26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Golongan Darah O Punya Risiko Kematian Tinggi

Alasannya… Ini ternyata berhubungan dengan agen pembekuan darah. Pasien dengan golongan darah O terbukti memiliki faktor von Willebrand (agen pembekuan darah) yang lebih rendah dibanding golongan darah lain. Tingkat rendah agen pembekuan ini mungkin terkait dengan tingkat pendarahan yang lebih tinggi.

“Hasil kami juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana transfusi darurat sel darah merah dari golongan darah O pada pasien trauma parah yang mungkin mempengaruhi hemeostatis, proses yang menyebabkan pendarahan berhenti,” ujar Takayama.

Data Rekam Medis Untuk mendapat temuan ini, para peneliti menggunakan data dari 901 rekam medis pasien dengan trauma berat di dua pusat perawatan gawat darurat di Jepang selama 2013 hingga 2016. Mulanya, para peneliti hanya ingin menguji hipotesis mereka. “Kami ingin menguji hipotesis bahwa kelangsungan hidup orang yang mengalami trauma berat dipengaruhi oleh perbedaan dalam golongan darah,” ujar Takayama dikutip dari UPI, Rabu (02/05/2018).

Meski telah mendapat temuan tersebut, para peneliti mengingatkan bahwa subyek penelitian mereka semuanya adalah orang Jepang. Untuk itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah temuan ini berlaku untuk kelompok ras dan etnis lain.

“Penelitian lebih lanjut (juga) diperlukan untuk menyelidiki hasil penelitian kami dan mengembangkan strategi pengobatan terbaik untuk pasien trauma berat,” imbuhnya. (Resa/kps)

Alasannya… Ini ternyata berhubungan dengan agen pembekuan darah. Pasien dengan golongan darah O terbukti memiliki faktor von Willebrand (agen pembekuan darah) yang lebih rendah dibanding golongan darah lain. Tingkat rendah agen pembekuan ini mungkin terkait dengan tingkat pendarahan yang lebih tinggi.

“Hasil kami juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana transfusi darurat sel darah merah dari golongan darah O pada pasien trauma parah yang mungkin mempengaruhi hemeostatis, proses yang menyebabkan pendarahan berhenti,” ujar Takayama.

Data Rekam Medis Untuk mendapat temuan ini, para peneliti menggunakan data dari 901 rekam medis pasien dengan trauma berat di dua pusat perawatan gawat darurat di Jepang selama 2013 hingga 2016. Mulanya, para peneliti hanya ingin menguji hipotesis mereka. “Kami ingin menguji hipotesis bahwa kelangsungan hidup orang yang mengalami trauma berat dipengaruhi oleh perbedaan dalam golongan darah,” ujar Takayama dikutip dari UPI, Rabu (02/05/2018).

Meski telah mendapat temuan tersebut, para peneliti mengingatkan bahwa subyek penelitian mereka semuanya adalah orang Jepang. Untuk itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah temuan ini berlaku untuk kelompok ras dan etnis lain.

“Penelitian lebih lanjut (juga) diperlukan untuk menyelidiki hasil penelitian kami dan mengembangkan strategi pengobatan terbaik untuk pasien trauma berat,” imbuhnya. (Resa/kps)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/