30 C
Medan
Saturday, December 7, 2024
spot_img

Kanker Payudara Pembunuh Terganas

Payudara
Payudara

BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Kesadaran masyarakat terhadap bahaya kanker payudara, di Kota Bandung, Jawa Barat masih rendah. Karenanya, masih banyak masyarakat yang datang ke rumah sakit setelah stadium lanjut.

“Rata-rata, pasien datang ke rumah sakit setelah di atas stadium dua. Sehingga, pengobatan semakin sulit dan mahal,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bandung, Achyani Raksanegara seperti yang dilansir Radar Bandung (Grup SUMUTPOS.CO), Kamis (28/8).

Berdasarkan data yang ada di Dinkes, kanker payudara merupakan penyakit kanker ke dua yaang banyak diderita perempuan di Kota Bandung, setelah kanker leher rahim. Namun kanker payudara menempati peringkat pertama pembunuh terganas. “Dari 100 ribu perempuan, 26 diantaranya meninggal karena kanker,” terangnya.

Menurut Achyani, yang datang ke rumah sakit di stadium awal hanya sekitar 40 persen. Sisanya datang di atas stadium dua. “Karenanya, masyarakat harus diberi pengetahuan secara menyeluruh, jangan sampai separo-separo,” terangnya.

Kalau pengetahuannya hanya separuh, maka banyak masyarakat yang takut datang ke dokter. Sehingga setelah mendapat pengetahuan, yang tidak kalah pentingnya, adalah mau melaksanakan pengetahuan itu.

Yang kini tengah disosialisasikan kepada masyarakat, adalah pengetahuan mendeteksi dini kanker payudara yang dilakukan sendiri, atau yang lebih dikenal Padari (Periksa Payudara Sendiri).

Dinkes melakukan sosialisasi kepada remaja, di lingkungan sekolah-sekolah, dan Memperbanyak orang-orang yang mengetahui mengenai Sadari ini, agar semakin banyak orang yang bisa melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

“Kami memang mensosialisasikan secara masif, libatkan banyak yayasan, organisasi profesi, sampai PKK dan Dharmawanita. Agar mereka bisa mensosialisasikan ke masyarakat,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Tim Kanker RSHS Dr. Drajat Suardi, Sp.B (K) Onk, menjelaskan banyak masyarakat yang takut dengan onat-obatan medis. Sehingga, takut datang ke rumah sakit dan berobaat. Akhirnya, mereka datang ke rumah sakit setelah memasuki stadium lanjut.

“Padahal, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penangan medis, Kanker payudara bisa dikalahkan semala ditemukan secara dini dan diobati secara tepat,” paparnya.

Jika pasien datang saat masih stadium awal, maka kesembuhan bisa mencapai 95 persen. Karenanya, lanjut Drajat, pemerintah juga seharusnya memberikan fasilitas, sosialisasi dan pengetahuan, kepada masyarakat, agar mereka tidak takut lagi datang ke rumah sakit untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Drajat mengingatkan kepada masyarakat yang engggan datang ke dokter dan memilih obat tradisional, untuk tetap menggunakan obaat-obatan medis. Atau paling tidak menggunakan obat tradisional yang sudah diuji klinis. “Boleh menggunakan obat alternatif, tapi harus tetap didampingi obat medis,” kata Drajat. (mur)

Payudara
Payudara

BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Kesadaran masyarakat terhadap bahaya kanker payudara, di Kota Bandung, Jawa Barat masih rendah. Karenanya, masih banyak masyarakat yang datang ke rumah sakit setelah stadium lanjut.

“Rata-rata, pasien datang ke rumah sakit setelah di atas stadium dua. Sehingga, pengobatan semakin sulit dan mahal,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bandung, Achyani Raksanegara seperti yang dilansir Radar Bandung (Grup SUMUTPOS.CO), Kamis (28/8).

Berdasarkan data yang ada di Dinkes, kanker payudara merupakan penyakit kanker ke dua yaang banyak diderita perempuan di Kota Bandung, setelah kanker leher rahim. Namun kanker payudara menempati peringkat pertama pembunuh terganas. “Dari 100 ribu perempuan, 26 diantaranya meninggal karena kanker,” terangnya.

Menurut Achyani, yang datang ke rumah sakit di stadium awal hanya sekitar 40 persen. Sisanya datang di atas stadium dua. “Karenanya, masyarakat harus diberi pengetahuan secara menyeluruh, jangan sampai separo-separo,” terangnya.

Kalau pengetahuannya hanya separuh, maka banyak masyarakat yang takut datang ke dokter. Sehingga setelah mendapat pengetahuan, yang tidak kalah pentingnya, adalah mau melaksanakan pengetahuan itu.

Yang kini tengah disosialisasikan kepada masyarakat, adalah pengetahuan mendeteksi dini kanker payudara yang dilakukan sendiri, atau yang lebih dikenal Padari (Periksa Payudara Sendiri).

Dinkes melakukan sosialisasi kepada remaja, di lingkungan sekolah-sekolah, dan Memperbanyak orang-orang yang mengetahui mengenai Sadari ini, agar semakin banyak orang yang bisa melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

“Kami memang mensosialisasikan secara masif, libatkan banyak yayasan, organisasi profesi, sampai PKK dan Dharmawanita. Agar mereka bisa mensosialisasikan ke masyarakat,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Tim Kanker RSHS Dr. Drajat Suardi, Sp.B (K) Onk, menjelaskan banyak masyarakat yang takut dengan onat-obatan medis. Sehingga, takut datang ke rumah sakit dan berobaat. Akhirnya, mereka datang ke rumah sakit setelah memasuki stadium lanjut.

“Padahal, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penangan medis, Kanker payudara bisa dikalahkan semala ditemukan secara dini dan diobati secara tepat,” paparnya.

Jika pasien datang saat masih stadium awal, maka kesembuhan bisa mencapai 95 persen. Karenanya, lanjut Drajat, pemerintah juga seharusnya memberikan fasilitas, sosialisasi dan pengetahuan, kepada masyarakat, agar mereka tidak takut lagi datang ke rumah sakit untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Drajat mengingatkan kepada masyarakat yang engggan datang ke dokter dan memilih obat tradisional, untuk tetap menggunakan obaat-obatan medis. Atau paling tidak menggunakan obat tradisional yang sudah diuji klinis. “Boleh menggunakan obat alternatif, tapi harus tetap didampingi obat medis,” kata Drajat. (mur)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/