25.6 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Bagaimana Mengenal Penyakit Parkinson yang Harus Diwaspadai

Penyakit Parkinson (Parkinson’s disease) adalah suatu penyakit sistem saraf pusat yang bersifat menahun dan progresif. Sebagian besar kasus terjadi karena alasan yang tidak diketahui, tetapi ada juga yang diturunkan.

Perkiraan insidensi penyakit Parkinson secara kasar per tahunnya adalah 15 per 100.000 penduduk dengan prevalensi 18-328 kasus per 100.000 penduduk. Sebuah studi di Amerika Serikat mengkonfirmasi, bahwa ras Asia memiliki insidensi penyakit Parkinson yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan ras hispanik, kulit putih, dan afrika, yaitu sebesar 11,3 per 100.000 penduduk dalam satu tahun.

Meningkatnya usia harapan hidup akan menyebabkan peningkatan angka kejadian penyakit satu ini. Pada tahun 2030, jumlah penderita Parkinson akan diproyeksikan menjadi 2,5 kali lipat lebih banyak daripada saat ini.

Gejala penyakit Parkinson bisa berbeda-beda tiap penderitanya. Gejala yang berkaitan dengan gangguan gerak tubuh adalah:

1.Tremor
2.Gerak tubuh melambat (bradikinesia)
3.Otot kaku
4.Gangguan koordinasi gerak dan keseimbangan tubuh
5.Kejang atau kram
6.Kelainan pada postur tubuh

Selain tanda-tanda di atas, penyakit Parkinson juga menimbulkan gejala yang tidak berkaitan dengan gerak tubuh, seperti:
1.Ekspresi wajah berkurang
2.Perubahan cara dan nada bicara menjadi lambat, cepat, atau tidak jelas
3.Tulisan tangan menjadi lebih kecil atau sulit dibaca
4.Gangguan kecemasan
5.Mudah lelah
6.Penurunan berat badan
7.Depresi
8.Kesulitan menelan makanan (disfagia)
9.Kekurangan minat pada suatu kegiatan atau pekerjaan
10.Produksi air liur berlebih
11.Sulit menahan buang air kecil
12.Konstipasi atau sembelit
13.Gangguan tidur
14.Kehilangan indra penciuman (anosmia)

Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit parkinson. Meski begitu, dokter tetap akan memberikan terapi obat untuk meringankan gejala yang ditimbulkan. Solusi lainnya, dokter dapat melakukan tindakan bedah untuk mengurangi gejala tremor.

Namun, baik terapi obat maupun tindakan bedah, tujuan utamanya tetap sama, yakni untuk membantu pasien menjalani aktivitas sehari-hari secara mandiri. Selain itu, pasien juga wajib menjaga pola hidup sehat untuk menjaga kondisi tubuh.(*)

Penyakit Parkinson (Parkinson’s disease) adalah suatu penyakit sistem saraf pusat yang bersifat menahun dan progresif. Sebagian besar kasus terjadi karena alasan yang tidak diketahui, tetapi ada juga yang diturunkan.

Perkiraan insidensi penyakit Parkinson secara kasar per tahunnya adalah 15 per 100.000 penduduk dengan prevalensi 18-328 kasus per 100.000 penduduk. Sebuah studi di Amerika Serikat mengkonfirmasi, bahwa ras Asia memiliki insidensi penyakit Parkinson yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan ras hispanik, kulit putih, dan afrika, yaitu sebesar 11,3 per 100.000 penduduk dalam satu tahun.

Meningkatnya usia harapan hidup akan menyebabkan peningkatan angka kejadian penyakit satu ini. Pada tahun 2030, jumlah penderita Parkinson akan diproyeksikan menjadi 2,5 kali lipat lebih banyak daripada saat ini.

Gejala penyakit Parkinson bisa berbeda-beda tiap penderitanya. Gejala yang berkaitan dengan gangguan gerak tubuh adalah:

1.Tremor
2.Gerak tubuh melambat (bradikinesia)
3.Otot kaku
4.Gangguan koordinasi gerak dan keseimbangan tubuh
5.Kejang atau kram
6.Kelainan pada postur tubuh

Selain tanda-tanda di atas, penyakit Parkinson juga menimbulkan gejala yang tidak berkaitan dengan gerak tubuh, seperti:
1.Ekspresi wajah berkurang
2.Perubahan cara dan nada bicara menjadi lambat, cepat, atau tidak jelas
3.Tulisan tangan menjadi lebih kecil atau sulit dibaca
4.Gangguan kecemasan
5.Mudah lelah
6.Penurunan berat badan
7.Depresi
8.Kesulitan menelan makanan (disfagia)
9.Kekurangan minat pada suatu kegiatan atau pekerjaan
10.Produksi air liur berlebih
11.Sulit menahan buang air kecil
12.Konstipasi atau sembelit
13.Gangguan tidur
14.Kehilangan indra penciuman (anosmia)

Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit parkinson. Meski begitu, dokter tetap akan memberikan terapi obat untuk meringankan gejala yang ditimbulkan. Solusi lainnya, dokter dapat melakukan tindakan bedah untuk mengurangi gejala tremor.

Namun, baik terapi obat maupun tindakan bedah, tujuan utamanya tetap sama, yakni untuk membantu pasien menjalani aktivitas sehari-hari secara mandiri. Selain itu, pasien juga wajib menjaga pola hidup sehat untuk menjaga kondisi tubuh.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/