SUMUTPOS.CO – Apakah kegemukan pada suami menyebabkan gangguan kesuburan yang memengaruhi kualitas dan kuantitas sperma sehingga menyebabkan istri sulit hamil?
Seksolog dan spesialis andrologi, Wimpie Pangkahila mengatakan masalah kegemukan yang dialami suami memang dapat menjadi penyebab gangguan kesuburan.
Ia melanjutkan, berbagai gangguan atau penyakit dapat mengakibatkan kegemukan, antara lain kekurangan hormon testosteron. Padahal hormon testosteron antara lain diperlukan untuk produksi sperma.
Sementara mengenai jumlah sperma yang tidak terlalu banyak, mungkin saja benar bisa memengaruhi peluang terjadinya kehamilan, tetapi mungkin juga tidak benar. Untuk memastikan tentu diperlukan pemeriksaan, termasuk pemeriksaan sperma.
Analisis sperma, kata Wimpie, tidak hanya untuk volumenya melainkan juga meliputi warna, bau, jumlah selnya, gerakan, dan bentuknya. Karenanya, pasangan suami istri perlu mendapat pemeriksaan untuk mengevaluasi kesuburan. Dengan demikian, kalau ada gangguan, dapat segera diatasi.
Perlu dipahami bahwa untuk terjadinya kehamilan, diperlukan keadaan kesuburan yang baik pada suami dan istri. Selain itu, hubungan seksual harus dilakukan pada saat subur istri. Karena itu hubungan seksual harus teratur agar pada suatu saat hubungan seksual berlangsung pada saat subur istri.
Kalau hubungan seksual tidak teratur, maka hubungan seksual harus diatur agar dilakukan pada saat istri mengalami saat subur. Untuk mengetahui apakah keadaan kesuburan baik atau tidak, harus dilakukan pemeriksaan khusus, baik pada suami maupun istri. (NET)
SUMUTPOS.CO – Apakah kegemukan pada suami menyebabkan gangguan kesuburan yang memengaruhi kualitas dan kuantitas sperma sehingga menyebabkan istri sulit hamil?
Seksolog dan spesialis andrologi, Wimpie Pangkahila mengatakan masalah kegemukan yang dialami suami memang dapat menjadi penyebab gangguan kesuburan.
Ia melanjutkan, berbagai gangguan atau penyakit dapat mengakibatkan kegemukan, antara lain kekurangan hormon testosteron. Padahal hormon testosteron antara lain diperlukan untuk produksi sperma.
Sementara mengenai jumlah sperma yang tidak terlalu banyak, mungkin saja benar bisa memengaruhi peluang terjadinya kehamilan, tetapi mungkin juga tidak benar. Untuk memastikan tentu diperlukan pemeriksaan, termasuk pemeriksaan sperma.
Analisis sperma, kata Wimpie, tidak hanya untuk volumenya melainkan juga meliputi warna, bau, jumlah selnya, gerakan, dan bentuknya. Karenanya, pasangan suami istri perlu mendapat pemeriksaan untuk mengevaluasi kesuburan. Dengan demikian, kalau ada gangguan, dapat segera diatasi.
Perlu dipahami bahwa untuk terjadinya kehamilan, diperlukan keadaan kesuburan yang baik pada suami dan istri. Selain itu, hubungan seksual harus dilakukan pada saat subur istri. Karena itu hubungan seksual harus teratur agar pada suatu saat hubungan seksual berlangsung pada saat subur istri.
Kalau hubungan seksual tidak teratur, maka hubungan seksual harus diatur agar dilakukan pada saat istri mengalami saat subur. Untuk mengetahui apakah keadaan kesuburan baik atau tidak, harus dilakukan pemeriksaan khusus, baik pada suami maupun istri. (NET)