25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Bahayanya Memendam Emosi Negatif

Seseorang yang berbahagia dan suka tertawa cenderung lebih sehat. Sebaliknya, emosi yang sering tidak terkontrol sangat berdampak pada gangguan kesehatan. Terutama emosi yang sifatnya negatif, seperti perasaan menyesal, perasaan takut gagal, marah, galau, dan sebagainya.

Direktur Biro Psikologi Persona, Irna Minauli mengatakan seseorang yang emosi namun tidak dilampiaskan dengan baik,   dapat menurunkan daya tahan tubuh, mengacaukan nafas, menaikkan suhu tubuh, mengakibatkan depresi. Jika sudah semakin parah, akan menimbulkan berbagai penyakit.

“Mereka yang terbiasa memendam emosi negatif akan mudah terserang penyakit karena terbukti emosi negatif dapat menurunkan daya tahan tubuh. Bahkan para penderita kanker ditengarai banyak yang terbiasa memendam emosi negatif ini. Makanya berbahaya kalau kita memelihara kebencian, kemarahan, iri, cemburu dan kesedihan,” kata Irna, Kamis (16/2).

Pada wanita,  kata Irna, marah juga sangat dipengaruhi  oleh siklus hormonalnya sehingga emosinya jadi ikut terpengaruh. Misalnya ketika wanita mengalami PMS (premenstrual syndrome), sindrom menjelang menstruasi atau ketika menjelang menopause. Pada kondisi seperti itu, emosi wanita menjadi labil sehingga mereka mudah tersinggung, gampang marah dan menangis.

Sementara, pada pria, penyebab kemarahan lebih eksternal seperti pada kondisi-kondisi diluar dirinya yang dianggap mengganggu dirinya. Mulai dari ancaman terhadap keselamatan maupun harga dirinya.

‘’Tapi yang disayangkan banyak yang melampiaskan kemarahan dengan perbuatan yang tidak baik, apalagi pada laki-laki seperti minum-minuman keras, hingga melukai oranglain,” terangnya.

Menurut Irna, ada beberapa orang tampaknya sangat dipengaruhi oleh emosinya. Emosi itu sendiri ada yang positif maupun negatif.  “Emosi positif itu seperti senang, cinta, sayang. Sedangkan emosi negatif seperti marah, benci, dendam, iri, cemburu. Seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya juga mengakibatkan relasinya dengan orang lain menjadi terganggu,” jelasnya.

Bahkan, tambahnya, emosi adalah sesuatu yang bersifat menular. “Emosi juga dapat menular lho, jadi, ketika seseorang sedang emosi, sebaiknya kita jangan dekat-dekat terutama kepada seseorang yang membawa emosi negatif seperti suka mengeluh, karena ini pasti akan ditularkan,” ucapnya.
Untuk itu, lanjut Irna, sebaiknya emosi harus disalurkan secara positif. “Misalnya kalau lagi sedih ya boleh menangis asal menangisnya tidak sampai mengganggu diri maupun lingkungannya.

Ditambahkannya, seseorang yang gampang marah akan mengalahkan inteligensinya. Biasanya orang-orang yang cerdas akan lebih hati-hati dalam menyalurkan kemarahannya.

“Seperti yang dikatakan Aristoteles, kita boleh marah asal dengan cara yang tepat, pada orang yang tepat, waktu yang tepat, tempat yang tepat,” urainya lagi.

Selain itu, marah juga, dapat membuat orang kehilangan kendali atas dirinya sehingga tidak dapat berpikir secara rasional.

“Banyak yang tidak menyadari bahwa kemarahan dapat menimbulkan luka psikis pada orang lain. Seperti peribahasa, we can forgive but we can’t forget. Kita dapat saja memaafkan orang lain tapi belum tentu kita dapat melupakan apa yang telah dilakukan orang tersebut,” ujarnya.  (mag-11)

Seseorang yang berbahagia dan suka tertawa cenderung lebih sehat. Sebaliknya, emosi yang sering tidak terkontrol sangat berdampak pada gangguan kesehatan. Terutama emosi yang sifatnya negatif, seperti perasaan menyesal, perasaan takut gagal, marah, galau, dan sebagainya.

Direktur Biro Psikologi Persona, Irna Minauli mengatakan seseorang yang emosi namun tidak dilampiaskan dengan baik,   dapat menurunkan daya tahan tubuh, mengacaukan nafas, menaikkan suhu tubuh, mengakibatkan depresi. Jika sudah semakin parah, akan menimbulkan berbagai penyakit.

“Mereka yang terbiasa memendam emosi negatif akan mudah terserang penyakit karena terbukti emosi negatif dapat menurunkan daya tahan tubuh. Bahkan para penderita kanker ditengarai banyak yang terbiasa memendam emosi negatif ini. Makanya berbahaya kalau kita memelihara kebencian, kemarahan, iri, cemburu dan kesedihan,” kata Irna, Kamis (16/2).

Pada wanita,  kata Irna, marah juga sangat dipengaruhi  oleh siklus hormonalnya sehingga emosinya jadi ikut terpengaruh. Misalnya ketika wanita mengalami PMS (premenstrual syndrome), sindrom menjelang menstruasi atau ketika menjelang menopause. Pada kondisi seperti itu, emosi wanita menjadi labil sehingga mereka mudah tersinggung, gampang marah dan menangis.

Sementara, pada pria, penyebab kemarahan lebih eksternal seperti pada kondisi-kondisi diluar dirinya yang dianggap mengganggu dirinya. Mulai dari ancaman terhadap keselamatan maupun harga dirinya.

‘’Tapi yang disayangkan banyak yang melampiaskan kemarahan dengan perbuatan yang tidak baik, apalagi pada laki-laki seperti minum-minuman keras, hingga melukai oranglain,” terangnya.

Menurut Irna, ada beberapa orang tampaknya sangat dipengaruhi oleh emosinya. Emosi itu sendiri ada yang positif maupun negatif.  “Emosi positif itu seperti senang, cinta, sayang. Sedangkan emosi negatif seperti marah, benci, dendam, iri, cemburu. Seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya juga mengakibatkan relasinya dengan orang lain menjadi terganggu,” jelasnya.

Bahkan, tambahnya, emosi adalah sesuatu yang bersifat menular. “Emosi juga dapat menular lho, jadi, ketika seseorang sedang emosi, sebaiknya kita jangan dekat-dekat terutama kepada seseorang yang membawa emosi negatif seperti suka mengeluh, karena ini pasti akan ditularkan,” ucapnya.
Untuk itu, lanjut Irna, sebaiknya emosi harus disalurkan secara positif. “Misalnya kalau lagi sedih ya boleh menangis asal menangisnya tidak sampai mengganggu diri maupun lingkungannya.

Ditambahkannya, seseorang yang gampang marah akan mengalahkan inteligensinya. Biasanya orang-orang yang cerdas akan lebih hati-hati dalam menyalurkan kemarahannya.

“Seperti yang dikatakan Aristoteles, kita boleh marah asal dengan cara yang tepat, pada orang yang tepat, waktu yang tepat, tempat yang tepat,” urainya lagi.

Selain itu, marah juga, dapat membuat orang kehilangan kendali atas dirinya sehingga tidak dapat berpikir secara rasional.

“Banyak yang tidak menyadari bahwa kemarahan dapat menimbulkan luka psikis pada orang lain. Seperti peribahasa, we can forgive but we can’t forget. Kita dapat saja memaafkan orang lain tapi belum tentu kita dapat melupakan apa yang telah dilakukan orang tersebut,” ujarnya.  (mag-11)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/