumuman kebijakan itu disiarkan televisi Rabu (28/12) waktu setempat.
Sebuah laporan menyebutkan, para tahanan itu terlibat dalam sejumlah insiden kekerasan terakhir dengan militer. “Namun, tangan mereka sama sekali tak berlumur darah,” ujar sebuah seumber.
PBB menyatakan, lebih dari 14 ribu orang ditangkap dan ditahan di Syria karena ikut dalam demonstrasi. Lalu, lebih dari 5 ribu orang tewas akibat represi tentara Assad dalam menghadapi demonstran. (rtr/afp/cak/dwi/jpnn)