26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Lupakan Rasa Sakit Usai Transfusi

Semangat Anak-anak Thalasemia

Wajahnya ceria, dengan memakai topi warna putih serta kaos hijau, Muhammad Rifai Haryansah (16) tampak semangat mengambil kertas gambar yang diberikan salah seorang petugas RSUP H Adam Malik Medan. Begitu juga dengan adiknya, Dwi Shella Agistia (10), langsung mengambil crayon dari dalam tas mungilnya lalu mewarnai kertas yang diberikan tadi.

Sesekali, Rifai melihat ke sekeliling ruangan. Terasa sangat aneh baginya melihat ruangan yang begitu ramai, pegawai rumah sakit yang ikut bergembira, serta ratusan anak penderita Thalasemia. Maklum, tidak pernah ada kegiatan seperti itu, karena biasanya mereka hanya bercengkrama dengan jarum, kantong darah, infus dan obat-obatan. Lain halnya dengan Dwi, dirinya terlalu asik mengerjakan kertas gambar miliknya, kegiatan siang itu, tidak begitu diperdulikannya.

Peringatan Hari Thalasemia se-Dunia di Aula Lantai III RSUP H Adam Malik Medan, Rabu (16/5) yang diadakan oleh POPTI (Perhimpunan Orangtua Peduli Thalasemia) Sumut bekerjasama dengan Family Support Group (FSG) Sumut itu, sangat berarti bagi kedua bocah tersebut. Rasa sakit setelah menjalani transfusi darah, terlupakan saat berkumpul dengan sesama penderita Thalasemia.

Sementara, ibunya Nurhayati (37) mengaku, mereka tiba di RSUP H Adam Malik Medan, Senin (14/5) dini hari. Warga asal Kisaran itu membawa kedua buah hatinya yang menderita Thalasemia untuk menjalani transfusi darah setiap bulan. “Anak saya tiga, tapi yang mengalami kelainan darah dua orang,”ujar Nurhayati.

Memiliki dua anak penderita Thalasemia, tidak pernah terpikir dalam benaknya. Namun begitu, rasa sayang terhadap kedua buah hatinya tidak pernah pudar. “Saya nggak pernah menyesal.

Setiap bulan, kita harus ke-Medan untuk transfusi darah. Saya harus menjaga mereka dengan baik. Anak Thalasemia tidak boleh terlalu capek. Kalau waktu transfusi semakin dekat, tubuh mereka mulai melemah, pucat dan bisa jatuh tiba-tiba.  Transfusi darah juga tidak boleh lewat dari tanggal yang  ditentukan dan Hemoglobin si penderita tidak boleh rendah. Jika tidak, akibatnya bisa fatal,” jelasnya.

Ketua POPTI Sumut, Syarmawati mengatakan jumlah penderita Thalasemia di Sumut mencapai 110 orang. Diperkirakan masih banyak anak Thalasemia yang tidak terdata. “Di RSUP H Adam Malik Medan ada 60 anak, RSU Pirngadi Medan 5 orang, RS Permata Bunda 13 anak, RS Imelda 6, RS Martha Priska 7, RS Herna 4 dan dibeberapa rumah sakit lainya,” sebut Syarmawati.

Penderita Thalasemia, katanya, ibarat fenomena gunung es.  ‘’Banyak orangtua yang tidak tahu kalau anaknya menderita kelainan darah sehingga mereka hanya membawa berobat sekadarnya. Bahkan diantaranya berfikir,  penyakit yang diidap anaknya karena palasik.  Akibatnya penderita terlambat mendapat pertolongan,” jelasnya. (mag- 11)

Semangat Anak-anak Thalasemia

Wajahnya ceria, dengan memakai topi warna putih serta kaos hijau, Muhammad Rifai Haryansah (16) tampak semangat mengambil kertas gambar yang diberikan salah seorang petugas RSUP H Adam Malik Medan. Begitu juga dengan adiknya, Dwi Shella Agistia (10), langsung mengambil crayon dari dalam tas mungilnya lalu mewarnai kertas yang diberikan tadi.

Sesekali, Rifai melihat ke sekeliling ruangan. Terasa sangat aneh baginya melihat ruangan yang begitu ramai, pegawai rumah sakit yang ikut bergembira, serta ratusan anak penderita Thalasemia. Maklum, tidak pernah ada kegiatan seperti itu, karena biasanya mereka hanya bercengkrama dengan jarum, kantong darah, infus dan obat-obatan. Lain halnya dengan Dwi, dirinya terlalu asik mengerjakan kertas gambar miliknya, kegiatan siang itu, tidak begitu diperdulikannya.

Peringatan Hari Thalasemia se-Dunia di Aula Lantai III RSUP H Adam Malik Medan, Rabu (16/5) yang diadakan oleh POPTI (Perhimpunan Orangtua Peduli Thalasemia) Sumut bekerjasama dengan Family Support Group (FSG) Sumut itu, sangat berarti bagi kedua bocah tersebut. Rasa sakit setelah menjalani transfusi darah, terlupakan saat berkumpul dengan sesama penderita Thalasemia.

Sementara, ibunya Nurhayati (37) mengaku, mereka tiba di RSUP H Adam Malik Medan, Senin (14/5) dini hari. Warga asal Kisaran itu membawa kedua buah hatinya yang menderita Thalasemia untuk menjalani transfusi darah setiap bulan. “Anak saya tiga, tapi yang mengalami kelainan darah dua orang,”ujar Nurhayati.

Memiliki dua anak penderita Thalasemia, tidak pernah terpikir dalam benaknya. Namun begitu, rasa sayang terhadap kedua buah hatinya tidak pernah pudar. “Saya nggak pernah menyesal.

Setiap bulan, kita harus ke-Medan untuk transfusi darah. Saya harus menjaga mereka dengan baik. Anak Thalasemia tidak boleh terlalu capek. Kalau waktu transfusi semakin dekat, tubuh mereka mulai melemah, pucat dan bisa jatuh tiba-tiba.  Transfusi darah juga tidak boleh lewat dari tanggal yang  ditentukan dan Hemoglobin si penderita tidak boleh rendah. Jika tidak, akibatnya bisa fatal,” jelasnya.

Ketua POPTI Sumut, Syarmawati mengatakan jumlah penderita Thalasemia di Sumut mencapai 110 orang. Diperkirakan masih banyak anak Thalasemia yang tidak terdata. “Di RSUP H Adam Malik Medan ada 60 anak, RSU Pirngadi Medan 5 orang, RS Permata Bunda 13 anak, RS Imelda 6, RS Martha Priska 7, RS Herna 4 dan dibeberapa rumah sakit lainya,” sebut Syarmawati.

Penderita Thalasemia, katanya, ibarat fenomena gunung es.  ‘’Banyak orangtua yang tidak tahu kalau anaknya menderita kelainan darah sehingga mereka hanya membawa berobat sekadarnya. Bahkan diantaranya berfikir,  penyakit yang diidap anaknya karena palasik.  Akibatnya penderita terlambat mendapat pertolongan,” jelasnya. (mag- 11)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/