28.9 C
Medan
Thursday, May 30, 2024

Waspadai Keputihan

Deteksi Gejala Kanker Leher Rahim

Bagi wanita berumur 35-55 tahun harus waspada pada kanker jenis ini. Sebab kanker ini meyerang wanita dengan batas usia tersebut. Kanker leher rahim atau lebih dikenal kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher ramih (serviks), alat reproduksi perempuan yang letaknya paling dekat dengan liang senggama.

Alat reproduksi wanita sendiri  terdiri dari beberapa bagian, yaitu mulai dari indung telur (ovarium), saluran telur (tuba), rahim (uterus), leher rahim (serviks), vagina dan kemaluan (vulva).

“Kanker leher rahim merupakan satu – satunya kanker yang bisa dicegah atau diobati 100 persen kesembuhannya, namun  pada stadium dini,” kata dr Sri Rezeki Arbaningsih, SpP pada seminar kesehatan yang diadakan oleh Pimpinan Nasyiyatul ‘Aisyiyah Kota Medan.

Sri menambahkan,  keganasan terjadi pada usia 35-55 tahun, jarang di bawah 20 tahun. Namun, pada stadium dini kanker ini tidak memiliki gejala. Stadium dini dapat dideteksi dengan pemeriksaan pap smear.

Menurut Sri, ada beberapa gejala kanker leher rahim. Jika sudah pada posisi stadium kanker,  akan terjadi perdarahan (ringan dan pasca sanggama), keputihan yang tidak kunjung sembuh walaupun sudah diobati dengan obat keputihan, bau busuk, seperti nanah, warna semu merah karena bercampur darah. Kemudian nyeri pada panggul, anuria (tidak bisa BAK).  Untuk stadium pra-kanker,lanjutnya  tidak ada gejala.

Sementara itu, faktor resiko dari kanker leher rahim bisa dari berbagai faktor. Yaitu adanya aktivitas seksual pada usia di bawah 18 tahun, sering berganti pasangan seksual.  Kemudian ibu yang melahirkan banyak anak, kurang kebersihan alat kelamin, sering infeksi di daerah kelamin (PMS), merokok,  dan polusi.  “Kita bisa melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan beberapa cara. Yaitu pap smear, IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), servikografi,  gineskopi,  kolposkopi,  test DNA HPV, pap net, thin prep, dan biopsy,” ungkap Sri lagi.

Sementara itu, kata Sri, penanganan dari kanker leher rahim sendiri  tergantung pada stadium dan kondisi pasien. Bisa melalui terapi seperti operasi, radiasi, kemoterapi.

Adapun upaya pencegahan kanker yang disarankan oleh Sri yaitu, gaya hidup sehat dapat mencegah timbulnya kanker. Antara lain, menikah atau berhubungan seksual di atas usia 20 tahun,  tidak berganti-ganti pasangan, gunakan kondom untuk hubungan seksual yang berisiko, banyak konsumsi makanan bergizi & mengurangi makanan berlemak, dibakar  (hangus) dan makanan yang diawetkan.

Kemudian, menghentikan kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, melakukan olahraga secara teratur dan konsisten, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

“Diperkirakan, 80 persen kasus penyakit kanker leher rahim di negara berkembang, dan Indonesia menyumbangkan 26,4 persen untuk jenis penyakit ini, sementara untuk keseluruhan jenis kanker Indonesia menyumbangkan sebesar 34 persen,” pungkasnya. (ila)

Deteksi Gejala Kanker Leher Rahim

Bagi wanita berumur 35-55 tahun harus waspada pada kanker jenis ini. Sebab kanker ini meyerang wanita dengan batas usia tersebut. Kanker leher rahim atau lebih dikenal kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher ramih (serviks), alat reproduksi perempuan yang letaknya paling dekat dengan liang senggama.

Alat reproduksi wanita sendiri  terdiri dari beberapa bagian, yaitu mulai dari indung telur (ovarium), saluran telur (tuba), rahim (uterus), leher rahim (serviks), vagina dan kemaluan (vulva).

“Kanker leher rahim merupakan satu – satunya kanker yang bisa dicegah atau diobati 100 persen kesembuhannya, namun  pada stadium dini,” kata dr Sri Rezeki Arbaningsih, SpP pada seminar kesehatan yang diadakan oleh Pimpinan Nasyiyatul ‘Aisyiyah Kota Medan.

Sri menambahkan,  keganasan terjadi pada usia 35-55 tahun, jarang di bawah 20 tahun. Namun, pada stadium dini kanker ini tidak memiliki gejala. Stadium dini dapat dideteksi dengan pemeriksaan pap smear.

Menurut Sri, ada beberapa gejala kanker leher rahim. Jika sudah pada posisi stadium kanker,  akan terjadi perdarahan (ringan dan pasca sanggama), keputihan yang tidak kunjung sembuh walaupun sudah diobati dengan obat keputihan, bau busuk, seperti nanah, warna semu merah karena bercampur darah. Kemudian nyeri pada panggul, anuria (tidak bisa BAK).  Untuk stadium pra-kanker,lanjutnya  tidak ada gejala.

Sementara itu, faktor resiko dari kanker leher rahim bisa dari berbagai faktor. Yaitu adanya aktivitas seksual pada usia di bawah 18 tahun, sering berganti pasangan seksual.  Kemudian ibu yang melahirkan banyak anak, kurang kebersihan alat kelamin, sering infeksi di daerah kelamin (PMS), merokok,  dan polusi.  “Kita bisa melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan beberapa cara. Yaitu pap smear, IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), servikografi,  gineskopi,  kolposkopi,  test DNA HPV, pap net, thin prep, dan biopsy,” ungkap Sri lagi.

Sementara itu, kata Sri, penanganan dari kanker leher rahim sendiri  tergantung pada stadium dan kondisi pasien. Bisa melalui terapi seperti operasi, radiasi, kemoterapi.

Adapun upaya pencegahan kanker yang disarankan oleh Sri yaitu, gaya hidup sehat dapat mencegah timbulnya kanker. Antara lain, menikah atau berhubungan seksual di atas usia 20 tahun,  tidak berganti-ganti pasangan, gunakan kondom untuk hubungan seksual yang berisiko, banyak konsumsi makanan bergizi & mengurangi makanan berlemak, dibakar  (hangus) dan makanan yang diawetkan.

Kemudian, menghentikan kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, melakukan olahraga secara teratur dan konsisten, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

“Diperkirakan, 80 persen kasus penyakit kanker leher rahim di negara berkembang, dan Indonesia menyumbangkan 26,4 persen untuk jenis penyakit ini, sementara untuk keseluruhan jenis kanker Indonesia menyumbangkan sebesar 34 persen,” pungkasnya. (ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/