Lewat dekritnya, pengganti Barack Obama tersebut melarang warga Syria, Iraq, Iran, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman masuk AS.
Bahkan, mereka yang punya visa resmi maupun green card alias kartu identitas penduduk tetap juga terdampak. Akibatnya, kekacauan terjadi di bandara yang menjadi akses utama keluar masuknya warga asing.
Sejak Jumat lalu, aktivitas di seluruh bandara AS meningkat. Para petugas mencegat penumpang di terminal kedatangan internasional dan menahan warga dari tujuh negara tersebut.
Tentang kekacauan dan bahkan kekerasan yang pecah di AS akibat kebijakannya, Trump santai. Dia tidak merasa bersalah.
Sebaliknya, dia ganti menyalahkan pihak lain. Selain media, Trump menyalahkan dua senator Partai Republik, yakni John McCain dan Lindsey Graham.
’’Mereka terlalu lunak soal imigrasi. Sepertinya, mereka ingin memantik Perang Dunia III,’’ tegas Trump.
Pemilik Trump Tower itu kesal kepada McCain dan Graham karena dua politikus senior tersebut mengkritik kebijakannya.
Lewat akun Twitter resminya, Graham menyamakan kebijakan baru imigrasi AS itu dengan kebijakan antimuslim alias Muslim Ban.
’’Kami khawatir kebijakan ini justru akan membuat terorisme tumbuh subur,’’ terang McCain seperti dilansir CNN.
Seperti McCain, para pakar keamanan dan pakar antiteror dunia menyayangkan kebijakan imigrasi superketat Trump tersebut. ’’Jika tak mau menerbitkan visa bagi teroris, mereka juga harus menerapkan hal yang sama terhadap Arab Saudi dan negara lain yang terlibat 9/11 (tragedi 11 September 2001, Red),’’ kata Hossein Naqavi Hosseini dari Iran.
Trump memang tidak memasukkan Saudi dalam daftar hitam. Padahal, para teroris 9/11 berasal dari negara Islam tersebut. Mesir yang menyumbangkan teroris AS juga lolos dari blacklist.
Konon, itu dilakukan karena Trump punya kepentingan bisnis di dua negara tersebut. Presiden ke-45 AS itu memang menerapkan perkecualian bagi negara-negara yang dianggap menguntungkan AS. (AFP/Reuters/BBC/CNN/hep/c5/any)