29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Virus MERS Ditemukan di Kandang Unta

Sejumlah kajian mengaitkan keberadaan virus MERS dengan unta.
Sejumlah kajian mengaitkan keberadaan virus MERS dengan unta.

SUMUTPOS.CO – Para peneliti Arab Saudi mengaku menemukan jejak gen virus Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) pada udara di sebuah kandang unta milik seorang pasien MERS, yang belakangan meninggal akibat penyakit tersebut.

Dalam laporan penelitian yang dimuat mBio, jurnal ilmiah komunitas ilmuwan mikrobiologi Amerika Serikat, jejak tersebut ditemukan pada 7 November 2013 oleh tim peneliti yang dipimpin Esam Azhar, professor virologi medis di Universitas Raja Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi.

Hari itu merupakan hari yang sama ketika salah satu dari empat ekor unta di kandang dinyatakan positif mengidap MERS.

Tim peneliti lalu kembali mengambil sampel udara di kandang yang terletak dekat Kota Jeddah itu selama dua hari berturut-turut. Hasilnya, virus MERS tidak bisa dideteksi.

Azhar menduga ada dua kemungkinan yang menjelaskan mengapa virus itu tidak bisa dideteksi pada hari kedua dan hari ketiga pengambilan sampel. Masa endapan virus, menurutnya, boleh jadi pendek atau tidak tetap.

“Yang jelas, molekul virus MERS yang kami deteksi di udara 100% sama dengan rangkaian gen virus yang ada di unta. Hal ini menggarisbawahi perlunya penyelidikan lebih lanjut dan langkah-langkah guna mencegah penyebaran virus mematikan ini ke udara,” kata Azhar yang dikutip kantor berita AFP.

Sebelumnya, keempat unta di kandang menunjukkan gejala-gejala MERS, termasuk cairan yang keluar dari hidung. Sang pemilik kemudian memaparkan obat tetes hidung ke salah satu unta.

Sepekan kemudian, pria berusia 43 tahun itu dirawat di Rumah Sakit Universitas King Abdulaziz di Jeddah, akibat virus MERS. Belakangan kondisinya kian parah dan dia pun meninggal dunia.

 

DAGING UNTA

Soal unta, Azhar punya saran khusus. “Penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya perolehan data rekam jejak klinis secara rinci dengan menekankan apakah pengidap bersentuhan dengan hewan yang terpapar MERS. Sebab, laporan terkini mengindikasikan orang-orang yang bekerja dengan unta memiliki risiko infeksi (MERS) yang lebih tinggi,” kata Azhar sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Sampai saat ini, para ilmuwan belum bisa memastikan asal usul virus MERS. Namun, beberapa kajian mengaitkan keberadaan virus itu dengan unta. Kajian-kajian itu meneliti kemungkinan virus itu ditularkan ke manusia melalui konsumsi daging unta mentah dan susu unta yang belum dipasteurisasi.

Untuk mencegah kemungkinan tersebut, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengimbau kepada masyarakat untuk mengonsumsi daging unta matang dan susu unta yang telah dipasteurisasi.

Para pekerja di rumah jagal unta juga diimbau untuk mengambil langkah antisipasi, termasuk mencuci tangan seusai bersentuhan dengan unta, mengenakan masker pelindung, dan memakai busana pelindung.

Kasus MERs pertama kali mengemuka pada 2012 dan sampai saat ini, menurut data WHO pada 11 Juni, telah merenggut 209 nyawa dari 699 orang yang terpapar. (BBC)

Sejumlah kajian mengaitkan keberadaan virus MERS dengan unta.
Sejumlah kajian mengaitkan keberadaan virus MERS dengan unta.

SUMUTPOS.CO – Para peneliti Arab Saudi mengaku menemukan jejak gen virus Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) pada udara di sebuah kandang unta milik seorang pasien MERS, yang belakangan meninggal akibat penyakit tersebut.

Dalam laporan penelitian yang dimuat mBio, jurnal ilmiah komunitas ilmuwan mikrobiologi Amerika Serikat, jejak tersebut ditemukan pada 7 November 2013 oleh tim peneliti yang dipimpin Esam Azhar, professor virologi medis di Universitas Raja Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi.

Hari itu merupakan hari yang sama ketika salah satu dari empat ekor unta di kandang dinyatakan positif mengidap MERS.

Tim peneliti lalu kembali mengambil sampel udara di kandang yang terletak dekat Kota Jeddah itu selama dua hari berturut-turut. Hasilnya, virus MERS tidak bisa dideteksi.

Azhar menduga ada dua kemungkinan yang menjelaskan mengapa virus itu tidak bisa dideteksi pada hari kedua dan hari ketiga pengambilan sampel. Masa endapan virus, menurutnya, boleh jadi pendek atau tidak tetap.

“Yang jelas, molekul virus MERS yang kami deteksi di udara 100% sama dengan rangkaian gen virus yang ada di unta. Hal ini menggarisbawahi perlunya penyelidikan lebih lanjut dan langkah-langkah guna mencegah penyebaran virus mematikan ini ke udara,” kata Azhar yang dikutip kantor berita AFP.

Sebelumnya, keempat unta di kandang menunjukkan gejala-gejala MERS, termasuk cairan yang keluar dari hidung. Sang pemilik kemudian memaparkan obat tetes hidung ke salah satu unta.

Sepekan kemudian, pria berusia 43 tahun itu dirawat di Rumah Sakit Universitas King Abdulaziz di Jeddah, akibat virus MERS. Belakangan kondisinya kian parah dan dia pun meninggal dunia.

 

DAGING UNTA

Soal unta, Azhar punya saran khusus. “Penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya perolehan data rekam jejak klinis secara rinci dengan menekankan apakah pengidap bersentuhan dengan hewan yang terpapar MERS. Sebab, laporan terkini mengindikasikan orang-orang yang bekerja dengan unta memiliki risiko infeksi (MERS) yang lebih tinggi,” kata Azhar sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Sampai saat ini, para ilmuwan belum bisa memastikan asal usul virus MERS. Namun, beberapa kajian mengaitkan keberadaan virus itu dengan unta. Kajian-kajian itu meneliti kemungkinan virus itu ditularkan ke manusia melalui konsumsi daging unta mentah dan susu unta yang belum dipasteurisasi.

Untuk mencegah kemungkinan tersebut, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengimbau kepada masyarakat untuk mengonsumsi daging unta matang dan susu unta yang telah dipasteurisasi.

Para pekerja di rumah jagal unta juga diimbau untuk mengambil langkah antisipasi, termasuk mencuci tangan seusai bersentuhan dengan unta, mengenakan masker pelindung, dan memakai busana pelindung.

Kasus MERs pertama kali mengemuka pada 2012 dan sampai saat ini, menurut data WHO pada 11 Juni, telah merenggut 209 nyawa dari 699 orang yang terpapar. (BBC)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/