MEDAN- Aksi perampokan dan penjambretan terhadap wisatawan asing di Kota Medan belakangan ini kian marak. Hingga pertengan Agustus ini saja, sudah tujuh kasus perampokan dan penjambretan terhadap turis asing terjadi. Namun baru dua yang berhasil diungkap pihak kepolisian, yakni penjambretan terhadap turis asal Selandia Baru, Charlotte Louise Kempthorne (23), dan rekannya Fiona Lin Duncan (40), di Jalan Raden Saleh, 27 Juni lalu dan penjambretan terhadap Jessica Clare Cumberland (20), turis asal Australia yang dijambret di Jalan Sisingamangaraja Medan, 30 Juni lalu.
Terkait maraknya aksi penjambretan dan perampokan terhadap wisatawan asing di Kota Medan ini, wartawan Sumut Pos sempat berbincang-bincang dengan seorang sumber yang memiliki teman di komplotan penjambret. Menurut sumber tersebut, aksi penjambretan terhadap turis asing yang selama ini terjadi di Kota Medan memang telah terorganisir.
“Seperti dulu, kan ada aksi perampokan atau penjambretan khusus terhadap etnis Tionghoa. Karena hasil yang di dapat selalu besar. Namun, saat ini sudah sulit untuk menjambret etnis Tionghoa, makanya mereka beralih ke wisatawan asing,” ungkap pria berkulit hitam yang meminta identitasnya tak dituliskan, saat ditemui di kawasan Jalan Denai, Minggu (18/8) siang.
Disebutkannya, para penjambret itu kerap melancarkan aksinya di lokasi-lokasi yang sering dikunjungi wisatawan asing, seperti di Jalan Sisingamangaraja seputaran Masjid Raya, Jalan Brigjen Katamso seputaran Istana Maimon, Jalan Ahmad Yani, Restoran TIPTOP dan Jalan Palang Merah, Jalan Imam Bonjol seputaran Hotel Danau Toba dan Jalan Raden Saleh seputaran Grand Aston.
Menurut pria bertubuh kurus itu , aksi para penjambret ini tak ada bedanya dengan penjambret jalanan lainnya. “Sebelum beraksi, seperti biasa, mereka terlebih dulu keliling untuk membaca situasi dan lokasi tempat mereka beraksi. Jadi, mereka sudah tahu kemana arah untuk lari,” jelas pria pengangguran itu.
Saat ditanya alasan pejambretan terhadap wisatawan asing, dia menyebutkan kalau para penjabret menargetkan barang-barang berharga yang dimiliki para turis itu. Terlebih, barang-barang elektronik seperti handphone, I Pad, kamera digital dan SLR serta yang lainnya. Selain proses jualnya cepat, harga penjualan untuk barang-barang hasil penjambretan itu juga cukup tinggi.
Sementara itu, berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan Sumut Pos, sudah terjadi tujuh kasus penjambretan terhadap turis asing di Medan sejak Februari hingga pertengahan Agustus ini .
Menyikapi hal itu, Kapolresta Medan, Kombes Pol Nico Afinta mengaku kalau pihak Kepolisian punya kelemahan dan memiliki persentase dalam menyelesaikan masalah. Namun, Nico membantah kalau pihaknya kurang serius dalam melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan aksi kejahatan.
Sementara itu, untuk mengantisipasi aksi penjambretan terhadap turis asing, Polda Sumut terus melakukan koordinasi dengan jajarannya. “Kita terus lakukan antisipasi dan bertindak cepat agar turis yang berkunjung ke Sumut merasa aman,” kata Kasubbid Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PID) Humas Polda Sumut AKBP MP Nainggolan, Senin (19/8).(mag-10/gus)