SSB Kurnia M City merupakan yang pertama kali melahiran pemain Timnas U-19, Paulo Oktavianus Sitanggang. Kepopuleran Paulo Sitanggang saat ini pun menambah motivasi pada siswa SSB Kurnia M City untuk menjadi pemain timnas.
“Walau pun Paulo menjadi pemain timnas, tidak membuat jumlah siswa di SSB ini meningkat. Siswa yang belajar di sini mencapai 100 siswa. Namun, munculnya nama Paulo membuat para siswa semakin termotivasi untuk mengikuti jejaknya,” kata pelatih SSB Kurnia, Agung.
Dijelaskan, SSB Kurnia merupakan penghasil pemain sepak bola yang berbakat. Selain Paulo Sitanggang juga ada nama Ghozali M Siregar yang saat ini menjadi striker Pro Duta.
“Mungkin pembinaan yang sudah lama dan banyak melahirkan pemain, jadinya sudah biasa,”kata Agung.
Ditambahkan, Paulo berlatih di Kurnia ini selama tiga tahun lamanya. Karena ia sempat pindah ke sekolah bola lainnya.”Saya kenal sekali motivasinya untuk menjadi bintang. Dia memang lebih unggul dari pada teman yang lainnya semasa ia sekolah disini,” jelasnya.
Selain Paulo dan Ghozali, SSB Kurnia juga banyak melahirkan pemain profesional lainnya seperti Jecky Pasarela dan Andika Yudistira.
“Saya lupa pemain yang sudah masuk ke liga profesional, karena sekolah bola ini sudah lama berdiri dan pasti ada saja yang klub profesional yang berminat,” jelasnya.
Terlepas dari itu, keberhasilan Paulo bersama Timnas U-19 memberikan pesan tersendiri bagi siswa SSB Kurnia itu. Apalagi ketika Paulo datang ke SSB Kurnia untuk silaturahmi, beberapa waktu lalu, para siswa menyambut dengan antusias. Siswa SSB itu semakin termotivasi karena pemain bintang dari sekolah ini. “Mereka semakin bersemangat karena ada pemain bintang dari sekolah ini,” ungkapnya.
SSB Kurnia sendiri merupakan SSB yang mengandalkan donatur. Namun, kadang kala mereka juga kesulitan mencari pemberi dana tersebut. “Ya, kalau donatur yang membantu nggak ada. Paling donatur kami pak Suman yang punya Kurnia dan Jumono SH,” sebutnya.
Munculnya Paulo menjadi bintang membuktikan Kota Medan tidak pernah kehabisan amunisi untuk melahirkan pemain berbakat. Menurut Agung, selain Paulo masih banyak lagi anak muda di Medan yang berpotensi untuk membela timnas.
“Kalau untuk bakat banyak di Medan. Hanya yang kurang pada kompetisi di sini yang kurang baik, berbeda seperti di Jawa dimana kompetisi sudah teratur. Kalau disini bisa dikatakan sebatas turnamen saja,” paparnya.
Agung berharap agar pembinaan sepak bola di Sumatera Utara terus berjalan, sehingga bisa melahirkan Paulo yang lainnya. “Kami berharap agar kompetisi bisa digelar secara rutin di Sumut ini sehingga bisa melahirkan pemain berbakat,” harapnya. (ban/jpnn)